Kamis, 02 Maret 2017

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN KHUSUS CHILD NEGLECT (PENELANTARAN ANAK)


Penelantaran anak atau kelalaian dapat didefinisikan sebagai kegiatan behivor yang langsung dapat menyebabkan efek merusak pada kondisi fisik anak akan perkembangan psikologisnya. (Asnah Sitihang, 2004).
Kekerasan terhadap anak umumnya disebabkan oleh faktor internal yang berasal dari diri anak sendiri, maupun faktor eksternal yang berasal dari kondisi keluarga dan masyarakat. Sementara itu menurut Rusmali, 2004 dalam Huraerah (2006) menjelaskan bahwa penyebab atau resiko terjadinya kekerasan atau penelantaran terhadap anak terbagi kedalam tiga faktor, faktor tersebut antaralain :
1.      Orangtua/ keluarga.
2.      Faktor lingkungan/sosial komunitas.
3.      Faktor anak itu sendiri.
Kekerasan terhadap anak dapat dimanifestasikan atau manifestasi klinis yang antara lain:
1.      Pemeliharaan yang kurang memadai : menyebabkan anak gagal tumbuh, anak merasa kehilangan kasih sayang, gangguan kejiwaan, keterlambatan perkembangan.
2.      Pengawasan yang kurang memadai : menyebabkan anak mengalami resiko untuk terjadinya trauma fisik dan kejiwaan.
3.      Kelalaian dalam melakukan pengobatan, kegagalan dalam merawat anak kurang baik, kelalaian dalam pendidikan meliputi kegagalan dalam mendidik anak, kurang mampu berinteraksi dengan lingkungannya, gagal menyekolahkan atau menyuruh anak mencari nafkah untuk keluarga sehingga putus sekolah.
Faktor-faktor yang menempatkan keluarga beresiko terhadap penganiayaan dan pelalaian anak antara lain :
1.      Riwayat penganiayaan pada masa anak-anak, kelalaian kehilangan orang tua.
2.      Kekurangan pengetahuan mengenai keterampilan-keterampilan menjadi orangtua dan perkembangan anak yang normal.
3.      Perselisihan perkawinan.
4.      Kekerasan antar suami istri.
5.      Perpisahan orangtua.
6.      Orang tua dengan sakit kronik.
7.      Harga diri yang menurun pada orang tua.
8.      Orang tua yang masih remaja atau belum saatnya menjadi orangtua.
9.      Perkembangan lambat pada anak.
10.  Isolasi sosial.
Jenis-jenis penelantaran pada anak meliputi penelantaran nutrisional, penelantaran perawatan dan pemeliharaan medis.
Pengobatan terhadap seorang anak yang dicurigai mengalami penganiayaan atau penelantaran, biasanya harus dirumah sakitkan, terlepas daripada luas serta hebatnya jejas yang dialaminya, dengan tujuan untuk melindungi anak tersebut, sampai dapat diselesaikan penilaian atas keluarga itu, dalam hubungannya keselamatan yang akan dapat dinikmati anak itu di rumahnya. Penelantaran yang berat dapat dicegah kalau keluarga dapat menerima sebuah bentuk perawatan, pemeliharaan serta pembesaran seorang bayi yang sehat secara intensif.
Asuhan Keperawatan pada seorang anak yang mendirita atau mengalami kasus penelantaran adalah sebagai berikut :
1.      Pengkajian.
a.       Pengkajian penganiayaan dan pelalaian harus terus-menerus merupakan bagian integral dari pengkajian keseharian secara keseluruhan.
b.      Gagal tumbuh (kesulitan dan pemberian) kesulitan dan pemberian makanan, berat dan tinggi badan, hipotunia, pertumbuhan gigi terlambat, keterlambatan perkembangan pasif tingkah laku merangsang tubuh sendiri.
c.       Gangguan dalam pemenuhan makanan (ruminasi, anoreksia), gangguan bicara, enuresis, gangguan tidur, keluhan psikosomatik (sakit kepala, mual, nyeri abdomen), tingkah laku merangsang tubuh sendiri, kurang cemas terhadap orang asing (masa bayi), menarik diri ketidakacuan, hambatan dalam bermain, tingkah laku antisosial.
d.      Tanda-tanda mal nutrisi (kurus, distensi abdomen), kebutuhan yang diabaikan, pakaian kotor atau tidak sesuai, sering mengalami cedera berhubungan dengan kelalaian, kecemasan atau ada ketakutan yang tidak biasa terhadap orang dewasa.
2.      Diagnosa Keperawatan.
a.       Gangguan pertumbuhan dan perkembangan sehubungan dengan penelantaran.
b.      Gangguan komunikasi verbal sehubungan dengan hubungan keluarga yang tidak berfungsi.
c.       Gangguan konsep diri : citra diri, harga diri, penampilan peran, identitas diri sampai dengan hubungan keluarga tidak berfungsi.
3.      Intervensi.
Dx1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan sehubungan dengan penelantaran.
Tujuan : pasien mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Intervensi :
a.       Kaji perkembangan anak tiap usia.
b.      Lakukan pemberian cairan protein dan kalori yang adequat.
c.       Anjurkan pemberian pendidikan pemeliharaan kesehatan pada keluarga.
d.      Anjurkan pemberian pengetahuan tentang nutrisi yang adequat pada keluarga.
Dx2. Gangguan komunikasi verbal sehubungan dengan hubungan keluarga tidak berfungsi.
Tujuan : komunikasi verbal pasien baik.
Intervensi:
a.       Kaji kemampuan komunikasi verbal anak.
b.      Anjurkan untuk pemberian terapi psikologis.
Dx3. Gangguan konsep diri, citra diri, penampilan peran, identitas diri yang berhubungan dengan hubungan keluarga yang tidak berfungsi.
Tujuan : pasien mencapai konsep diri yang optimal.
Intervensi:
a.       Anjurkan pendidikan kesehatan pada keluarga untuk koping yang baik.
b.      Anjurkan untuk pemberian terapi psikologis.
c.       Bantu keluarga untuk meningkatkan konsep diri anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar