Sabtu, 12 Desember 2015

ASKEP TYPOID



Rencana Asuhan Keperawatan Pada Klien Thypoid
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi Keperawatan
Rasional
1
2
3
4
1.  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat karena klien tidak nafsu makan, mual dan kembung
Tujuan :
Pemenuhan  kebutuhan nutrisi adekuat.
Kriteria hasil I:
a.       Tidak ada mual dan kembung
b.      Nafsu makan meningkat
c.       Makan habis 1 porsi
d.      Berat badan meningkat/normal.
1.      Kaji pola makan dan status nutrisi klien.
2.      Berikan makan yang tidak merangsang (pedas,asam dan mengandung gas).
3.      Berikan makanan lunak selama fase akut(masih ada panas/suhu lebih dari normal)
4.      Berikan  makan dalam porsi kecil tapi sering.
5.      Timbang berat badan klien setiap hari dengan alat ukur yang sama.
6.      Lakukan perawatan mulut secara teratur dan sering.
7.      Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat.
8.      Berikan terapi antiernotik sesuai dengan program medik.

9.      Berikan nutrisi parenteral sesuai dengan program terapi medik, jika pemberian makanan oral tidak dapat diberikan.
1.      Sebagai dasar untuk menentukan intevensi.
2.   Mencegah iritasi usus dan distensi abdomen.

3.   Mencegah terjadinya iritasi usus dan komplikasi perforasi usus.
4.   Mencegah rangsangan mual muntah.
5.   Untuk menegtahui masukan makanan/penambahan BB.

6.   Meningkatkan nafsu makan.

7.   Agar klien kooperatif dalam pemenuhan nutrisi.

8.   Untuk mengontrol mual dan muntah sehingga dapat meningkatkan masukan makanan.
9.   Untuk mengistirahatkan gastrointestinal, dan memberikan nutrisi penting untuk metabolisme tubuh.
2.    Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan:
Hipertermi teratasi.
Kriteria hasil :
a.       Suhu dalam batas normal (36-37˚ C)
b.      Tidak ada tanda-tanda dehidrasi:
-          Turgor kulit elastis
-          Pengisian  kapiler <3
-          Membran mukosa lembab
1.      Kaji dan catat suhu tubuh setiap 2 jam atau 4 jam.
2.      Observasi membran mukosa, pengisian kapiler, turgor kulit.
3.      Berikan minum 2-2,5 liter sehari/24 jam.

4.      Berikan kompres hangat pada dahi, ketiak, dan lipat paha.


5.      Anjurkan untuk tirah baring/pembatasan aktifitas selama fase akut.
6.      Anjurkan klien mengguankan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.


7.      Berikan terapi antipiretik sesuai dengan program medik dan evaluasi kefektifannya.
8.      Pemberian antibiotik sesuai dengan program medik.

9.      Pemberian cairan parenteral sesuai program medik.
10.  Observasi hasil pemeriksaan darah (widal kultur) dan feses.

11.  Observasi adanya peningkatan suhu terus menerus, distensi abdomen, nyeri abdomen.
1.      Sebagai dasar untuk menetukan intevensi.
2.      Untuk identifikasi tanda-tanda dehidrasi akibat panas.
3.      Kebutuhan cairan dalam tubuh cukup mencegah terjadinya panas.
4.      Kompres hangat memberi efek vasodilatasi pembuluh darah, sehingga mempercepat penguapan panas tubuh.
5.      Menurunkan kebutuhan metabolisme tubuh sehingga menurunkan panas
6.      Pakaian tipis memudahkan penguapan panas, saat penurunan panas klien akan benyak  mengeluarkan keringat.
7.      Untuk menurunkan/ mengontrol panas.

8.      Untuk mengatasi infeksi dan mencegah penyebaran infeksi.

9.      Penggantian cairan akibat peguapan panas tubuh.
10.  Untuk mengetahui perkembangan penyakit typhus dan efektifitas terapi.
11.  Peningkatan suhu terus menerus setelah pemberian antipiretik dan antibiotik kemungkinan terjadinya komplikasi perforasi usus.
3.      Risiko  tinggi terjadi kurang volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan peningkatan suhu tubuh
Tujuan:
Keseimbangan cairan adekuat
Kriteria hasil :
a.    Intake dan output seimbang.
b.   Tanda-tanda vital dalam batas normal.
c.    Membran mukosa lembab.
d.   Pengisian kapilar baik(kurang dari 3 detik).
e.    Produksi urine normal.
f.    Berat badan normal.
g.   Hematokrit dalam batas norml.
1.      Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.

