Kamis, 30 Oktober 2014

TAK LEBIH DARI 24 JAM (CERPEN)


Senin pagi, laki-laki berparas tampan berumur 27th bernama lengkap Firman Fauzi
Dia seorang karyawan di perusahaan swasta di jakarta utara telah bersiap untuk berangkat ke kantornya di daerah Koja, setelah semuanya beres tak lupa pamit pada istrinya yang saat itu sedang hamil, sebut saja namanya Maya, Firman sangat mencintai Maya, pastinya karena dia baik, patuh, sholehah dan tentunya cantik pula.
“Mah aku berangkat dulu ya, kalau ada apa-apa cepat hubungi aku”.
“Iya pah hati-hati, eh si ade nendang-nendang terus, mungkin minta disapa”.
“Oh yah.. papah kerja dulu ya nak, kamu jangan nakal di dalam, kasian mamah mu” ucap Firman sebari mencium perut Maya yang sudah membesar.
“Ya sudah sanah, nanti telat” Maya mengambil tangan Firman lalu mencium nya
“Assalamualaikum”
“Waalaikum salam” jawab Maya sambil tersenyum manis

Firman bergegas memasuki mobil yang sudah dipanaskan dari tadi, sebelum injak gas, tak lupa mulutnya membaca bismillah. Firman memang sosok suami idaman semua wanita, sifatnya yang ramah, baik, sabar dan rajin beribadah, membuat tetangga, teman, bahkan bos di kantor tempatnya bekerja sangat menyukai keramah tamahannya, dan membuat Firman jadi orang kepercayaan bos di kantornya.
Firman adalah anak pertama dari dua bersaudara, yang lahir dari keluarga berlatar belakang cukup berada. Usia pernikahannya dengan Maya sudah menginjak yang ke 3tahun, dan baru minggu kemarin merayakan hari jadi pernikahan mereka.


Setelah sampai di halaman parkir kantor, seperti biasa Firman mengucapkan salam ke semua orang yang dia jumpai, sebari menuju ruangan tempatnya bergelut dengan data dan semua berkas yang ada di komputer di atas meja kerjanya, sampai di ruangan hal pertama yang selalu dia lakukan membaca bismillah sebari menaruh tas di atas meja, tak lama ada seseorang yang mengetuk pintu, ternyata itu Ayu seorang sekertaris bos yang memberitahu, kalau dia disuruh menghadap bos sekarang. Firman pun bergegas menuju ruangan bos.
Tok tok tok…
“Selamat Pagi pak”
“Iya selamat pagi, silahkan duduk”.
“Maaf pak, kata Ayu bapak memanggil saya”.
“Oh iya, nanti siang kamu ikut saya rapat”.
“Iya pak, jam berapa, terus apa yang mesti dipersiapkan?”
“Mungkin setelah makan siang, bawa berkas yang kemarin sudah direvisi”.
“Baik pak”.
“Ya sudah silahkan kembali kerja”.
“Mari pak”.
“Iya” dengan melemparkan senyum kearah Firman


Firman kembali ke ruangan nya, mempersiapkan berkas yang tadi dimaksud bosnya, dan melanjutkan bekerja seperti biasa.
Lama Firman bergelut dengan pekerjaan, melihat arloji di tangan nya sudah pukul 11:30 Firman keluar untuk makan siang dilanjutkan sholat dzuhur di mushola kecil di kantornya.

Setelah semuanya beres, dan waktu istirahat sudah habis dia kembali ke ruangan, tak lama bos menelpon menunggu nya di ruang rapat, Firman bergegas menuju ruangan rapat, namun ketika dia hendak pergi dengan tangan yang sibuk membawa beberapa lembar keretas yang tersusun rapih dalam dua buah map berwarna biru, tiba-tiba handphone di saku celana nya bunyi kembali, dia mengira itu bos untuk menyuruh mempercepat datang ke ruangan, langkah Firman pun semakin cepat, tanpa mempedulikan suara handphone yang terus berdering, sampai masuk ruang rapat dan menyerahkan berkas pada bosnya, bunyi handphone tidak juga mati, dia mulai heran seketika ingat istrinya yang sedang hamil, Firman pamit keluar sebentar untuk menerima telepon. Setelah di luar ruangan dan melihat handphone ternyata benar itu telepon dari istrinya, namun pas Firman mau angkat bunyi handphone mati, Firman menenangkan dirinya lalu menelepon balik, tapi yang angkat si bibi seorang pembantu di rumah nya.
“Hallo.. ada apa mah?”
“Ini saya tuan, nyonya tuan…!!”
“Nyonya kenapa bi.?”
“seperti nya nyonya mau melahirkan, katanya perut nyonya sakit banget, tapi nyonya gak mau dibawa ke rumah sakit” jawab si bibi dengan nada suara orang panik
“Sekarang bibi tenang, lalu telepon dokter Desi, nomor nya ada di meja kamar nyonya, sebelum dokter datang bibi jagaing nyonya dulu, entar selesai rapat saya pulang”
“Iya baik tuan”.
Firman pun mematikan handphone nya lalu kembali ke ruang rapat, dengan raut muka pucet, di satu sisi dia punya tanggung jawab penuh sama pekerjaan nya, namun di sisi lain dia ingin mendampingi istrinya yang sedang mempertaruhkan nyawa demi calon anaknya, sebari meminta maaf pada semua orang yang ada disana Firman pun duduk di kursi tepat samping kursi bos nya.

Namun tak dapat dipungkiri ketegaran Firman pecah dengan airmata yang perlahan menetes membasahi pipinya mengingat kondisi istrinya, dan Bos yang sedang memimpin rapat melihat, lalu menegur Firman berkali-kali.
“Firr… Firman… Firmannn…!!!”
“Iya pak maaf pak” sahut Firman sebari tangan membersihkan matanya
“kamu sakit?”
“tidak pak”
“lalu kenapa, bicara saja?”
“barusan orang di rumah menelpon, katanya istri saya mau melahirkan”.
“lalu kenapa kamu tidak bilang”.
“saya tidak mau menyepelekan tanggung jawab pekerjaan saya”.
“Gila. Kamu ini, terlalu baik, apa bodoh, cepat pulang temani istrimu, biar nanti skertaris saya yang urus cuti buat kamu”.
“benar pak, tidak apa-apa”.
“tentu saja tidak”.
Firman pun berdiri dari kursi lalu pamit pulang dan meminta maaf kesemua orang disana karena telah menggangu jalannya rapat. Dia langsung berlari menuju tempat dimana mobilnya diparkir, dengan gas mobil yang lumayan memicu adrenalin, dia tak banyak menginjak rem, otaknya berputar lebih cepat dari biasanya untuk mencari jalan supaya tidak menghadapi kemacetan ibu kota, namun sial, usahanya sia-sia, jalan alternatif di sebuah gang yang dia harapkan bisa membantunya malah tak bisa dilewati, karena kebetulan pada waktu itu ada acara pernikahan, dan membuat jalan di gang itu ditutup sementara untuk kendaraan roda empat, kecuali motor, Firman semakin bingung, Firman berpikir kalau balik ke jalan utama, hanya akan buang-buang waktu, dia memutuskan memarkirkan mobilnya di depan sebuah toko, dan tak lupa meminta izin pada pemilik toko, lalu menitipkan mobilnya.

Firman berlari menuju pangkalan ojeg yang berada tidak jauh dari sana, dan langsung meneruskan perjalanan lewat gang tadi, Firman menyuruh tukang ojeg itu, melajukan motor lebih cepat.
“Cepat bang saya tidak mau terlambat menyaksikan moment istimewa di rumah saya”.
“iya pak, memang nya ada apa? Ada meteor jatuh di rumah bapak”.
“Iyaaaah” sahut Firman dengan keras
“Oke siap, saya juga mau melihat nya, rumah nya dimana?”
“Kalau nanti sudah keluar gang belok kanan, entar saya berhentikan”.
“okehh pak..” sembari tangan yang semakin menarik gas motor
“Stop.. sttop.. bang stop..” saut Firman sangat keras Tukang ojeg pun langsung berhenti di depan rumah mewah berwarna abu-abu
“Nih bang ongkos nya..” Sambil meberikan uang @100 ribu
“Kebanyakan pak!”
“Udah ambil aja sisa nya” ucap Firman sebari lari
“Pak meteornya mana?”
“Itu lagi dikeluarinnnnn..” Sambil lari Firman menyempatkan menjawabnya.
“Heuuhhh… cakep kok gila, tajir pula, tuhan gak adil” Tukang ojek menggerutu sambil menyalakan motor dan bergegas kembali ke pangkalan.

Karena saking terburu-buru nya Firman lupa mengucapkan salam ketika masuk pintu rumah, lalu melihat ke arah kamar istrinya banyak saudara-saudaranya, termasuk orangtua Firman dan Maya hadir menunggu di depan pintu kamar.

“Cepat kamu temani istri mu, biar kamu tau bagaimana ibu mu dulu”
“Iya maaf bu, tadi macet”

Tanpa pikir panjang Firman langsung masuk ke kamar istrinya lalu memegang erat tangan istrinya, yang saat itu sedang berusaha dibantu dokter desi dan satu orang susternya. Jantung Firman berdebar hebat melihat keringat dan teriakan wanita yang amat sangat dia cintai di samping nya, dia hanya bisa berdo’a dan berdo’a tanpa merasakan sakit yang Maya rasakan,
“Tuhan lancarkanlah, selamatkan istri dan anak ku”

Tak lama suara tangis yang diinginkan saat itu mulai terdengar, seiring dengan suara adzan di mesjid samping rumah Firman. Semua orang disana seketika memecahkan ketegangan mereka, bermetamorfosa jadi senyum bahagia, dan tak ada satu bibir pun yang enggan mengucapkan
“alhamdulilah”.

Dokter memberitahu jika anak kami berjenis kelamin laki-laki sambil membawanya ke hadapan Maya dan Firman dan menyuruh Firman untuk mengadzani sebelum dokter membersihkan nya.

“Hello jagoan kecil ku, kau begitu lucu, selamat datang di singgasana bumi ini, aku harap kau betah dan menyukai nya. Perkenalkan kami keluarga mu, dan aku ibumu yang tadi pagi masih kau tendang-tendang perutnya dan bernyanyi dirahim ku. Laki-laki di sampingku adalah ayah mu sekaligus presiden abadi untuk kita, dia yang tadi melantunkan adzan di telinga mu, tepat setelah ashar kamu lahir dan bertemu kami, dan mereka sanak sodara mu, yang kelak akan membantu mu. Sudah lama kami menunggu saat istimewa ini, dari jauh hari sudah mempersiapkan semuanya, kami menaruh banyak harapan di tubuh mungil mu, semoga kelak kau menjadi penawar dosa kami, dan alasan untuk kami menuju pintu surga.” Gumam Maya;

“Pah anak kita tampan yah..?”
“Iya seperti ayah nya.” jawab Firman dengan bangga
“Tapi kayanya cakepan dia pah” guyon Maya
“Tuh kan ayah mulai cemburu sama kamu nak” sambil membelai bayi nya di pangkuan Maya
“Kalau kamu jelek dan jahat, aku tak mungkin sudi menikah dengan mu dan punya buah hati dari mu”.
“I love you so much sayang” ungkap kagum Firman pada istrinya dengan mendaratkan kecupan di kening Maya
“eh kita belum kasih dia nama pah.”
“tenang saja aku siapkan itu, jadi aku berinama Zacky Rozan Arrafi, gimana?”
“lumayan aku setuju”, tanya kakek nenek nya
“bagus juga”.
“iya, itu terserah kalian”
“iya udah itu cocok, kita panggil dia Zakcy atau Rafi.. hehe”
“ya ya jadi setuju ya, berati beberapa hari lagi tinggal perayaan sekaligus syukuran”.
“iya pah atur sama kamu semuanya”.
Kebahagiaan yang luar biasa melengkapi keluarga kecil itu.

Suara adzan berkumandang dan Firman pamit pada istrinya untuk bergegas ambil air wudhu.
“Tuhan titipan mu telah sampai di tangan kami, terimakasih kau memberiku kepercayaan untuk menjadi seorang ayah, aku berjanji sekuat-kuatnya untuk menjaga merawat dan mendidik berdasarkan aturan mu. Kreasi mu ini lucu, kau menciptakan dengan kesempurnaan yang jau diluar pemikiran kami.” do’a Firman setelah selesai menunaikan solat magrib, sebari menunggu waktu isya, Firman melanjutkannya dengan ngaji.
Selesai melakukan semua kewajibannya, dia kembali ke ruangan istrinya.

“asalamualaikum”
“wa’alaikum salam, Zacky nya lagi apa mah.?”
“lagi bobo, mungkin kecapean, hehe”
“oh iya mah mau makan apah, hari ini biar aku yang masak.”
“kan ada si bibi, biar bibi aja!”
“untuk hari istimewa ini si bibi aku liburkan masak”,
“kamu serius pah”.
“iyah, mau makan apa?”
“ehm… Pengen ayam sop ayam aja deh”.
“oh nasi goreng aja ya, biar gampang”.
“duh kamu ini ngapain ngasih pilihan kalau akhirnya kamu sendiri yang menentukan!”
“hehehe”
“iya gak apa-apa, tapi no pedes”,
“okeh nyonya muda, tunggu ya”.
“suamiku lucu” ucap dia sebari menggelengkan kepala dan tersenyum kecil.

Firman yang sudah berada di dapur telah siap untuk mengeksekusi semua bahan masakan. 20 menit berlalu, Firman kembali menemui isrinya dengan membawa satu piring nasi goreng buatannya,
“Taraaa…!! Sajian sudah siap”.
“ciee berasa punya suami chef junot”.
“eh eh makan nya pake cinta ya, biar enak gak enak tetap bilang enak, hehe”
“huhhh lebay..”
“tapi karena lebay kan kamu dulu tepesona olehku”.
“oh silahkan cicipi.. hehe”
“ehhm.. yummi lumayan”.
“wahh serius”,
“nih.” dengan menyuapi Firman yang berada di samping nya.

Waktu sudah larut malam, dan semua sanak saudara sudah pada tidur di ruang tamu, Firman pun tidur di sofa kamar istrinya, sedangkan Maya tidur di samping bayinya. Pukul 05 pagi, semua orang yang ada di rumah itu terbangun untuk sholat subuh berjama’ah. Setelah selesai Firman kembali ke kamar.
“pah Zacky kita udah bangun, eh pah biasanya kan kalau tengah malam bayi itu nangis, dia kok adem-adem aja?”
“dia anak yang baik, mungkin gak mau ganggu kita” Ucapan Firman membuat kekhawatiran Maya hilang,
“kamu kerja masih cuti pah?”
“iya tadi aku di telepon kantor katanya dikasih cuti seminggu sampe kamu pulih”.
“oh bagus deh..”

Semua orang kembali pulang ke rumah mereka untuk beraktivitas seperti biasa, di rumah hanya ada Firman, Maya, bayi dan satu orang pembantu. Setelah adzan dzuhur, dan Firman selesai menunaikan sholat, ketika masuk kamar dia melihat Maya panik saat menggendong bayi mereka yang menangis begitu kencang.
“untung kamu cepat datang, anak kita badannya panas banget pah, dan matanya menguning, pantesan dari tadi aku heran”
“astagfirulloh, mending cepat kita bawa ke dokter”.


Firman menyiapkan semua perlengkapan dan mengeluarkan mobil yang ada di garasi. Tampa sebentar pun memanaskan mobil dia langsung tancap gas menuju rumah sakit terdekat. Sampai di tempat tujuan, Firman dan istrinya yang menggendong bayi, bergegas menemui dokter dengan suasana hati tak tenang langkah kaki berjalan cepat.
Tok.. tok .. tok
“silahkan masuk”.
“selamat siang dok”.
“iya ada yang bisa dibantu”
“ini anak saya dok badan nya panas banget, muka pucet”.
“cepat bawa ke UGD, itu matanya menguning”.
Firman didampingi istrinya dan dua orang suster bergegas mengikuti dokter ke UGD.
“mohon maaf sebaiknya bapak dan ibu tunggu di luar saja, kami akan akan bekerja semaksimal mungkin”.
“iya dok”,

Dokter pun menutup pintu, Firman dan Maya menunggu di kursi depan ruangan itu. Firman menghubungi saudara-saudaranya memberitahukan kejadian ini. Maya terus meneteskan airmata sebari terus berdo’a, Firman melihat bayinya di balik kaca jendela tempat bayinya terbaring lemah
“Kemarin tepat di jam yang sama aku dan semua orang bertarung melawan panik yang luar biasa menyaksikan kau dan ibumu berjuang demi keselamatan mu, dan hari ini aku dikejutkan kembali, dengan panik yang berharap berakhir indah sepeti kemarin, berjuang nak, kami menunggu mu disini. Tuhan yang maha sutradara, apakah ini bagian dari skenario hidup ku? Jika engkau masih mempercayaiku, tolong selamat kan dia, jangan dulu ambil dia” Firman yang terus bebisik di hati kecilnya, dengan tangan menempel di kaca, dan mata menatap ke arah bayi.
Sifat tegar dan iman yang kuat tak mampu menghentikan air yang terus menetes dari matanya

Kumandang adzan ashar terdengar begitu merdu dimushola pinggir rumah sakit, Firman menghapus air mata nya karena dokter sudah keluar, yang diingankan Firman dan istrinya saat itu, dokter membawa kabar baik.
“gimana dok?”
“gimana dok, anak saya baik-baik saja kan?”
“anak bapak dan ibu terlalu lemah, dia kena penyakit kuning atau liver”.
“trus gimana keadaan nya sekarang?.”
“maaf bu, kami sudah semampunya berusaha, namun takdir berkata lain. Anak ibu tak bisa diselamatkan”.
Maya ya seketika pingsan, tak kuasa mendengar keputusan dokter, keluarga langsung membawa Maya.
Firman dengan keteguhan hatinya menuju kamar dimana Zaki Rozan Arrafi tertidur panjang, dia membuka kain yang menutupi seluruh tubuh bocah itu
“Aku dipercaya jadi ayah mu tak lebih dari 24 jam nak selamat jalan, semoga kelak kita bertemu disinggasana surga” ucap Firman diakhiri menciun kening anaknya.

Firman dan keluarga menyiapkan untuk pemakamannya. Maya yang masih lemah dibiarkan istirahat. Setelah acara pemakaman selesai, Firman terus mendampingi dan menasehati istrinya. “Kita hanya bisa merencanakan, namun apa daya yang maha sempurna mengambil kembali miliknya, dan suatu saat aku atau kamu akan kembali diambil nya, sudah kita lanjutkan kembali hari-hari kita, sebanyak apapun airmata tak akan membuat dia hidup kembali. Cukup sekali untuk membuktikan duka kita.”


Dalam waktu satu bulan Maya bisa kembali pulih dan menjadi ibu rumah tangga seperti biasa nya. Maya yang divonis tidak bisa punya anak lagi, memutuskan mengadopsi anak dari panti asuhan, den mereka pun hidup bahagia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar