ANTIANEMIA DEFISIENSI DAN ERITROPOIETIN
Jumat, 26 Juni 2015
Tulis Komentar
1. Definisi
Anemia.
a. Menurut
WHO (1992).
Anemia adalah salah satu keadaan dimana
kadar hemoglobin lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang
bersangkutan.
Anemia secara laboratorik yaitu keadaan
apabila terjadi penurunan di bawah normal kadar hemoglobin, hitung eritrosit
dan hematokrit ( I Made Bakta, 2003)
Anemia adalah penurunan kapasitas darah
dalam membawa oksigen akibat penurunan produksi sel darah merah dan, atau
penurunan hemoglobin (Hb) dalam darah.
Anemia juga sering di definisikan sebagai
penurunan kadar Hb dalam darah sampai dibawah rentang normal 13,3 gr% pria,
11,5 gr% wanita dan 11 gr% anak-anak (Fraser, Diane M. Et.al,2009)
b. Kriteria
Anemia menurut WHO
No.
|
Jenis kelamin dan umur
|
Nilai Hb
|
1.
|
Laki-laki dewasa
|
Hb <13 g/dl
|
2.
|
Wanita dewasa
|
Hb<12 g/dl
|
3.
|
Wanita hamil
|
Hb<11 g/dl
|
4.
|
Anak umur 6-14 tahun
|
Hb <12 g/dl
|
5.
|
Anak umru 6 bulan – 6 tahun
|
Hb < 11 g/dl
|
c. Drajat
Anemia menurut WHO.
1. Ringan
sekali : Hb 10g/dl - batas normal.
2. Ringan : Hb 8 g/dl - 9,9 g/dl
3. Sedang : Hb 6 g/dl – 7,9 g/dl
4. Berat : Hb <6 g/dl
d. Klasifikasi
Anemia.
berdasarkan
penyebabnya.
a.) Anemia
karena hilangnya eritrosit, terjadi akibat perdarahan karena berbagai sebab.
b.) Anemia
karena menurunnya produksi sel darah merah, dapat disebabkan karena kekurangan
unsur penyusun eritrosit (Fe, cianokobalamin, folic acid).
c.) Anemia
karena meningkatnya destruksi eritrosit.
e. Etiologi.
1. Genetik.
Hemoglobinapati.
Talasemia.
2. Nutrisi.
Defisiensi
unsur penyusun eritrosit Fe, cianocobalamin, folic acid (hematinik)
f. Besi
(Fe) dan Garam-Garamnya.
a.) Distribusi.
3,5
g Fe dalam bentuk ikatan kompleks dengan protein. 70 % merupakan Fe esensial
dan 30 % non esensial. Esensial terdapat pada : Hb± 66%, mioglobin ± 3%, enzim
yang berfungsi untuk transfer kromosom sitokromoksidase, suksinil
dehidrogenase, xantin oxidase 0,5% dan pada tranferin 0,1 %. Non esensial
sebagai cadangan dalam bentuk feritin
dan hemosiderin 25%, pada parenkin jaringan 5%. Cadangan Fe pada wanita
hanya 200-400 mg, sedangkan pada pria kira-kira 1 gram.
b.) Farmakokinetik.
1.) Absobrsi.
Melalui
saluran cerna terutama berlangsung di duodenum dan jejenum proksimal, makin ke
distal absorbsinya makin berkurang. Transport melalui sel mukosa usus terjadi
dengan transport aktif. Ion fero menjadi ion feri dalam sel mukosa sehingga
masuk ke plasma dengan perantara transferin, atau diubah menjadi feritin, dalam
sel mukosa usus, bila cadangan dalam tubuh tinggi dan kebutuhan akan zat besi
rendah, maka lebih banyak Fe diubah menjadi feritin. Bila cadangan rendah atau
kebutuhan meningkat, maka Fe yang baru diserap dan diangkut dari sel mukosa
usus ke sumsum tulang belakang untuk eritropoiesis.
2.) Distribusi.
Fe
dalam darah di ikat oleh transferin (I-globulin glikoprotein) untuk kemudian
diangkut ke berbagai jaringan, terutama ke sumsum tulang.
3.) Metabolisme.
Fe
di simpan terutama pada sel mukosa usus halus dan dalam sel-sel
retikuluoendotelia (di hati, limfa dan sumsum tulang).
4.) Ekskresi.
Jumlah
Fe yang di ekskresi setiap harisedikit sekali, biasanya sekitar 0,5-1 mg sehari.
Terutama berlangsung melalui setiap epitel kulit dan saluran cerna yang
terkelupas. Selain itu juga melalui keringat, urine, fases, serta kuku dan
rambut yang di potong.
g. Cianocobalamin
(Vitamin B 12).
B12 bersama asam foalt penting untuk
metabolisme intrasel, juga dibutuhkan untuk sintesis DNA yang normal.
Defisiensi dapat menimbulkan anemia megaloblastik yang disertai gangguan
neurologik, bila tidak cepat ditangani dapat membuat pasien/klien cacat seumur
hidup.
Defesiensi sering disebabkan karena gangguan
absorbsi. Defisiensi anemia pernisiose ; terjadi kegagalan sekresi faktor
intrinsik castle (FIC) oleh sel parietal lambung yang berfungsi pada absorbsi
vitamin B 12 dalam Ileum.
a.) Farmakokinetik.
1. Absorbsi.
Kadar
puncak dicapai 8-12 jam setelah pemberian 3ug melalui mekanisme FIC dan
absorbsi secara langsung.
2. Distribusi.
Vitamin
B12 dalam darah terikat dengan protein plasma (beta-globulin dan inter alfa
glikoprotein yang akan diangkut ke berbagai jaringan terutama hati (50-90%).
Kadar normal vitamin B12 dalam plasma adalah 200-900 ug/mL dengan simpanan
sebanyak 1-10 mg dalam hati.
3. Metabolisme
dan Ekskresi.
Cianocobalamin
terikat kuat oleh protein, diekskresi melalui urine. 80-95% vitamin B12 akan
diretensi dalam tubuh, dengan dosis yang banyak maka jumlah yang akan
diekskresi akan lebih banyak sehingga keluar secara bersamaan.
4. 3
suntikan cianocobalamin yaitu.
a.) Larutan
berkekuatan 10-1000 ug/mL.
b.) Larutan
ekstrak hati dalam air.
c.) Suntikan
depot vitamin B12.
Jarang
terjadi reaksi alergi atau iritasi di tempat suntikan. Kalau terjadi reaksi
alergi biasanya karena sediaan injeksi tidak murni. Sediaan oral banyak
tersedia untuk cianocobalamin.
5. Penatalaksanaan.
Pada terapi awal berikan dosis 100 ug
sehari parenteral selam 5-10 hari. Dengan terapi ini respon hematologik baik
sekali, tetapi dapat kurang apabila terdapat keadaan infeksi atau penggunaan AB
kloramfenikol. Perbaikan nyata dapat diperoleh bila terapi dimulai sedini
mungkin.
Terapi penunjang berikan dosis
pemeliharaan 100-200 ug sebulan sekali sampai diperoleh remisi lengkap
(eritrosit± 4,5 juta/mm3. Kemudian100u/mL sebulan sekali untuk mempertahankan
remisi.
h. Folic
Acid.
Asam
pteroilmonoglutamat (PmGA) terdiri atas : pteridin, asam paraaminobenzoat dan
asam glutamat. Kebutuhan folat rata-rata 50 ug sehari dalam bentuk PmGA.
Defisiensi folat sering merupakan komplikasi dari : gangguan usus kecil,
alkoholisme yang menyebabkan asupan makanan buruk, efek toksik alkohol pada sel
hepar. Folat oral diabsorbsi basik terutama 1/3 bagian proksimal usus halus.
Ekskresi melalui ginjal sebagian besar dalam bentuk metabolit. Sediaan dalam
bentuk tablet 0,4-0,8 dan 1 mg dalam sediaan injeksi asam folat 5 mg/mL
Belum ada Komentar untuk "ANTIANEMIA DEFISIENSI DAN ERITROPOIETIN"
Posting Komentar