Senin, 01 Desember 2014

makalah tentang Penyakit Menular Seksual



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah.
Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Dengan demikian kesehatan alat reproduksi sangat erat kaitannya dengan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKA).
Penyakit kelamin adalah penyakit yang cara penularannya melalui hubungan kelamin. Tempat terjangkitnya penyakit tersebut tidak semata-mata pada alat kelamin saja, tetapi dapat terjadi diberbagai tempat diluar alat kelamin. Dulu penyakit ini dikenal dengan nama “venereal diseases”, berarti penyakit Dewi Cinta menurut versi Yunani. Yang tergolong penyakit ini adalah sifilis, gonore, ulkus mola, limfogranuloma venereum, granuloma inguinale.
Dalam penelitian lebih lanjut bahwa makin banyak penyakit yang timbul akibat hubungan seksual, sehingga nama penyakit kelamin (veneral diseases) berubah menjadi sexually transmitted diseases (STD) yang dalam bahasa indonesia menjadi penyakit menular seksual (PMS). Dari sudut epidemiologi ternyata penyakit menular seksual berkembang sangat cepat berkaitan dengan pertambahan dan terjadinya migrasi penduduk, bertambahnya kemakmuran, serta terjadi perubahan prilaku seksual yang semakin bebas tanpa batas.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran menyebabkan diketahuinya bakteri, protozoa, jamuaan virus sebagai penyebab penyakit hubungan seksual. Sebagian penyakit tersebut bisa disembuhkan kecuali acquired immunodefisiency syndrome (AIDS). Di indonesia penyakit ini sudah banyak menjalar dengan perkembangan penularan yang sangat cepat, penyakit ini dapat melumpuhkan semua daya tahan tubuh terhadap berbagai bakteri, protozoa, jamur dan virus lainnya.
1.2.Rumusan Masalah.
Dari latar belakang diatas penulis merumuskan :
1.      Apa Pengertian Penyakit Menular Seksual?
2.      Bagaimana Penyebaran Penyakit Menular Seksual?
3.      Apa Saja Jenis-Jenis Penyakit Menular Seksual?
4.      Bagaimana Cara Mencegah Penyakit Menular Seksual?
1.3.Tujuan Penulisan.
Tujuan dari penulisan makalah ini, dimaksudkan agar mahasiswa mengetahui  penyakit menular seksual, penyebaran penyakit menular seksual, jenis penyakit menular seksual serta bagaimana cara dalam mencegah penyebaran penyakit menular seksual.


1.4.Metode Penulisan.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode kapustakaan. Dimana, penulis mencari sumber materi dari buku-buku tentang penyakit menular seksual serta bahan lainnya dari internet.

1.5.Sistematika Penulisan.
Sistematika yang digunakan penulis dalam menyusun makalah ini adalah :
BAB I       : Pendahuluan, Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
BAB II      : Pembahasan, Pengertian Penyakit Menular Seksual, Penyebaran Penyakit Menular Seksual, Jenis Penyakit Menular Seksual, dan Cara Mencegah Penyakit Menular Seksual.
BAB III    : Penutup, Kesimpulan, dan Saran.



















BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Penyakit Menular Seksual.
Penyakit menular seksual atau disingkat PMS adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks. Penyakit menular seksual  (PMS) atau kadang-kadang disebut infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang menyebar melalui hubungan seksual. Orang awam lebih sering menyebutnya dengan penyakit kelamin. PMS ditularkan melalui cairan tubuh. Selain melalui kontak seksual, PMS juga dapat menular melalui penggunaan jarum suntik dan dari ibu ke anak sebelaum, selama, atau setelah persalinan.
PMS sangat beresiko bagi mereka yang sering berganti-ganti pasangan. Resiko PMS bisa dikurangi dengan prilaku seks yang aman.
PMS mempengaruhi baik pria maupun wanita. Namun, masalah kesehatan dan konsukuensi jangka panjang wanita sangat beresiko tinggi dan cenderung mudah terkena penyakit menular seksual (PMS).

2.2.Penyebaran Penyakit Menular Seksual.
Setiap perbuatan seksual  ataupun tidak melakukan perbuatan seksual akan dalam tingkatan tertentu. Salah satu resiko dari melakukan hubungan seksual adalah kemungkinan terjangkit penyakit menular seksual atau PMS.  Penyebaran penyakit menular seksual antara lain sebagai berikut.
1.      Seks tanpa pelindung.
Meski kondom  tidak seratus persen dapat melindungi, ia tetap merupakan cara terbaik untuk menghindarkan diri kita dari infeksi. Penggunaan kondom dapat menurunkan laju penularan PMS. Orang yang tidak menggunakan kondom maka akan lebih cepat atau beresiko tinggi untuk tertular penyakit menular seksual. Hal ini, dikarenakan berhubungan seksual tanpa alat pelindung menjadikan pasangan yang sedang melakukan hubungan seksual tidak memiliki proteksi diri serta kemungkinan besar akan terjangkit penyakit menular seksual.
2.      Berganti-ganti pasangan.
Orang yang sering berganti-ganti pasangan tentu akan sangat beresiko tinggi terkena penyakit menular seksual hal ini dikrenakan orang yang sering berganti-ganti pasangan tidak mengetahui bahwa salah satu pasangannnya mengidap penyakit menular seksual atau tidak. Hal ini, jelas sangat beresiko tertular penyakit menular seksual.
3.      Penggunaan jarum suntik bersama-sama.
Penggunaan jarum suntik secara bersama-sama akan meningkatkan dan sangat beresiko terkena penyakit menular seksual. Menggunakan jarum suntik sangat rentan terkena penyakit HIV/AIDS terlebih jarum suntik yang digunakan sudah terkena atau bekas orang yang terinfeksi HIV/AIDS.
4.      Penggunaan alkohol.
Konsumsi alkohol dapat berpengaruh terhadap kesehatan seksual. Orang yang biasa minum alkohol, bisa jadi kurang selektif memilih pasangan seksual dan menurunkan batasan. Alkohol dapat membuat seseorang sulit untuk menggunakan kondom dengan benar, maupun sulit meminta pasangannya untuk menggunakan kondom.
5.      Penyalahgunaan obat-obatan.
Prinsipnya sama dengan alkohol, orang yang berhibungan seksual dibawah pengaruh obat lebih besar kemungkinannya melakukan prilaku seksual beresiko/tanpa pelindung. Pemakaian obat terlarang juga memudahkan orang lain  memaksa seseorang melakukan prilaku seksual yang dalam keadaan sadar tidak akan dilakukan. Penggunaan obat dengan menggunakan jarum suntik diasosiasikan dengan peningkatan resiko penularan penyakit lewat darah seperti hepatitis, HIV, yang juga ditransmisiskan lewat seks.

2.3. Jenis-Jenis Penyakit Menular Seksual.
1.      Gonorrhea.
Gonorrhea atau GO juga dikenal dengan kencing nanah, dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Penyakit ini disebabkan karena infeksi bakteri Neissiria gonorrohoae. Bakteri ini menyerang selaput lendir dari alat kelamin (saluran kencing), darah rahim, atau leher rahim, saluran tuba falolopi, anus, kelopak mata,dan tenggorokan. Penyakit ini menular melalui hubungan seksual.
A.    Tanda dan gejala.
a.       Keluar cairn putih dan kekuning-kuningan dari alat kelamin.
b.      Terasa panas dan nyeri pas saat buang air kecil.
c.       Terjadi pembengkakan pada testis (pria)
d.      Keluhan dan gejala terkadang belum nampak meskipun keseluruhan tuba faloppi (wanita).
B.     Pengobatan.
Pengobatan gonorrhea yaitu dengan memberikan antibiotika. Seperti, ceftriaxone, cefixisme, ciprofloxacin dan ofloxacin.
2.      Sifillis (raja singa).
Siffilis adalah penyakit menular seksual yang sangat berbahaya. Hal ini, dikarenakan sifillis dapat mengganggu otak dan fungsi organ lainnya, disebabkan oleh treponema pallidium, penularannya terjadi lewat hubungan seksual yang tidak sehat.
A.    Tanda dan gejala.
a.       Muncul benjolan disekitar kelamin.
b.      Kadang-kadang disertai pusing dan nyeri tulang seperti flu, yang akan hilang sendiri tanpa diobati.
c.       Ada bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah berhubungan seksual.
d.      Selam 2-3 tahun pertama, penyakit ini tidak menunjukan gejala apapun. Namun, setelah 5-10 penyakit ini menyerang susunan saraf otak, pembuluh darah, dan jantung.
e.       Pada perempuan penyakit ini dapat menular pada bayi yang dikandung.
B.     Pengobatan.
Pengobatan pada penderita sifillis yaitu dengan menggunakan atau memberikan penisilin intra muskulus. Pada pasien hamil, diberikan ertiromisin atau setriakson. Doksikilin atau tetrasikilin diberikan  pada pasien yang alergi penisilin tapi tidak hamil.
3.      Herpes.
Penykit ini lebih dikenal dengan sebutan herpes genitalis (herpes kelamin) penyebab herpes ini adalah virus herpes simplex. (HSV) dan ditularkan melalui hubungan seksual, pakaian,
            Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutan dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang kecil. Dan diikuti oleh sekumpulan lapuhan kecil yang nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk luka yang melingkar. Herpes timbul antara 3 sampai 10 hari setelah berhubungan dengan orang yang mempunyai penyakit tersebut. Tetapi antara 5-10 hari, gejala ini akan hilang dan muncul kembali. Gejala ini timbul tergantung daya tahan tubuh orang yang terkena penyakit tersebut.
4.      HIV/AIDS.
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syindrome, suatu penyakit yang membuat tubuh sulit mencegah terjadinya infeksi penyakit. Virus yang menyebabkan terjadinya AIDS yaitu Human Immunodeficiency Virus (HIV), yang menyebabkan terjadinya penurunan kekebalan tubuh pada manusia, menyebabkan AIDS dengan menginfeksi dan merusak sebagian dari kekebalan tubuh terhadap penyakit.
HIV dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh dari seseorang yang telah terinfeksi dengan virus. Kontak tersebut umummnya terjadi karena penggunaan jarum suntik secara bersama-sama, atau berhubungan seksual tanpa pelindung dengan orang yang telah terinfeksi oleh virus HIV. Seorang bayi dapat tertular HIV dari ibu yang terinfeksi. Meskipun ada obat untuk perawatan penderita HIV dan AIDS, tidak ada vaksin atau obat untuk menyembuhkannya.
A.    Tanda dan gejala.
Beberapa orang tidak mengalami gejala saat terinfeksi pertama kali. Sementara yang lainnya mengalami gejala-gejala seperti flu, termasuk demam, kehilangan nafsu makan, berat badan turun, lemah, dan pembengkakan saluran getah bening. Gejala-gejala tersebut biasanya menghilang dalam seminggu sampai sebulan, dan virus tetap ada dalam kondisi tidak aktif (dormant) selama beberapa tahun. Namun, virus tersebut secara terus menerus melemahkan sistem kekebalan, menyebabkan orang yang terinfeksi semakin tidak dapat bertahan terhadap infeksi-infeksi oportunistik.
      Selain itu terdapat empat tahap gejala virus HIV yaitu :
Tahap I : belum ada gejala yang jelas, tetapi sedah dapat menularkan AIDS. Tahap ini disebut window period yaitu virusnya sudah masuk kedalam tubuh, tetapi belum terditeksi. Biasanya 3-6 bulan setelah virus masuk kedalam tubuh. Tahap II : ada tanda-tanda yang jelas namun menurut peneriksaan darah (tes darah) sudah fositif.
Tahap III :
1.      Keringat berlebihan pada waktu malam hari.
2.      Diare terus menerus.
3.      Berat badan terus berkurang.
4.      Pembengkakan kelenjar getah bening.
5.      Flu tidak sembuh-sembuh.
6.      Infeksi jamur pada mulut.
Tahap IV : Muncul gejala AIDS akibat infeksi opportunistic tahap ini sering juga di Sebut tahap penderita AIDS. Gejala ini yang lebih berupa infeksi keganasan, gejala diare yang cukup lama, serta penurunan berat badan biasanya bertahan 2 sampai  bulan kemudian penderita meninggal dunia.
B.     Penularan HIV/AIDS.
Penularan penyakit HIV/AIDS sangat beragam antara lain :
1.      Melakukan hubungan seks dengan orang yang terinfeksi HIV AIDS.
2.      Transfusi darah dengan orang yang terkena HIV.
3.      Nyuntik dengan jarum yang tercemar HIV.
4.      Dari  ibu yang terkena HIV kepada janinnya selama kehamilan, persalinan atau menyusui.
5.      Tindik/tato dengan jarim yang terkena HIV.
6.      Penggunaan pisau cukur yang terkena HIV.

Namun, HIV/AIDS tidak dapat menular melalui :
a.       Bersentuhan, bersenggolan, salaman, berpelukan dan cium pipi.
b.      Alat-alat makan dan minum, seperti piring, gelas, sendok.
c.       Gigitan nyamuk.
d.      Terkena keringat, air mata, air kencing atau ludah.
e.       Berenang dan WC umum, menggunakan telepon bersama-sama.
C.     Cara Pencegahan HIV/AIDS.
Cara pencegahan dari penyakit HIV/AIDS yaitu :
a.       “Abstinensia” tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah, pencegahan seperti ini terbukti sangat ampuh dalam mencegah tertularnya dari penyakit HIV AIDS.
b.      “Be Faithful” setia terhadap pasangan yang sah (suami-istri).
c.       Tidak menerima transfuse darah yang tidak jelas HIV nya.
d.      Pergunakan lah alat suntik, tindik, tato yang steril dan hanya sekali pakai.
e.       Jauhi narkotika, hindari mabuk-mabukan yang bisa membuat luba diri sehingga melakukan perbuatan yang beresiko terkena  HIV AIDS.
f.       Berani menolak ajakan yang beresiko terkena HIV AIDS.
g.      Mensterilkan alat-alat yang bersifat medis dan non medis setiap sekali paki terutama yang berhubungan dengan cairan tubuh manusia.
5.      Trikominatis Vaginalis.
Trikomoniasis, disebabkan oleh sejenis protozoa trikomonas vaginalis. Pada umumnya ditularkan melalui hubungan seksual.
A.    Gejala dan tanda-tandanya berupa :
1.      Cairan vagina (keputihan) encer, berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk.
2.      Vulva agak membengkak, kemerahan, gatal, agak berbusa,dan terasa tidak nyaman.
2.4. Cara Mencegah Penyakit Menular Seksual.
Beberapa cara yang bisa dilakukan dalam rangka pencegahan penyakit menular seksual adalah:
a.       Bersikap setia dengan pasangan.
Hampir 75% penyakit menular seksual diakibatkan karena seringnya berganti-ganti pasangan. Seperti yang telah diketahui, terlalu sering seseorang berganti-ganti pasangan sangat beresiko tinggi untuk terjadi atau tertular pennyakit menular seksual.
b.      Memastikan bahwa jarum suntik yang kita pakai ketika butuh untuk disuntik steril.
Ini sangat penting untuk diperhatikan, ketika kita memang  betul-betul perlu untuk disuntik. Maka, kita wajib memastikan apakah jarum suntik yang digunakan tenaga medis tersebut steril atau tidak. Hal ini, dimaksudkan supaya kita terhindr dari penyakit menular seksual khususnya HIV/AIDS.
c.       Membersihkan organ intim.
Ini sangat penting untuk dilakukan, pembersihan organ intim sangat penting digunakan. Karena, menjaga lebih baik daripada mengobati. Apabila kurang menjaga organ intim maka resiko terkena penyakit menular seksual akan timbul dan jelas sangat membahayakan baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.





BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan.
Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks. PMS ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh , selain melalui kontak seksual, PMS juga dapat menular lewatpenggunaan jarum suntik secara bersama-sama, dan dari ibu keanak sebelaum, selama, atau sesudah persalinan. PMS beresiko terutama pada orang yang suka berganti-ganti pasangan. Penyakit menular seksual diantaranya adalah Gonorrhea, sifillis, herpes HIV/AIDS. Diantara penyakit tersebut, HIV/AIDS adalah penyakit yang sangat membahayakan dan sampai detik ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan penyakit ini.
3.2.Saran.
Diharapkan untuk dapat menambah wawasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit menular seksual. Agar dapat mengurangi penyakit-penyakit menular seksual lainnya yang disebabkan oleh pergaulan bebas terutama dikalangan remaja. Dan untuk meningkatkan lagi pengetahuan seks yaitu dengan mengikuti seminar-seminar kesehatan, membaca buku tentang Penyakit Menular Seksual, dan media informasi lainnya agar tidak dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti : pergaulan bebas, kehamilan diluar nikah, pasangan tidak bertanggung jawab, dan PMS (Penyakit Menular Seksual)


           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar