Senin, 09 Maret 2015

ASMA DAN ASUHAN KEPERAWATANNYA



ASMA
A.    Definisi.
Menurut American Thoracic Society:
Asma merupakan syndrome klinik dengar, manisfestasi oleh peningkatan respon dari tracheoboncial terhadap beberapa stimuli.
B.     Etiologi.
Secara pasti tidak diketahui kemungkinan akibat terpaparnya oleh beberapa substansi seperti alergen, bahan-bahan kima, debu udara, gas, uap/asap,. Juga dapat terjadi oleh penyebab yang tidak dapat diketahui.
C.     Pathofisiologi.
Serangan asma akut karakteristiknya adalah bronkhospasme, edema mukosa jalan napas, penebalan mukus yang cenderung menyebabkan sumbatan jalan napas. Mekanisme terjadinya perubahan ini akibat dari  terangsangnya reaksi alergis yang klasi. Yaitu, reaksi hipersensitif mediator IgE. Pada astma juga dicetuskan oleh lingkungan yang dapat mengiritasi, infeksi saluran napas, latihan, udara dingin (hiperiritabilasi jalan napas).
Perubahan patalogis pada jalan napas akhirnya mengganggu pertukaran gas dan ventilasi melalui : mismach ventilasi dan perfusi, gangguan difusi, hipoventilasi, dan perfusi akibat dari obstruksi pada aliran udara pada bagian paru tidak mendapatkan ventilasi sekresi yang berlebihan pada jalan napas, “shunting” terjadi pada daerah atelektasis. Pada tahap awal serangan asma terjadi hiperventilasi tetapi dapat terjadi hipoventilasi jika usaha napas melebihi kemampuan otot-otot respirasi untuk melakukan ventilasi paru selanjutnya dapat menyebabkan respiratory filure dan kematian.
D.    Manifestasi Klinik.
a.       Rangsangan serangan asma
Pasien asma umumnya sangat responsif terhadap jalan napas dan berbagai kegiatan fisik., bahan kimia dan rangsangan farmakologik dapat merangsang timbulnya asma. Alergen yang umumnya menyebabkan serangan adalah : debu, tepung sari bunga, bulu binatang, makanan tertentu, makanan tamban (zat additive), emisi kendaraan bermotor, polutan industry, rokok sigaret, uap, parfum, cat, tiner, spray (furniture), sampah rumah tangga, udara dingin, stress emosional, infeksi saluran nafas.
b.      Gejala.
Dyspnea, wheezing, panik, takut, khawatir, takut akan kematian, irritable, hiperventilasi, sakit kepala, nausea, perasaan penuh pada dada, dada terasa sempit, pernafasan cepat dan dangkal, batuk, perasaan lemah, fatigue.
E.     Pemeriksaan Diagnostik.
a.       Pemeriksaan darah.
Ø  Darah rutin, eosinofil meninggi, leukosit meninggi atau normal.
Ø  Gas darah, hasilnya berpariasi tapi bila pada CO2  meninggi dan penurunan pH menunjukan tendensi prognosis buruk.
Ø  Kadang-kadang SGOT dan LDH tinggi.
Ø  Hiponatermia, PMN meninggi, jumlah diatas 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi.
Ø  IgE yang tinggi pada waktu serangan, tes aleri positif pada tipe asma atopik.
b.      Pemeriksaan faal paru.
RV dapat meningkat akibat air lappering, sehingga timbul hiperinflasi paru. FRC menurun, terdapat retensi CO2 atau apneu total. Fevl menurun, FVC mengurang.
F.      Terapi Obat-Obatan.
Obat-obatan yang digunakan adalah : beta agonist, metylxantine dan kortikosteroid.
Beta agonist
metylxantina
Metaproterenol
Terbutaline
albuterol
Aminophilin
theophilin

G.    Diagnosa Keperawatan.
ü  Tidak efektifnya pola napas b/d meningkatnya resistensi jalan napas.
ü  Gangguan pertukaran gas b/d ketidaksesuaian ventilasi-perfusi, gangguan difusi, arterio-venosus shunt.
ü  Takut b/d perhatiian terhadap ancaman kematian.
ü  Fatigue b/d meningkatnya usaha napas.
ü  Defisit volume cairan b/d menurunnya intake meningkatnya kehilangan insensible.
ü  Aktivitas intoleran b/d aktual dyspnea atau takut sesak.
ü  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d fatigue dan dyspnea.
ü  Dysfungsi sexual bd dyspnea dan fatigue.
H.    Perencanaan.
Kriteria hasil pasien dengana asma adalah :
Ø  Pola napas kembali normal meliputi kecepatan dan kedalaman respirasi.
Ø  paCO2 terpelihara dalam batas normal (sekitar 40 mmHg).
Ø  Suara napas bersih, dengan sedikit atau tanpa suara wheezing.
Ø  PaO2 terpelihara diatas 55 mmHg.
Ø  Pasien tidak melaporkan kesulitan dalam bernapas dan kesulitan minimal pada saat aktivitas.
I.       Pelaksanaan.
Perawatan pada pasien asma hampir sama dengan perawatan pada pasien yang mengalami COPD; memelihara adekutnya ventilasi dan pertukaran gas, pemberian bronkodilator, kortikosterois, dan oksigen sesuai program, posisi tegak (kepala lebih tinggi), suhu lingkungan tidak dingin, pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit, napas dalam dan lambat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar