ASAL MUASAL KAMPUNG PANYALAHAN (Cerita Rakyat dari Tasikmalaya)
Rabu, 05 Agustus 2015
Tulis Komentar
Pada zaman dahulu ada dua orang
suami isteri yang sangat baik, hidup di suatu tempat. Mereka mempunyai
peliharaan yang cukup banyak jumlahnya, salah satu diantaranya merupakan
harimau yang telah jinak serta dipelihara sejak kecil.
Kebahagiaan
mereka bertambah besar setelah dianugrahi seorang anak yang montok dan mulus.
Kehidupan
mereka sehari-hari bercocok tanam. Maka, tak aneh jika setiap hari mereka tidak
ada dirumah, sedangkan bayinya selalu ditinggalkan dirumah serta dijaga oleh
seekor harimau itu.
Berhari-hari,
berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan tidak pernah ada kejadian apapun. Namun,
pada suatu hari terjadilah suatu peristiwa yang sangat menyedihkan. Yaitu, pada
wakt mereka pulang dari ladangnya di halaman rumahnya disambut si harimau itu
dengan riangnya.
Denngan
mesranya si harimau mengibas-ngibaskan ekornya sambil menggesek-gesekan
badannya kepada mereka. Melihat tingkah laku si harimau sangat berbeda dari
hari-hari biasanya, tentu saja menimbulkan pertanyaan “apa gerangan yang telah
terjadi?”
Pada
waktu mereka sedang berfikir terlihatlah mulut harimau berlumuran darah,
sehingga mereka menyangka bahwa anak kesayangannya telah diterkam. Dengan
perasaan yang sangat sedih dan menyesal, ayah sang bayi marah kepada harimau
sambil berkata, “binatang keparat! Tak tahu balas budi, sejak kecil ku urus, ku
pelihara baik-baik, kini kau membalas jasaku dengan kejahatan sehingga kau rela
menerkam anak kesayanganku.”
Karena
sangat marah, sang ayah menghunus golok dari sarungnya kemudian dihunuskan dan
dipancungkan ke leher harimau sambilo berkata denagan geramnya, “terimalah ini
hukumanmu, hutang darah harus dibayar dengan darah” dan harimau itupun mati
seketika.
Sambil
menangis istrinya masuk kedalam rumah diikuti oleh suaminya untuk melihat
keadaan anaknya setelah menendang bangkai harimau yang dianggap jahat sebagai
pelampiasan rasa marahanya.
Setelah
mereka berada di dalam rumah apa yang terjadi? Apa yang mereka lihat? Bayinya
sedang berbaring diatas buaian dengan tidak bergerak lalu diraba-raba dadanya
ternyata masih ada rasa hangat, menurut dugaan mereka pasti bayinya belum lama
meninggal.
Kemudian
diguncangkan badan bayi itu agak kencang sehingga mengakibatkan matanya terbuka
perlahan-lahan, kemudian melihat kearah mereka dan tersenyum manja.
Mereka
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, bayinya ternyata masih hidup. Selanjutnya
mereka menemukan bangkai seekir ular besar berlumuran darah tergeletak di dekat
buaian sang bayi. Sekarang, mereka sadar bahwa si harimau telah sangat berjasa
kepada mereka (telah menyelamatkan anaknya daari lilitan ular besar). Disamping
kegembiraan atas keselamatan anaknya, mereka sangat menyesali perbuatannya
membunuh harimau yang sangat besar jasanya terhadap mereka.
Hal
itu terjadi karena salah terka dalam bahasa sunda “nyalahan”.
Untuk
mengingat kejadian tersebut, sejak terbunuhnya harimau, tempat tinggal mereka
diberi nama Panyalahan artinya bekas mereka melakukan kesalahan.
Dari
hari-kehari tempat itu kian banyak penduduknya sehuingga tempat tersebut
menjadi sebuah kampung yang maju dan indah juga dapat melaksanakan “Tibmantra”
Demikian
asal mula nama kampung Panyalahan yang sekarang sudah tidak mungkin lagi akan
terjadi hal seperti yang telah dialami oleh keluarga tersebut.
Menurut
keterangan para orang tua dari kampung Panyalahan, mereka berkata “karena
terbunuhnya harimau yang tak berdosa, menyebabkan senjata apapun yang diarahkan
keharimau dengan tujuan untuk membunuhnya, sampai sekarang tidak akan mempan”.
Namun,
para orang tua di kampung itu tidak menyebutnya dengan nama Panyalahan
melainkan menyebutnya dengan sebutan Pamasalahan, karena di daerah tersebut
terdapat dua kejadian pertama seperti yang telah diuraikan diatas, yang kedua,
di Goa Safarwadi/Goa Keramat itu tempat pemecahan masalah para wali, dan goa
yang dimasud itu tempatnya terdapat di daerah Panyalahan.
Jadi
menurut keterangan diatas, kedua-duanya dapat diterima yaitu kalau keterangan
yang pertama tempat kesalahan (salah terka), keterangan yang kedua tempat para
wali mengadakan permusyawaratan/memecahkan masalah mengenai Ilmu Agama di Goa
Safarwadi.
Dari Cerita Rakyat Tasikmalaya,
diceritakan oleh Soepanto,
Terbitan BP.Jakarta 1974 Jilid IV
Belum ada Komentar untuk "ASAL MUASAL KAMPUNG PANYALAHAN (Cerita Rakyat dari Tasikmalaya) "
Posting Komentar