PENDAKIAN GUNUNG
Selasa, 17 Februari 2015
Tulis Komentar
Pendakian gunung sering
juga disebut haiking atau mountaineering. Kegiatan yang akhir-akhir ini semakin
banyak diminati kaum muda. Sehingga tak aneh jika banyak klub-klub pecinta alam
atau organisasi remaja yang memfokuskan pada kegiatan pendakian gunung.
Mountaineering (Haiking) dapat dibagi kedalam
beberapa tipe, yaitu :
1. Hill
Walking atau Hill Climbing, yaitu perjalanan atau pendakian gunung non salju.
Gunung atau pegunungan yang tersebar di indonesia maupun negara lain. Dari yang
ketinggiannya biasa saja sampai ke gunung atau pegunungan yang cukup tinggi.
2. Rock
Climbing, yaitu pemanjatan tebing.
3. Snow
Ice Climbing yaitu pendakian gunung bersalju. Misalnya, pegunungan Jayawijaya,
Propinsi Papua, atau gunung-gunung tinggi bersalju di belahan dunia lain.
Pada
dasarnya 3 tipe pendakian tersebut sama saja. Namun, yang membedakan hanya
medan pendakiannya yang dapat mempengaruhi persiapan, latihan, dan teknik
pendakian.
Olah
raga mendaki gunung tidak hanya membutuhkan fisik yang prima saja. Tetapi, juga
membutuhkan kesetabilan jiwa pendaki. Secara fisik artinya pendaki mempunyai
daya kemammpuan kerja fisik yang maksimal pada ketinggian, sedangkan
berdasarkan kesiapan jiwa diperlukan kekuatan konsentrasi dan stabilitas emosi
di dalam menghadapi kondisi atau situasi.
Para
calon pendaki yang merasa takut berada di ketinggian. Lebih baik menunda
terlebih dahulu keinginan untuk mendaki gunung. Pendakian gunung merupakan
suatu olah raga yang dapat dikaitkan dengan peraihan prestasi. Pendaki yang
berpengalaman dan aktif akan selalu berusaha menemukan jalur-jalur pendakian
yang baru, yang lebih sukar, dan lebih menantang. Namun, seiring meningkatnya
prestasi maka bertambah pula resiko (kecelakaan) terhadap para pendaki.
AKLIMATISASI
Yang
dimaksud aklimatisasi adalah proses penyesuaian yang dilakukan para pendaki
terahadap suatu keadaan suatu tempat (termasuk ketinggian). Jika kita naik ke
tempat yang lebih tinggi, maka kadar oksigen di tempat tersebut akan semakin
rendah (menipis). Salah satu teori dalam pendakian, Teori Aveolar, menyebutkan “semakin tinggi suatu tempat maka semakin
kecil kemampuan paru-paru untuk menghisap oksigen”.
Faktor
penunjang bagi para pendaki gunung untuk menanggulangi tipisnya kadar oksigen
di suatu tempat, yaitu dengan cara melakukan penyesuaian secara bertahap,
sehingga para pendaki tidak mengalami shock.
LATIHAN
BERKALA
Pada
dasarnya latihan fisik bagi seorang pendaki gunung memerlukan kesinambungan
yang teratur. Pendaki dianjurkan untul latihan lari, bersepeda, dan berenang.
Lakukan latihan lari pada siang hari. Sebab, kadar oksigen pada siang hari di
permukaan lebih tipis (mirip dengan keadaan di atas gunung). Dengan latihan
lari, pendaki dipaksa berlatih untuk menghirup udara tipis. Jenis latihan
lainnya dengan menggunakan berat tubuh pendaki. Misalnya, dengan melakukan
push-up, shit-up, dan pull-up.
Pendaki
harus dapat menerapkan latihan dengan berbagai variasi, agar tidak bosan dan
dapat berlatih dengan berbagai kondisi yang hampir menyamai keadaan digunung.
PERSIAPAN
SUATU KEADAAN
Faktor
penunjang keselamatan dari suatu misi perjalanan pendakian atau kegiatan di
gunung pada dasarnya terbagi ke dalam :
a. Faktor
internal, yaitu faktor yang menyangkut diri pendaki itu sendiri. Misalnya,
fisik, mental, pengetahuan, dan lain-lain.
b. Faktor
eksternal, yaitu faktor yang menyangkut daerah yang dituju. Misalnya, cuaca,
medan, bahaya alam (petir, longsor, banjir) dan lain-lain.
Juga
dalam suatu misi perjalanan harus diperhatikan mengenai bahaya-bahaya pada
suatu pendaki gunung yang terbagi kedalam :
1. Bahaya
subyektif. Yaitu, bahaya yang datangnya dari diri si pendaki. Seperti kurangnya
kekuatan fisik, mental, emosi dan pengetahuan.
2. Bahaya
obyektif. Yaitu bahaya yang datangnya dari daerah/gunung yang kita daki.
Misalnya, cuaca, medan, longsor, hawa dingin, dan lain-lain.
Dengan
tidak menganggap remeh faktor-faktor lainnya, faktor pengetahuan pendaki
merupakan faktor yang penting dalam arti selain mengusai teknik-teknik yang
diperlukan juga mengetahui peralatan-peralatan yang akan digunakan dan cara
menggunakannya.
Wajib
hukumnya bagi pendaki gunung untuk menguasai berbagai teknik survival dan
komunikasi lapangan (baik dengan kaca/cermin, teknik kode asap, atau radio
telekomunikasi/HT).
TEKNIK
PENGEPAKAN BARANG (PACKING)
Teknik
penyususnan atau penataan barang-barang kedalam ransel (tas punggung) yang
disesuaikan denga urutan sebagai berikut :
1. Waktu/kebutuhan
dalam pemakainnya.
2. Prinsip
dalam teknik penyusunan/pengepakan barang, beban yang berat diletakan dibagian
punggung jangan dipinggang.
Bagi
pendaki gunung, teknik pengepakan adalah salah satu seni dalam pendakian gunung
itu sendiri.
Belum ada Komentar untuk "PENDAKIAN GUNUNG"
Posting Komentar