MAKALAH PROSES DEGENERATIF
Rabu, 20 Mei 2015
Tulis Komentar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Terjadinya Proses Penuaan
Penuaan adalah konsekuensi yang
tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi
tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantindes, 1994)
Proses menua bukan merupakan suatu
penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup manusia, yaitu; bayi,
kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan karena lanjut usia
tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan.
Akan tetapi proses menua dapat
menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus
diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung
sejak seseorang mencapai usia dewasa. Misalnya dengan terjadinya kehilangan
jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati
sedikit demi sedikit.
Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia
berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis
alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapain puncak maupun menurunnya
I.
Teori-Teori
Proses Menua
A.
Teori Biologi
1.Teori Seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah
dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel-sel tubuh “diprogram” untuk membelah
50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas dari tubuh dan dibiakkan di
laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat
sedikit. (Spence & Masson dalam Waton, 1992). Hal ini akan memberikan
beberapa pengertian terhadap proses penuaan biologis dan menunjukkan bahwa pembelahan
sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan,
sesuai dengan berkurangnya umur.
Pada beberapa sistem, seperti sistem
saraf, sistem muskuloskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalam
sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak atau
mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko mengalami proses penuaan dan
mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan
memperbaiki diri. Ternyata sepanjang kehidupan ini, sel pada sistem ditubuh
kita cenderung mangalami kerusakan dan akhirnya sel akan mati, dengan
konsekuensi yang buruk karena sistem sel tidak dapat diganti.
2.
Teori
“Genetik Clock”
Menurut teori ini menua telah
diprogram secara genetik untuk species-species tertentu. Tiap species mempunyai
didalam nuclei (inti selnya) suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu
replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi
sel bila tidak berputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita
akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau
penyakit akhir yang katastrofal.
Konsep genetik clock didukung oleh
kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa species
terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata. (misalnya manusia; 116
tahun, beruang; 47 tahun, kucing 40 tahun, anjing 27 tahun, sapi 20 tahun)
Secara teoritis dapat dimungkinkan
memutar jam ini lagi meski hanya untuk beberapa waktu dengan pangaruh-pengaruh dari
luar, berupa peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit atau tindakan-tindakan
tertentu.
Usia harapan hidup tertinggi di
dunia terdapat dijepang yaitu pria76 tahun dan wanita 82 tahun (WHO, 1995)
Pengontrolan genetik umur rupanya
dikontrol dalam tingkat seluler, mengenai hal ini Hayflck (1980) melakukan
penelitian melalaui kultur sel ini vitro yang menunjukkan bahwa ada hubungan
antara kamampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies.
Untuk membuktikan apakan yang
mengontrol replikasi tersebut nukleus atau sitoplasma, maka dilakukan
trasplantasi silang dari nukleus.
Dari hasil penelitian tersebut jelas
bahwa nukleuslah yang menentukan jumla replikasi, kemudian menua, dan mati,
bukan sitoplasmanya (Suhana, 1994)
3.
Sintesis
Protein (Kolagen
Dan Elastin)
Jaringan seperti kulit dan kartilago
kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses kehilangan elastisitas ini
dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen perotein dalam jaringan
tersebut. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastin pada
kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktrur yang berbeda dari protein
yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada
klulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan
bertambahnya usia. (Tortora & anagnostakos, 1990) hal ini dapat lebih mudah
dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan elastisitasnya dan
cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan pada
sistem muskuloskeletal.
4.
Keracunan
Oksigen
Teori tentang adanya sejumlah
penurunan kemampuan sel didalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen
yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahan
diri tertentu.
Ketidak mampuan mempertahankan diri
dari toksik tersebut membuat struktur membran sel mangalami perubahan dari
rigid, serta terjadi kesalahan genetik. (Tortora & anagnostakos, 1990)
Membran sel tersebut merupakan alat
untuk memfasilitasi sel dalam berkomunikasi dengan lingkungannya yang juga
mengontrol proses pengambilan nutrien dengan proses ekskresi zat toksik didalam
tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel yang sangat penting bagi proses
diatas, dipengaruhi oleh rigiditas membran tersebut. Konsekuensi dari kesalahan
genetik adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan
jumlah sel anak di semua jaringan dan organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan
peningkatan kerusakan sistem tubuh.
5.
Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami
kemunduran pada masa penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kamampuan sistem
yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan
faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan.
Mutasi yang berulang atau perubahan
protein pasca translasi, dapat menyebabkan berkurangnya kamampuan sistem imun
tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi somatik
menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan
dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang megalami perubahan
tersebut sebagi sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi
dasar terjadinya peristiwa autoimun (Goldstein, 1989)
Hasilnya dapat pula berupa reaksi
antigen antibody yang luas mengenai jaringan-jaringan beraneka ragam, efek
menua jadi akan menyebabkan reaksi histoinkomtabilitas pada banyak jaringan.
Salah satu bukti yang ditemukan
ialah bertambahnya prevalensi auto antibodi bermacam-macam pada orang lanjut
usia (Brocklehurst, 1987)
Disisi lain sistem imun tubuh
sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya
serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa
membelah-belah. Inilah yang menyebabkan kanker yang meningkat sesuai dengan
meningkatnya umur (Suhana, 1994)
Teori atau kombinasi teori apapun
untuk penuaan biologis dan hasil akhir penuaan, dalam pengertian biologis yang
murni adalah benar. Terdapat perubahan yang progresif dalam kemampuan tubuh
untuk merespons secara adaptif (homeostatis), untuk beradaptasi terhadap stres
biologis. Macam-macam stres dapat mencakup dehidrasi, hipotermi, dan proses
penyakit. (kronik dan akut)
II.
Teori
Psikologis
1.
Teori
Pelepasan
Teori pelepasan memberikan pandangan
bahwa penyesuaian diri lansia merupakan suatu proses yang secara
berangsur-angsur sengaja dilakukan oleh mereka, untuk melepaskan diri dari
masyarakat.
2. Teori
Aktivitas
Teori aktivitas berpandangan bahwa
walaupun lansia pasti terbebas dari aktivitas, tetapi mereka secara bertahap
mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai kompensasi dan
penyusuauian.
III.
Aspek
Psikologis Akibat Lanjut Usia
Aspek psikologis pada lansia tidak
dapat berlangsung tampak. Salah satu pengertian yang umum tentang lansia adalah
bahwa mereka mempunyai kemampuan memori dan kecerdasan mental yang kurang.
Penelitian tentang kemampuan aspek
kognitif dan kemampuan memori pada lansia dalam kelompok dan kemampuan mereka
untuk memcahkan masalah, ternyata tidak mendukung gambaran diatas. Adalah benar
bahwa banyak lansia mempunyai cara berbeda dalam memecahkan masalah, bahkan
mereka dapat melakukannya dengan baik walaupun kondisinya menurun. Akan tetapi,
juga terdapat bukti bahwa lansia mengalami kemunduran mental yang substansil atau
luas.
IV.
Keperibadian, Intelegensia, Dan Sikap
Meskipon sulit untuk mendefenisikan
dan mengukur keperibadian, namun upaya ini tetap dilakukan untuk mengubah
sedikit pemikiran tentang lansia. Walaupun mengalami kontroversi, tes intelegensia
dengan jelas memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan pada lansia (Cockburn
& Smith, 1991). Hal ini tidak diungkapkan secara signifikan dan bahkan
mungkin tidak berpengaruh secara nyata terhadap kehidupan lansia. Sikapnya
tentu berbeda dengan sering bertentangan dengan sikap generasi yang lebih muda.
Semua kelompok lansia sering kali mempertahankan sikap yang kuat, sehingga
sikapnya lebih stabil dan sedikit sulit untuk berubah. Satu hal pada lansia
yang diketahui sedikit berbeda dari orang yang lebih muda yaitu sikap mereka
terhadap kematian. Hal ini menunjukkan bahwa lansia cenderung tidak terlalu
takut terhadap konsep dan realitas kematian. Hal ini mungkin merupakan suatu
gambaran adaptif pada penuaan.
2.2 Batasan Tua Atau Lanjut Usia
Beberapa pendapat mengenai batasan
umur lansia.
Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia
Lanjut usia meliputi:
·
Usia
pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
·
Lanjut usia
(elderly) = antara 60 dan 74 tahun
·
Lanjut usia
tua (old) = antara 75 dan 90 tahun
·
Usia sangat
tua (very old) = diatas 90 tahun
Menurut Prof.
Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad
Membagi periodisasi biologis
perkembangan manusia sebagai berikut:
·
0-1 tahun =
masa bayi
·
1-6 tahun =
masa prasekolah
·
6-10 tahun =
masa sekolah
·
10-20 tahun
= masa pubertas
·
40-65 tahun
= masa setengah umur (prasenium)
·
65 tahun
keatas = masa lanjut usia ( senium)
Menurut Dra.
Ny. Jos Masdani (Psikolog Ui)
Lanut usia merupakan kelanjutan dari
usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian
·
Fase
iuventus, antara 25 sampai 40 tahun
·
Fase
vertilitas, antara 40 sampai 50 tahun
·
Fase
prasenium, antara 55 sampai 65 tahun
·
Fase senium,
65 tahun hingga tutup usia
Menurut Prof.
Dr. Koesmanto Setyonegoro
Pengelompokan lanjut usia sebagai
berikut;
·
Usia dewasa
muda (elderly adulhood), 18 atau 29-25 tahun.
·
Usia dewasa
penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 tahun atau 65 tahun
·
Lanjut usia
(geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun
ü 70-75 tahun
(yaoung old)
ü 75-80 tahun
(old)
ü Lebih dari
80 (very old)
Menurut UU No. 4 Tahun 1965
Dalam pasal 1 dinyatakan sebagai
berikut: seorang dapat dikatakan sebagai jompo atau lanjut usia setelah yang
bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang
lain
(sekarang tidak relevan lagi)
Menurut UU No. 13/Th.1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi sebagai berikut;
BAB 1 Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi:
Lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.
Birren and Jenner (1997)
membedakan usia menjadi tiga;
·
Usia
biologis;
Yang menunjuk kepada jangka waktu
seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup dan mati
·
Usia
psikologis
Yang menunjuk pada kemampuan
seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang
dihadapinya.
·
Usia sosial
Yang menunjuk kepada peran-peran
yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang sebungan dengan
usianya.
2.3 Kondisi Fisiologis Dan Patologis Pada Lanjut Usia
Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia
Perubahan-perubahan fisik
1.
Sel
2. Lebih
sedikit jumlahnya
3. Lebih besar
ukurannya
4. Berkurangnya
jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler
5. Menurunnya
proporsi protein di otak, otot, darah, dan hati.
6. Jumlah sel
otak menurun.
7. Terganggunya
mekanisme perbaikan sel
8. Otak menjadi
atrofi, beratnya berkurang 5-10%
2.
Sistem
persarafan
1.
Berat otak
menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel otaknya dalam setiap harinya)
2.
Cepatnyan
menurun hubungan persarafan
3.
Lambat dalam
respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.
4.
Mengecilnya
saraf panca indra. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya dengan ketahanan terhadap dingin.
5.
Kurang
sensitif terhadap sentuhan
3.
Sistem
pendengaran
1. Presbiakusis
(gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60
tahun
2. Membran
timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
3. Terjadi
pengumpulan serumen dapat mengeras karena menginkatnya keratin.
4. Pendengaran
bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stres.
4.
Sistem
penglihatan
1.
Sfingter
pupil timbul skelerosis dan hilangnya tespon terhadap sinar.
2.
Kornea lebih
berbentuk sferis (bola)
3.
Lensa lebih
suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan
penglihatan.
4.
Meningkatnya
ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan
susah melihat dalam cahaya gelap
5.
Hilangny
daya akomodasi
6.
Menurunnya
lapangan pandang; berkurang luas pandangannya.
7.
Berkurangnya
daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
5.
Sistem
kardiovaskuler
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katup jantung menebal dan menjadi
kaku
3. Kemampuan jantung untuk memompa
menurun 1% setiap tahun sesudah berumut 20 tahun, hal ini menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elatisitas pembuluh
darah; kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi, perubahan
posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg (menyebabkan pusing mendadak)
5. Tekanan darah meninggi diakibatkan
oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer; sistolis normal 170
mmHg, diastolis normal 90 mmHg.
6. Sistem
pengtaturan temperatur tubuh
Pada sistem pengaturan suhu,
hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostat, yaitu menetapkan suatu
suhu tertntu, kemunduran terjadi sebagai faktor yang mempengaruhinya. Yang
sering ditemui antara lain;
1) Temperatur
tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35o ini
akibat metabolisme yang menurun
2) Keterbatasan
refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga
terjadi rendahnya aktivitas otot.
7. Sistem
respirasi
1)
Otot-otot
pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
2)
Menurunnya
aktivitas dari silia
3)
Paru-paru
kehilangan aktivitas; kapasitas residu meningkat, menarik nafas menjadi berat,
kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun
4)
Alveoli
ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
5)
O2 pada
arteri menurun menjadi 75 mmHg.
6)
CO2 pada
arteri tidak berganti
7)
Kemampuan
untuk batuk berkurang
8)
Kemampuan
pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernapasan akan menurun seiring degan
bertambahnya usia.
8.
Sistem
gastrointestinal
1)
Kehilangan
gigi; penyebab utama adalah Periodental disease yang bisa terjadi setelah umur
30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2)
Indera
pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis, dari selaput lendir, atropi
indera pengecap (±80%),
hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa tentang rasa
asin, asam, dan pahit.
3)
Eofagus
melebar
4)
Lambung,
rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam labung menurun, waktu
mengosongkan menurun.
5)
Peristaltik
lemah dan biasanya timbul konstipasi
6)
Fungsi
absobsi melemah (daya absobsi terganggu)
7)
Liver (hati)
makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
9.
Sistem
reproduksi
1)
Menciutnya
ovari dan uterus
2)
Atrofi
payudara
3)
Pada
laku-laki testis masih dapat memproduksi spermatosoa, meskipun adanya penurunan
secara beransur-ansur
A.
Dorongan
seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi keksehatan baik),
yaitu;
·
Kehidupan
seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia
·
Hubungan
seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan seksual
·
Tidak perlu
cemas karena merupakan perubahan alami
B.
Selaput
lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang,
reaksi sifatnya menjadi alkali, dan terjadi perubahan-perubahan warna.
10.
Sistem
genito urinaria
1)
Ginjal,
merupaan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urine darah
yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan unit terkecil dari ginjal yang
disebut nefron (tepatnya di glumerulus, kemudia mengecil dan nefron menjadi
atrofi. Aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%. Fungsi tubulus berkurang
akibatnya; kurang kemapuan mengkonsentrasi urine, berat jenis urine menurun,
proten uria.
2)
Vesika
urinaria (kandung kemih); otot-ototnya menjadi lemah, kapasitasnya menurun
sampai 200ml atau menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat. Vesika
urinari susah dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urine.
3)
Pembesaran
prostat kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun
4)
Atrofi vulva
11.
Sistem
endokrin
1)
Produksi
hampir semua hormon menurun
2)
Fungsi
paratiroid dan sekresinya tidak berubah
3)
Pituitari;
hormon pertumbuhan ada tetapi lebih rendah tetapi rendah dan hanya dalam
pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, LH.
4)
Menurunnya
aktifitas tiroid, BMR menurun.
12.
Sistem kulit
1)
Kulit
mengerut atau keriput akibat kahilangan jaringan lemak
2)
Kulit kasar
dan bersisik,
3)
Mekanisme
proteksi kulit menurun
·
Produksi
serum menurun
·
Gangguan
pigmentasi kulit
4)
Kulit kepala
dan rambut menipis
5)
Kelenjar
keringat berkurang jumlahnya
13.
Sistem
muskuloskeletal
1) Tulang
kehilangan density (cairan) dan makin rapuh
2) Kifosis
3) Discus
intervertebralis menipis dan menjadi pendek
4) Persendian
membesar dan menjadi pendek
5) Tendon
mengerut dan mengalami skelrosis
14.
Perubahan
mental
Faktor yang
mempengaruhi perubahan mental
1)
Perubahan
fisik, organ perasa
2)
Kesehatan
umum
3)
Tingkat
pendidikan
4)
Keturunan
5)
Lingkungan
1.
Momory:
jangka panjang (*berhari-hari yang lalu) mencakup beberapa perubahan. Kenangan
jangka pendek (0-10 menit) kenangan buruk
2.
Intelegency;
tidak berubah dengan informasi matematik dan perkataan verbal.
3.
Berkurangnya
keterampilan psikomotor.
5.2 Terjadinya Penuaan Dini Pada Sebagian Manusia
Penuaan dini
adalah proses dari penuaan kulit yang lebih cepat dari seharusnya. Banyak orang
yang mulai melihat timbulnya kerutan kulit wajah pada usia yang relatif muda,
bahkan pada usia awal 20-an. Hal ini biasanya disebabkan berbagai faktor baik
internal maupun eksternal.
Faktor
internal ini biasanya disebabkan oleh adanya gangguan dari dalam tubuh.
Misalnya sakit yang berkepanjangan, serta kurangnya asupan gizi. Sedangkan
faktor eksternal bisa terjadi karena sinar matahari, polusi, asap rokok,
makanan yang tidak sehat dan lain sebagainya.
Struktur Kulit
Fakta Ilmiah Tentang Kulit
1.
Pada usia
muda, kulit baru akan muncul ke lapisan epidermis setiap 28 – 30 hari. Dengan
bertambahnya usia, proses regenerasi berkurang secara cepat. Dan setelah usia
di atas 50 tahun prosesnya menjadi sekitar 37 hari.
2.
Lapisan
dermis kulit adalah lapisan kulit yang bertanggung jawab terhadap sifat
elastisitas, dan kehalusan kulit. Berfungsi mensuplai makanan untuk lapisan
epidermis, dan sebagai fondasi bagi kolagen serta serat elastin.
3.
Vitamin C
merangsang dan meningkatkan produksi kolagen kulit dengan cara meningkatkan
kemampuan perkembangbiakan sel fibroblast tua dermis.
|
Struktur Kolagen
|
Kolagen adalah komponen utama
lapisan kulit dermis (bagian bawah epidermis) yang dibuat oleh sel fibroblast.
Pada dasarnya kolagen adalah senyawa protein rantai panjang yang tersusun lagi
atas asam amino alanin, arginin, lisin, glisin, prolin, serta hiroksiproline.
Sebelum menjadi kolagen, terlebih dahulu terbentuk pro kolagen.
Bilamana produksi kolagen menurun seiring dengan bertambahnya usia, dampaknya adalah meningkatnya proses “kulit kering” serta sifat elastisitasnya. Lapisan dermis inilah yang bertanggung jawab akan sifat elastisitas dan kehalusan kulit (skin smoothness) yang merupakan kunci utama untuk disebut “awet muda” serta memiliki kulit indah (beautiful skin).
Bilamana produksi kolagen menurun seiring dengan bertambahnya usia, dampaknya adalah meningkatnya proses “kulit kering” serta sifat elastisitasnya. Lapisan dermis inilah yang bertanggung jawab akan sifat elastisitas dan kehalusan kulit (skin smoothness) yang merupakan kunci utama untuk disebut “awet muda” serta memiliki kulit indah (beautiful skin).
Proses Penuaan Kulit
|
Proses
Penuaan pada Kulit
|
Penuaan kulit pada dasarnya terbagi
atas 2 proses besar, yaitu penuaan kronologi (chronological aging) dan 'photo
aging'. Penuaan kronologi ditunjukkan dari adanya perubahan struktur, dan
fungsi serta metabolik kulit seiring berlanjutnya usia. Proses ini termasuk,
kulit menjadi kering dan tipis; munculnya kerutan halus, adanya pigmentasi
kulit (age spot).
Sedangkan proses 'photo aging'
adalah proses yang menyangkut berkurangnya kolagen serta serat elastin kulit
akibat dari paparan sinar UV matahari. Paparan sinar sinar UV yang berlebihan,
dapat menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolisis dari
radikal bebas yang terbentuk. Enzim ini selanjutnya memecahkan kolagen serta
jaringan penghubung di bawah kulit dermis.
Sehingga
dari pengetahuan kita mengenai fakta dan proses penuaan kulit yang merupakan
penyebab penuaan dini, kita perlu melakukan tindakan yang tepat untuk menangani
penuaan dini. Salah satu tindakan yang tepat untuk menangani penuaan dini
adalah memakai produk antiaging yang tepat.
Ser–C, serum vitamin C adalah
produk perawatan kulit yang tepat, berguna memperlambat proses penuaan dini dan
menyamarkan keriput (atau kerutan) kulit wajah.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Proses
penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik. Teori-teori
biologik sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan mendukung
berbagai definisi mengenai proses menua.
Dan
pendekatan multi disiplin mengenai teori penuaan, perawat harus memiliki
kemampuan untuk mensintesa berbagai teori tersebut dan menerapkannya secara
total pada lingkungan perawatan klien usia lanjut termasuk aspek fisik,
mental/emosional dan aspek-aspek sosial. Dengan demikian pendekatan eklektik
akan menghasilkan dasar yang baik saat merencanakan suatu asuhan keperawatan
berkualitas pada klien lansia.
3.2 Saran
Masa tua adalah sesuatu yang akan
dan harus dihadapi oleh setiap manusia, untuk menjalani proses kehidupan
mereka. Tidak ada satupun orang yang dapat menghindarinya dan berusaha agar
tetap dapat terlihat awet muda.
Berbagai proses harus dilewati,
namun beberapa orang ada yang dapat melalui prosesnya dengan baik, namun ada
pula yang tidak cukup lancar. Ditinjau dari berbagai aspek dan sudut pandang,
dari segi fisik dan kejiwaan.
Maka, perawat yang melakukan
tindakan asuhan keperawatan pada berbagai tingkatan usia harus dan wajib tahu
bagaimana konidisi fisiologis pasiennya.
Termasuk pada usia lanjut. Semoga makalah ini dapat menjadi salah satu
referensinya. Baik sebagai acuan dalam
pembelajaran, ataupun sebagai pedoman dalam tindakan asuhan keperawatan pada
klien usia lanjut
DAFTAR
PUSTAKA
Pringgoutumo,
dkk. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum), Edisi 1. Jakarta. Sagung Seto.
Sutisna
Hilawan (1992), Patologi, Jakarta, Bagian Patologi Anatomi FKUI.
Gunawan S,
Nardho, Dr, MPH, 1995, Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep Kes R.I.
Belum ada Komentar untuk "MAKALAH PROSES DEGENERATIF"
Posting Komentar