PERANG THAIF
Sabtu, 12 September 2015
Tulis Komentar
Setelah
perang di Hunian selesai, dan sekalipun sebagian besar dari tentara kaum
musyrikin sudah menyerah dan menjadi tawanan, tetapi pengejaran terhadap
sebagian dari merekayang belum menyerah harus dilakukan pula, karena salah
seorang dari kepala pimpinan mereka yang terulung belum menyerah, bahkan
melarikan diri ke Thaif, yaitu Malik bin Auf an-Nashri.
Ketika
Nabi SAW telah mengetahui bahwa Malik bin Auf telah melarikan dirinya
bersama-samasebagian pengikutnya ke Thaif, yaitu kaumnya yang berasal dari
kabilah Tsaqif, dan mereka mencari perlindungan disana, maka beliau
memerintahkan kepada tentara kaum Muslimin supaya bergerak mengejar mereka itu
ke Thaif.
Menurut
riwayat, bahwa sebelum Nabi SAW bersama tentara kaum Muslimin berangkat menuju ke
Thaif, maka ketika itu beliau memerintahkanThufail bin Amer ad-Dausi bersama
kaum pengikutnya supaya berangkat ke tempat sebuah berhala besar yang dibikin
dari kayu kepuntaan Amer bin Hamimah ad-Dausi yang dinamakan Zul-kaffain dengan
tugas supaya diruntuhkannya. Thufail setelah menerima perintah ini lalu
berangkat dengan segera ke tempat berhala tersebutbersama kaum pengikutnya.
Setibanya di tempat yang dituju, lalu berhala Zul-kaffain itu dihancurkan dan
dimasukannnya api yang menyala-nyalake dalam mulut berhala itu, ia
menghancurkan berhala itu sambil bersyair : “Hai
Zul-kaffain! Aku bukanlah dari budak-budak kamu! Hari kelahiran kami lebih
dahulu daripada hari kelahiran kamu! Sesungguhnya akulah yang membakar api di
dalam jantung kamu!”
Berhala
yang dipandang sakti oleh pengikut Amer bin Hamimah itu hancur terbakar oleh
api yang dinyalakan oleh Thufail. Setelah selesai, Thufail bersama kaum
pengikutnya lalu berangkat menyusul Nabi SAW ke Thaif, untuk menepati janjinya
menyusul beliau ke Thaif. Ia berangkat ke Thaif bersama kaum pengikutnya
sebanyak empat ratus orang.
Kiranya
baik dijelaskan sekedarnya tentang kejadian kota Thaif. Kota ini adalah sebuah
kota yang mempunyai perbentengan yang kokoh kuat, ia dipagari dengan
tembok-tembok yang dibikin dari batu-batu besar, yang tinggi serta tebal. Pagar
tembok itu tidak bisa dimasuki melainkan dengan melalui pintu-pintu gerbang
yang juga di tutup dan di kunci dengan rapat dari dalamnya, jika ada bahaya
yang mengancam dari luar. Sebagian besar dari penduduknya mempunyai kecakapan
yang luar biasa, antara lain tentang melakukan cara-cara perang terkepung.
Kuat
dan teguhnya dari perbentengan kota Thaif itu adalah disebabkan dari keahlian
penduduknya, dan sebagian besar dari penduduknya terdiri dari orang-orang kaya
dan mampu. Dengan demikian, maka mereka ada kesanggupan membuat dan
menanggulangi biayanya. Demikianlah sebabnya kota Thaif memiliki benteng
pertahanan yang paling teguh dan paling baik dari seluruh kota-kota yang ada di
dalam lingkungan jazirah Arab.
Sebelum
Nabi SAW hijrah ke Madinah, dengan kemauan sendiri, beliau pernah berkunjung ke
kita Thaif, dengan tujuan untuk mengajak penduduknya supaya memeluk Islam dan
sambil mencari perlindungan kepada pembesar atau kepala kaummnya yang disangka
oleh beliau kiranya mamu memberi bantuan dan melindunginya karena masih ada
hubungan kerabat dengan beliau. Tujuan beliau ini jangankan mendapat sambutan
yang baik dari mereka, sedangkan menerima kunjungan beliau itu saja mereka
tidak mau. Bahkan dengan seketikaterus diejek-ejek, dihinakan, diusir dengan
kekerasan, dan dianiaya oleh anak-anak dan budak-budak belian penduduk kota
itu. Demikianlah keadaan kota Thaif dan penduduknya pada masa itu.
Nabi
SAW bersama-sama tentara kaum Muslimin dari Hunain terus menuju ke kota Thaif,
dengan tidak merasakan kepayahan dan kesengsaraan yang luar biasa . di
tengah-tengah perjalanan, beliau beserta tentaranya melihat sebuah benteng yang
kuat serta baik, kepunyaan Malik bin Auf
ketika itu di dalam benteng telah sunyi senyap, maka oleh tentara Islam lalu
dibongkar dan dirobohkan. Kemudian, ditengah-tengah perjalanan mereka melihat
sebuah dinding kebun kepunyaan seorang dari Banu Tsaqif. Kepada pemiliknya
diperintahkan memilih salah satu di antara dua. Yaitu, keluar dari dinding itu atau
dinding itu dirubuhkan. Orang itu tidak mau keluar, ia mempertahankan
didalamnya. Nabi SAW lalu memerintahkan kepada tentara Islam untuk merubuhkan
dinding tembok itu.
Sesudah
itu, Nabi SAW bersama tentara Islam terus melanjutkan perjalanannya menuju Thaif.
Dan, setelah tiba di Thaif mereka berhenti sebentar untuk menghilangkan lelah.
Ketika itu Malik bin Auf bersama kaum
pengikutnya telah terlebih dahulu masuk ke dalam bentengnya yang kokoh kuat.
Waktu itu mereka masih mempunyai persediaan makanan yang cukup, yang dirasa
cukup untuk bertahan di dalam benteng selama satu tahun. Dan mereka pun masih
mempunyai perlengkapan alat-alat perang, yang dikira masih cukup dipergunakan
untuk bertempur dengan tentara Islam.
Sementara
itu, Nabi SAW menyusun dan mengatur barisan tentara kaum Muslimin di satu
tempat yang kiranya aman dari lemparan
batu atau panah pengawal kota. Tentara islam diperintahkan oleh Nabi SAW supaya
beristirahat. Di tempat itu beliau memerintahkan juga supaya didirikan dua buah
kemah yang bertendakan kulit merah untuk
tempat istirahat dua orang istri beliau. Ummu Salamah dan Maimunah, yang dibawa
beliau sejak dari Madinah, sewaktu akan menaklukan Mekkah. Dan lapangan yang
terletak di antara dua kemah itu dijadikan tempat untuk mengerjakan Shalat, di
sinilah kemudian didirikan sebuah mesjid yang terkenal dengan mesjid Thaif,
sesudah penduduk Thaif menyerah kalah.
Source.
Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW
Oleh.
K.H. Moenawar Chalil
Buku
ke enam
Posted
by. Zaenal M Ibrahim (@ZMIbrahim)
Karyatanganzaenalmibrahim.blogspot.com
Belum ada Komentar untuk "PERANG THAIF"
Posting Komentar