PENGERTIAN LUKA BAKAR DAN MANAJEMEN LUKA BAKAR
Kulit merupakan organ yang paling luas dalam tubuh manusia,
terdiri dari 2 (dua) lapisan. Lapisan luar yang terlihat di permukaan disebut
dengan Epidermis.
Epidermis merupakan batasan antara tubuh dengan lingkungan.
Di bawah lapisan tipis epidermis terdapat jaringan ikat kolagen yang disebut
dengan dermis. Lapisan ini terdiri dari susunan saraf dan juga mendukung
struktur seperti folikel bulu-bulu, kelenjar keringat dan kelenjar minyak.
Kulit memiliki fungsi yang sangat penting, salah satunya
adalah pelindung antara tubuh dengan lingkungan luar tubuh, menjaga cairan
didalam tubuh, mencegah masuknya bakteri dan mikroorganisme lain yang akan
masuk kedalam tubuh.
Kulit juga merupakan sensorik yang menangkap rangsangan
yang akan disampaikan ke otak, khususnya pengaturan suhu tubuh. Jika terdapat
kerusakan pada kulit, maka seluruh fungsi tersebut tidak mampu berfungsi dan
membuat tubuh mengalami masalah yang berbahaya.
Luka bakar pada kulit muncul ketika panas atau bahan kimia
kontak atau mengenai kulit dan merusak sel-sel komponen kulit. Selain respon
actual dari kerusakan jaringan, tubuh juga mengalami reaksi inflamasi yang
dapat meningkatkan keparahan tingkat luka bakar.
Bagian dari kulit yang mengalami nekrosis karena luka bakar
disebut dengan zona koagulasi yang bersipat irreversible. Area disekitar zona
koagulasi disebut dengan zona stasis (aliran darah sedikit, jaringan akan
nekrotik jika keadaan ini beralngsung lama). Kondisi ini dapat terlihat pada
area yang lebih dalam pada area luka bakar partial-thickness dan dapat diatasi
dengan perawatan luka bakar yang baik dan resusitasi cairan.
JENIS LUKA BAKAR DAN PENANGANANNYA
1. Luka bakar kima.
Luka
bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam
atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan
yang terpapar menentukan luasnya injury karena zat kimia ini. Luka bakar kimia
ini dapat terjadi masalah karena kontak dengan zat-zat pembersih yang
dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan
dalam bidang industri, pertanian dan militer. Luka bakar kimia terjadi apabila
kulit mengalami kontak dengan berbagai zat kimia.
1) Prosedur membersihkan bahan kimia pada luka bakar
a. Gunakan alat pelindung diri seperti kaca mata, sarung
tangan, masker khusus. Pada kondisi tertentu, perlu untuk menggunakan pakaian
pelindung bahan kimia.
b. Lepaskan semua pakaian pasien. Simpan di kantong
plastik untuk meminimalkan kontak.
c. Siram bahan kimia dari tubuh pasien dengan menggunakan
air mengalir. Jika bahan kimia kering (serbuk), harus dibersihkan dengan cara
disikat terlebih dahulu sebelum dilakukan irigasi.
d. Lepaskan seluruh benda yang menempel pada tubuh pasien
dengan memeriksa seluruh bagian tubuh pasien.
2. Luka bakar listrik.
Luka
bakar listrik disebabkan oleh panas yang digerakan oleh energi listrik yang
dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya
kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu dampai mengenai
tubuh. Drajat kerusakan jaringan pada luka bakar listrik tergantung pada aliran
yang terlibat dan lamanya paparan. Luka bakar listrik dapat menyebabkab henti
jangtung, dan untuk menanganinya mungkin dipaerluakn tindakan resusitasi
jantung paru (RJP).
Ada
tiga tipe terjadinya cedera listrik.
1.)
Luka
bakar listrik akibat kontak langsung. Arus listrik mengalir melalui jaringan
menyebabkan nekrosis yang luas sepanjang jaringan yang dilalui arus tersebut.
Kulit seringkali terlihat gosong bahkan pada beberapa kasus dapat menjadi
tercerai berai. Pada luka bakar jenis ini dapat dijumpai adanya luka masuk dan
luka keluar yang merupakan luka kecil dipermukaan kulit.
2.)
Luka
bakar akibat percikan/loncatan bunga api listrik. Dalam hal ini akan menimbulkan
luka bakar yang nyata pada kulit.
3.)
Luka
bakar tersambar listrik. Hal ini dapat terjadi apabila pasien terlalu dekat
dengan sumber listrik yang terbuka, sehingga menyebabkan terjadinya luka bakar
akibat suhu panas. Umumnya terjadi pada pasien yang berada di dekat sumber
listrik tersebut dan tidak melindungi kulitnya dengan pakaian khusus.
3. Luka bakar radiasi.
Luka bakar radiasi disebabkan oleh
terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injury ini seringkali berhubungan
dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk
keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat
terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar akibat
radiasi.
Faktor yang
mempengaruhi tingkat keparahan luka bakar antara lain :
1. Kedalam luka bakar.
2. Luas luka bakar.
3. Lokasi yang terkena.
4. Kondisi kesehatan pasien.
5. Mekanisme injury.
6. Usia pasien.
Kedalaman luka bakar
dikatagorikan berdasarkan dalamnya luka bakar dan respon, sebagai superficial (
derajat I ), partial thickness (derajat II), full thickness (derajat III)
1. Superfiicial / derajat I memiliku ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Hanya mengenai lapisan epidermis.
b. Luka tampak pink cerah sampai merah (eritema ringan
sampai dengan berat)
c. Kulit memucat bila ditekan.
d. Edema minimal.
e. Tidak ada blister
f.
