wayang golek
Senin, 03 Maret 2014
1 Komentar
Hai sobat semuanya ketemu lagi sama saya yang kece badaaai hahahahahaha…
oke kemarin ane jalan-jalan ke kampong temen ane nah waktu itu kebetulan ada
pertunjukan wayang golek namun yang ane sayangin ko yang nonton orang tua semua
nah kalo generasi mudanya mana ya……?? Usut punya usut ternyta para generasi
muda sekarang kurang dalam berapresiasi
dalam pertunjukan tradisional mereka malah asyik dengan pertunjukan music-musik
modern seperti boy band/girl band dan pertunjukan-pertunjukan yang kurang
mendidik lainnya, mereka bahkan rela mengeluarkan uang puluhan atau ratusan
ribu demi nonton pertunjukan yang gak jelas nilai moralnya. Padahal, menurut
ane ertunjukan seni tradisional khususnya wayang sangat enting bagi masyarakat
terutama kaum urban atau generasi muda yang semakin kehilangan jati diri dan
bahkan kurang mengenal budayanya sendiri.. sebagai generasi muda seharysnya
kita mau melestarikan budaya kita walaupun tidak mempelajari tapi setidaknya
mengapresiasi ok.. cukup basa basinya kelamaan ya hehehe… setelah celok sana
ceplok sini ane coba posting tentang wayang golek nih semoga bermanfaat ok…
cekodit..
1.
Asal-usul
Asal mula
wayang golek tidak diketahui secara jelas karena tidak ada keterangan lengkap,
baik tertulis maupun lisan. Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari
wayang kulit karena wayang golek merupakan perkembangan dari wayang kulit.
Namun demikian, Salmun (1986) menyebutkan bahwa pada tahun 1583 Masehi Sunan
Kudus membuat wayang dari kayu yang kemudian disebut wayang golek yang dapat
dipentaskan pada siang hari. Sejalan dengan itu Ismunandar (1988) menyebutkan
bahwa pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat bangun 'wayang purwo' sejumlah
70 buah dengan cerita Menak yang diiringi gamelan Salendro. Pertunjukkannya
dilakukan pada siang hari. Wayang ini tidak memerlukan kelir. Bentuknya
menyerupai boneka yang terbuat dari kayu (bukan dari kulit sebagaimana halnya
wayang kulit). Jadi, seperti golek. Oleh karena itu, disebut sebagai wayang
golek.
Pada
mulanya yang dilakonkan dalam wayang golek adalah ceritera panji dan wayangnya
disebut wayang golek menak. Konon, wayang golek ini baru ada sejak masa
Panembahan Ratu (cicit Sunan Gunung Jati (1540-1650)). Di sana (di daerah
Cirebon) disebut sebagai wayang golek papak atau wayang cepak karena bentuk
kepalanya datar. Pada zaman Pangeran Girilaya (1650-1662) wayang cepak
dilengkapi dengan cerita yang diambil dari babad dan sejarah tanah Jawa.
Lakon-lakon yang dibawakan waktu itu berkisar pada penyebaran agama Islam.
Selanjutnya, wayang golek dengan lakon Ramayana dan Mahabarata (wayang golek
purwa) yang lahir pada 1840 (Somantri, 1988).
Kelahiran
wayang golek diprakarsai oleh Dalem Karang Anyar (Wiranata Koesoemah III) pada
masa akhir jabatannya. Waktu itu Dalem memerintahkan Ki Darman (penyungging
wayang kulit asal Tegal) yang tinggal di Cibiru, Ujung Berung, untuk membuat
wayang dari kayu. Bentuk wayang yang dibuatnya semula berbentuk gepeng dan
berpola pada wayang kulit. Namun, pada perkembangan selanjutnya, atas anjuran
Dalem, Ki Darman membuat wayang golek yang membulat tidak jauh berbeda dengan
wayang golek sekarang. Di daerah Priangan sendiri dikenal pada awal abad ke-19.
Perkenalan masyarakat Sunda dengan wayang golek dimungkinkan sejak dibukanya
jalan raya Daendels yang menghubungkan daerah pantai dengan Priangan yang
bergunung-gunung. Semula wayang golek di Priangan menggunakan bahasa Jawa.
Namun, setelah orang Sunda pandai mendalang, maka bahasa yang digunakan adalah
bahasa Sunda.
2.
Jenis-jenis Wayang Golek
Ada tiga
jenis wayang golek, yaitu: wayang golek cepak, wayang golek purwa, dan wayang
golek modern. Wayang golek papak (cepak) terkenal di Cirebon dengan ceritera
babad dan legenda serta menggunakan bahasa Cirebon. Wayang golek purwa adalah
wayang golek khusus membawakan cerita Mahabharata dan Ramayana dengan pengantar
bahasa Sunda sebagai. Sedangkan, wayang golek modern seperti wayang purwa
(ceritanya tentang Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam pementasannya menggunakan
listrik untuk membuat trik-trik. Pembuatan trik-trik tersebut untuk
menyesuaikan pertunjukan wayang golek dengan kehidupan modern. Wayang golek
modern dirintis oleh R.U. Partasuanda dan dikembangkan oleh Asep Sunandar tahun
1970--1980.
3.
Pembuatan
Wayang
golek terbuat dari albasiah atau lame. Cara pembuatannya adalah dengan meraut
dan mengukirnya, hingga menyerupai bentuk yang diinginkan. Untuk mewarnai dan
menggambar mata, alis, bibir dan motif di kepala wayang, digunakan cat duko.
Cat ini menjadikan wayang tampak lebih cerah. Pewarnaan wayang merupakan bagian
penting karena dapat menghasilkan berbagai karakter tokoh. Adapun warna dasar
yang biasa digunakan dalam wayang ada empat yaitu: merah, putih, prada, dan
hitam.
4.
Nilai Budaya
Wayang golek
sebagai suatu kesenian tidak hanya mengandung nilai estetika semata, tetapi
meliputi keseluruhan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat pendukungnya.
Nilai-nilai itu disosialisasikan oleh para seniman dan seniwati pedalangan yang
mengemban kode etik pedalangan. Kode etik pedalangan tersebut dinamakan
"Sapta Sila Kehormatan Seniman Seniwati Pedalangan Jawa Barat".
Rumusan kode etik pedalangan tersebut merupakan hasil musyawarah para seniman
seniwati pedalangan pada tanggal 28 Februari 1964 di Bandung. Isinya antara
lain sebagai berikut: Satu: Seniman dan seniwati pedalangan adalah seniman
sejati sebab itu harus menjaga nilainya. Dua: Mendidik masyarakat. Itulah
sebabnya diwajibkan memberi con-toh, baik dalam bentuk ucapan maupun tingkah
laku. Tiga: Juru penerang. Karena itu diwajibkan menyampaikan pesan-pesan atau
membantu pemerintah serta menyebarkan segala cita-cita negara bangsanya kepada
masyarakat. Empat: Sosial Indonesia. Sebab itu diwajibkan mengukuhi jiwa
gotong-royong dalam segala masalah. Lima: Susilawan. Diwajibkan menjaga etika
di lingkungan masyarakat. Enam: Mempunyai kepribadian sendiri, maka diwajibkan
menjaga kepribadian sendiri dan bangsa. Tujuh: Setiawan. Maka diwajibkan tunduk
dan taat, serta menghormati hukum Republik Indonesia, demikian pula terhadap
adat-istiadat bangsa.
Sumber.
http://uun-halimah.blogspot.com
Wihhh keren zenn :-)
BalasHapus