PRILAKU BUNUH DIRI Kep.Jiwa
Kamis, 06 Agustus 2015
Tulis Komentar
Semua
prilaku bunuh diri adalah serius, apapun tujuannya. Dalam pengkajian prilaku
bunuh diri, lebih ditekankan pada metode letalitas yang dilakukan atau
digunakan. Walaupun semua ancaman dan percobaan bunuh diri harus ditanggapi secara
serius, perhatian yang lebih waspada dan seksama menjadi indikasi jika
seseorang mencoba bunuh diri dengan cara yang paling mematikan seperti pistol,
menggantung diri, dan meloncat dari ketinggian. Cara yang kurang mematikan
seperti mengisap karbon monoksida dan meminum obat secara berlebihan, yang
memerlukan waktu untuk mendapatkan bantuan saat tindakan bunuh diri telah
dilakukan.
Pengkajian
orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut telah membuat rencana
yang telah spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri
tersebut. Orang yang telah siap untuk bunuh diri adalah orang yang merencanakan
kematian dengan tindakan kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan memiliki
alat untuk melakukannya.
Prilaku
bunuh diri biasanya dibagi menjadi tiga katageori :
1. Ancaman
bunuh diri
Peringatan verbal atau non-verbal
bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang tersebut mungkin
menunjukan secara verbal bahwa ia tidak akan berada disekitar kita lebih lama
lagi atau mungkin mengkomunikasikan secara non-verbal melalui pemberian hadiah,
merevisi wasiatnya, dan sebagainya. Pesan-pesan ini mungkin harus
dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan terakhir. Ancaman menunjukan
ambivalensi seseorang tentang kematian. Kurangnya respons positif dapat
ditafsirkans ebagai dukungan untuk melakuakn tindakan bunuh diri.
2. Upaya
bunuh diri.
Semua tindakan yang diarahkan pada
diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak
dapat dicegah.
3. Bunuh
diri.
Mungkin terjadi setelah tanda
peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri
dan yang tidak benar-benar ingin mati akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak
diketahui tepat pada waktunya.
KEWASPADAAN
PERAWAT
Menanyakan secara
langsung kepada pasien tentang pikiran bunuh diri dan rencana tidak akan
berhasil pada pasien yang melakukan tindakan bunuh diri. Tampaknya, kebanyakan
orang akan merasa lebih tenang jika ditanya tentang perasaannya. Salah satu
pertanyaan yang paling penting untuk diajukan kepada pasien yang ingin bunuh
diri adalah apakah mereka berpikir bahwa mereka dapat mengendalikan prilakunya
dan mencegah dorongan tersebut. Jika mereka tidak dapat mengendalikan diri,
maka pasien harus segera dirawat dirumah sakit.
Faktor-faktor resiko
bunuh diri antara lain :
a. Psikososial
dan klinik.
1. Keputusasaan.
2. Ras
kulit putih.
3. Jenis
kelamin laki-laki.
4. Usia
lebih tua.
5. Hidup
sendiri.
b. Riwayat.
1. Riwayat
mencoba bunuh diri.
2. Riwayat
keluarga tentang percobaan bunuh diri.
3. Riwayat
keluarga tentang penyalahgunaan zat.
c. Diagnostik.
1. Penyakit
medik umum.
2. Psikosis.
3. Penyalahgunaan
zat.
1.) Diagnosa
psikiatrik. Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh
diri mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang membuat
individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektkif, penyalahgunaan zat,
dan skizofenia.
2.) Sifat
dan kepribadian. Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya
resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif dan depresi.
3.) Liungkungan
psikososial. Baru mengalami perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini,
dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan
dengan bunuh diri.
4.) Riwayat
keluarga. Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko
penting untuk prilaku destruktif.
5.) Faktor
biokimia. Data menunjukan bahwa secara serotenogik, opiatergik, dan
depominergik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destruktif
diri.
Belum ada Komentar untuk "PRILAKU BUNUH DIRI Kep.Jiwa"
Posting Komentar