Kulit
hangat/kering
g. Nyeri/hyperetetic.
h. Discomfort berakhir kira-kira dalam waktu 48 jam.
i.
Dapat
sembuh spontan dalam waktu 3-7 hari.
2. Partial thickness / derajat II memiliki ciri sebagai
berikut :
a. Partial thickness dikelompokan menjadi dua yaitu
superpartial thickness dan deep partial thickness.
b. Mengenai epidermis dan dermis.
c. Luka tampak merah sampai pink.
d. Terbentuk blister.
e. Edema
f.
Sensitif
terhadap udara dingin.
g. Penyembuhan luka untuk superpartial thickness 14 – 21
hari dan deep partial thickness 21 – 28 hari.
Namun demikian, penyembuhannya
bervariasi tergantung dari kedalaman dan ada tidaknya infeksi.
3. Full thickness (derajat III).
a. Mengenai semua lapisan kulit, lemak subcutan, dan
dapat mengenai permukaan otot dan persarafan dan pembulu darah.
b. Luka tampak bervariasi dan berwarna putih, merah dan
sampai berwarna coklat atau hitam.
c. Tanpa blister.
d. Permukaan luka kering dengan tekstur kasar/keras.
e. Sedikit nyeri atau bahkan tidak ada rasa nyeri.
f.
Tidak
mungkin terjadi penyembuhan luka secara spontan.
g. Memerlukan skin graft.
h. Dapat terjadi scar hipertropik dan kontraktur jika
tidak dilakukan tindakan preventif.
LUAS LUKA BAKAR
Terdapat beberapa metode untuk
menentukan luas luka bakar meliputi,
1. Rule of nine
2. Lund and browder.
3. Hand palm.
Ukuran luka bakar dapat ditentukan dengan menggunakan
salah satu dari metode tersebut. Ukuran luka bakar ditentukan dengan presentase
dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Akurasi dari perhitungan
bervariasi menurut metode yang digunakan dan pengalaman seseorang dalam
menentukan luas luka bakar. Metode rule of nine mulai diperkenalkan sejak tahun
1940-an sebagai suatu alat pengkajian yang cepat untuk menentukan perkiraan
ukuran / luas luka bakar. Dasar dari metode ini adalah bahwa tubuh dibagi
kedalam bagian-bagian anatomic dimana sema bagian mewakili 9% kecuali daerah
genetalia 1%
PENATALAKSANAAN LUKA
BAKAR
Penilaian awal harus dilakukan terutama ditempat kejadian
yaitu situasi keamanan penolong. Hal-hal yang mengancam pasien dan penolong
harus teridentifikasi segera. Penolong tidak boleh memberikan pertolongan
apabila petugas pemadam kebakaran belum menyatakan aman dalam memberikan
pertolongan. Apabila pasien sudah dibawa ketempat yang aman, proses pembakaran
harus segera dihentikan untuk mencegah terjadinya cedera lebih lanjut dan untuk
mengurangi terjadinya kerusakan jaringan (Stop The Burning Process).
Pada penilaian primary, perhatian terbesar ditujukan pada
saluran napas (airway), termasuk mengidentifikasi adanya tanda-tanda inhalasi,
seperti:
a. Luka bakar yang mengenai wajah dan atau leher.
b. Alis mata dan bulu hidung hangus.
c. Adanya timbunan karbon dan tanda peradangan akut
orofaring.
d. Sputum yang mengandung karbon/arang.
e. Suara serak/stridor.
f.
Riwayat
gangguan mengunyah dan atau terkurung dalam api.
g. Luka bakar kepala dan badan akibat ledakan.
h. Kadar karbokhismoglobin lebih dari 10% setelah
terbakar.
Kemungkinan terjadinya keracunan asap, keracunan CO,
dan cedera traktur respiratorik harus diperkirakan apabila insiden ini terjadi
pada ruangan yang tertutup.
Pada pasien dengan trauma termal, kemungkinan
terjadinya oksigenasi yang tidak adekuat dan sirkulasi yang buruk sangat
tinggi. Untuk itulah pasien baik dalam keadaan sadar ataupun keadaan tidak
sadar harus diberikan oksigen dengan fraksi tinggi serta dilakukan pemantauan
terhadap jalan napas (airway) dan pernapasan (breathing) secara terus menerus.
Respon CO dan sianida terhadap oksigen dengan fraksi tinggi hampir mencapai 100
%. Pasien dengan keadaan stabil dengan refleks muntah yang baik serta airway yang
bebas harus tetap diberikan oksigen dan harus tetap dimonitor. Tindakan
definitive airway dapat dilakukan jika dibutuhkan berdasarkan indikasinya.
Pada pasieng dengan penampakan hangus diseluruh bagian
dada, kemampuan untuk mengembagkan dinding toraks mungkin sangat terbatas.
Keterbatasan ini mungkin disebabkan oleh berkurangnya elastisitas jaringan yang
terbakar, yang mengakibatkan volume tidal dan volume pernafasan semenit menjadi
tidak adekuat. Sebagian kecil pasien yang mengalami ini dibutuhkan insisi (escharotomy)
yang dilakukan oleh petugas yang terlatih, jika petugas tidak terlatih untuk
melakukan ini, maka pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi harus
dilakukan. Setelah itu segera lakukan resusitasi cairan.
Belum ada Komentar untuk "PENGERTIAN LUKA BAKAR DAN MANAJEMEN LUKA BAKAR"
Posting Komentar