2.      Monitor tanda-tanda kekeurangan cairan(turgor kulit tak elastis, produksi urine menurun, membran mukosa kering, bibir pecah-pecah, pengisian kapiler lambat).
3.      Observasi dan catat intake dan output cairan setiap 8 jam.

4.      Berikan cairan perorsl 2-2,5 liter perhari jika klien tidak muntah.
5.      Timbang berat badan (BB) setiap hari dengan alat ukur yang sama.
6.      Berikan cairan parenteral sesuai dengan program medik.

7.      Awasi data laboratorium (hematokrit)
1.      Hipotensi, takikardia, demam, menunjukan respon terhadap kehilangan cairan.
2.      Tanda tersebut menunjukan kehilangan cairan berlebihan dehidrasi.



3.      Untuk mendeteksi keseimbangan cairan dan elektrolit
4.      Untuk pemenuhan kebutuhan cairan tubuh.

5.      BB merupakan indikator kekurangan cairan dan status nutrisi.
6.      Untuk memperbaiki kekurangan volume cairan.

7.      Indikator status cairana klien. Evaluasi adanya ....
4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak adeekuatnya masukan nutrisi (mual dan muntah), pembatasan aktifitas.
Tujuan:
Toleran terhadap aktivitas
Kriteria hasil :
a.       Tidak ada keluhan lelah.
b.      Tidak ada takikardia dan takipnea bila melakukan aktivitas.
c.       Kebutuhan aktivitas klien terpenuhi.
1.      Kaji tingkat toleransi klien terhadap aktivitas.
2.      Kaji jumlah makanan yang dikonsumsi klien setiap hari.
3.      Anjurkan kline untuk tirah baring selama fase akut.

4.      Jelaskan pentingnya pembatasan aktivitas selama perawatan.
5.      Bantu klien melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan.

6.      Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari.
7.      Berikan kesempatan pada klien melakukan aktivitas sesuai dengan kondisi klien(jika telah bebas panas  beberapa hari, hasil laboratorium menunjukan perbaikan).
8.      Berikan terapi multivitamin sesuai program terapi medik.
1.      Sebagai dasar untuk menentukan intervensi.
2.      Untuk identifikasi intake nutrisi klien.
3.      Untuk menurunkan metabolisme tubuh dan mencegah iritasi usus.
4.      Untuk mengurangi peristaltik usus, sehingga mencegah iritasi usus.
5.      Kebutuhan aktivitas klien terpenuhi, dengan energi minimal sehingga mengurangi peristaltik usus.
6.      Partisipasi keluarga meningkatkan kooperatif klien dalam perawatan.
7.      Meningkatkan partisipasi klien dapat meningkatkan harga dari klien dan meningkatkan toleransi aktivitas.


8.      Meningkatkan daya tahan tubuh. Sehingga meningkatkan aktivitas klien.
5.      Kurang pengetahuan lantang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan:
Pemahaman tentang penyakitnya
Kriteria hasil:
Klien dapat menjelaskan :
a.       Penyakitnya.
b.      Perawatan penyakitnya.
c.       Pengobatan.
d.      Waktu kontrol ulang.
1.      Kaji tingkat pengetahuan kllien tentang penyakitnya.
2.      Jelaskan klien tentang penyakit typhus abdominalis: pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan dan komplikasi penyakit.
3.      Jelaskan klien tentang perawatan penyakit: pentingnya banyak istirahat,menghindari makanan yang merangsang, hindari jajan disembarang tempat. Makanan lunak jika masih ada panas, hindari aktivitas yang dapat meningkatkan peristaltik usus.
4.      Jelaskan klien tentang pentingnya menjaga kebersihan makan dan kebersihan diri. Seperti: makanan yang langsung (buah-buahan) dimakan harus dicuci dahulu, makanan harus ditutup agar terhindar dari debu dan lalat, peralatan makan harus bersih, cuci tangan sebelum kanan.
5.      Berikan catatan tertulis waktu kontrol ulang setelah sakit.
1.      Sebagai dasar menentukan intervensi.
2.      Klien mendapat kejelasan tentang penyakitnya.



3.      Klien mendapat mendapat kejelasan tentang perawatan di rumah setelah pulang dari rumah sakit.





4.      Untuk mencegah terulangnya infeksi usus yang berasal dari makanan, alat makan, kebersihan diri yang kurang.







5.      Agar klien mudah mengingat kapan waktu kontrol yang tepat.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar