Peran dan Fungsi Perawat Jiwa
Rabu, 04 Maret 2015
Tulis Komentar
1. Definisi
dan Uraian Keperawatan Jiwa.
Keperawatan
jiwa adalah suatu proses Interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan
mempertahankan prilaku yang mengkontribusi pada fungsi yang terintegrasi.
Pasien atau sistem klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi,
atau komunitas. Sedangkan ANA (American Nurses Association) mendefinisikan
keperawatan kesehatan mental dan psikiatrik sebagai : suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori prilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri secara terapeutik sebagai kiatnya.
Praktik
kontamporer keperawatan jiwa terjadi di dalam konteks sosial dan lingkungan.
Peran keperawatan psikiatri profesional telah berkembang secara kompleks dari
elmen-elmen historis aslinya. Keperawatan psikiatri sekarang mencakup parameter
kompetensi klinik, advokasi pasien, tanggung jawab fiskal, kolaborasi
profesional, akuntabilitas (tanggung gugat) sosial, dan kewajiban etik dan
legal.
Pusat
Pelayanan Kesehatan Mental secara resmi mengakui keperawatan kesehatan mental
dan psikiatrik sebagai salah satu dari lima inti disiplin kesehatan mental.
Perawat juga menggunakan pengetahuan dari ilmu-ilmu psikososial, biofisik,
teori-teori kepribadian dan prilaku manusia untuk menurunkan suatu kerangka
kerja toeritik yang menjadi landasan praktik keperawatan.
2. Tingkat
Kinerja
Empat
faktor utama yang membantu untuk menentukan tingkat fungsi dan jenis aktivitas
yang melibatkan perawat jiwa :
a. Legalisasi
praktik keperawatan.
b. Kualifikasi
perawat, termasuk pendidikan, pengalaman kerja, dan status sertifikasi.
c. Tatanan
praktik perawat.
d. Tingkat
kompoetensi personal dan inisiatif perawat.
3. Tingkat
Pencegahan.
Intervensi
keperawatan jiwa lebih jauh mencakup tiga area aktivitas : pencegahan primer,
sekunder, dan tertier.
a. Pencegahan Primer merupakan suatu konsep komunitas termasuk
menurunkan insiden penyakit dalam komunitas dengan mengubah faktor penyebab
sebelum hal itu membahayakan. Pencegahan primer mendahului penyakit dan
diterapkan pada populasi yang umumnya sehat. Pencegahan ini termasuk
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Pencegahan Skunder
mencakup reduksi penyakit aktual dengan deteksi dini dan penanganan masalah
kesehatan.
c. Pencegahan Tertier
mencakup penurunan gangguan atau kecacatan yang diakibatkan oleh penyakit.
4. Rentang
Asuhan.
Tatanan
tradisional dari perawat jiwa mencakup pasilitas psikiatrik, pusat kesehatan
mental masyarakat, unit psikiatri di rumah sakit umum, fasilitas-fasilitas
tempat tinggal, dan praktik pribadi. Dengan diprakarsai bentuk baru pelayanan
kesehatan, timbul suatu tatanan penanganan alternatif sepanjang rentang asuhan
bagi perawat jiwa. Tatanan tersebut meliputi pelayanan dirumah, program rawat
inap parsial, pusat-pusat penitipan, panti asuhan atau rumah kelompok,
hospices, asosiasi perawat kunjungan, unit kedaruratan, klinik pelayanan utama,
sekolah penjara, industri, fasilitas pengelolaan perawatan dan organisasi
pemeliharaan kesehatan.
5. Asuhan
Yang Kompeten.
Ada
tiga domain praktik keperawatan jiwa kontamporer aktivitas asuhan langsung,
komunikasi, dan penatalaksanaan. Di dalam domain praktik yang tumpang tindih
ini, diperlihatkan fungsi peran pendidikan, pengkoordinasian, pendelegasian,
dan pengkolaborasian.
Adalah
memungkinkan untuk lebih jauh menguraikan berbagai aktivitas yang melibatkan
perawat jiwa di dalam ketiga domain ini. Meskipun tidak semua perawat berperan
serta dalam semua aktivitas, namun mereka tetap mencerminkan sifat dan lingkup
terbaru dari asuhan yang kompeten oleh
perawat jiwa. Selain itu, perawat jiwa mampu untuk melakukan hal-hal berikut
ini :
Ø Membuat
pengkajian kesehatan biopsikososial yang peka terhadap budaya.
Ø Merancang
dan mengimplementasikan rencana tindakan untuk pasien dan keluarga dengan
masalah kesehatan yang kompleks dan kondisi yang dapat menimbulkan sakit.
Ø Berperan
serta dalam aktivitas pengelolaan kasus, seperti mengorganisasi, mengkaji,
negosiasi, kordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan serta perbaikan bagi
individu maupun keluarga.
Ø Memberikan
pedoman pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, dan kelompok untuk
menggunakan sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental termasuk pemberi
pelayanan terkait, teknologi, dan sistem sosial yang paling tepat.
Ø Meningkatkan
dan memelihara kesehatan mental serta mengatasi pengaruh penyakit mental
melalui penyuluhan dan konseling.
Ø Mengelola
dan mengkordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien,
keluatga, staf, dan pembuat kebijakan.
6. Evaluasi
Akhir.
Perawat
jiwa harus mampu mengidentifikasi, menguraikan dan mengukur hasil asuhan yang
mereka berikan pada pasien, keluarga, dan komunitas.
Hasil adalah semua hal yang terjadi
pada pasien dan keluarga ketika mereka berada dalam sistem pelayanan kesehatan.
Hasil tersebut dapat meliputi status kesehatan, status fungsional, kualitas
kehidupan, ada atau tidaknya penyakit, jenis respons koping, dan kepuasan
terhadap tindak penanggulangan.
Evaluasi
hasil dapat berfokus pada kondisi klinik, intervensi, atau proses pemberian
asuhan. Berbagai hasil yang dapat di
evaluasi mencakup indikator-indikator klinik, fungsional, finansial, dan perseptual
tergantung pada pemberian asuhan keperawatan jiwa.
Evaluasi
hasil aktivitas keperawatan jiwa secara kritis merupakan tugas perawat apapun
peran, kualifikasi, atau tatanan praktiknya. Praktisi perawat jiwa, pendidik,
administator, dan peneliti semuanya harus bertanggung jawab untuk menjawab
setiap pertanyaan.
Source. Buku saku keperawatan jiwa/
Gail Wiscarz Stuart, Sandra J Sundeen ; alih bahasa, Achir Yani S. Hamid ;
editor dalam bahasa indonesia, Yasmin Asih. -Ed. 3 – Jakarta; EGC.1998
Belum ada Komentar untuk "Peran dan Fungsi Perawat Jiwa"
Posting Komentar