PROSES KEHILANGAN DAN FASE-FASE BERDUKA
Rabu, 09 Desember 2015
Tulis Komentar
Kehilangan dan berduka merupakan bagian
integral dari kehidupan. Kehilanganadalahsuatukeadaanindividu yang berpisahdengansesuatu yang
sebelumnyaada, kemudianmenjaditidakada, baikterjadisebagianataukeseluruhan
(Lambert dan,1985,h.35).
Kehilanganmerupakansuatukondisidimanaseseorangmengalamisuatukekuranganatautidakadadarisesuatu
yang dulunyapernahadaataupernahdimiliki (Ermawati,2009)
Berduka adalah respon total terhadap pengalam
emosional akibat kehilangan.Berduka dimanifestasikan dalam pikiran,perasaan,
dan prilaku yang berhubungan dengan distres atau kesedihan yang mendalam
(Kozier, Erb, 2011)
Berduka
adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah
tidur, dan lain-lain.Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian
kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi
dan berduka disfungsional.
1. Proses Berduka
a.
Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa
fase yang dapat diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun
menjelang ajal.
1)
Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang
menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk malas, atau
pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual,
diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
2)
Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang
mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin mengalami putus asa.
Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba
terjadi.
3)
Fase III (restitusi)
Berusaha
mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong, karena
kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang
yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
4)
Fase IV
Menekan
seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa merasa
bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap
almarhum.
5)
Fase V
Kehilangan
yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini
diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah
berkembang.
b.
Teori Kubler-Ross
Kerangka
kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada perilaku
dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
1)
Penyangkalan (Denial)
Individu
bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk
mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak, tidak
mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umum dilontarkan
klien.
2)
Kemarahan (Anger)
Individu
mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap orang dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan
lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan
koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari
kecemasannya menghadapi kehilangan.
3)
Penawaran (Bargaining)
Individu
berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk
mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang
lain.
4)
Depresi (Depression)
Terjadi
ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan
tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati
kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
5)
Penerimaan (Acceptance)
Reaksi
fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross mendefinisikan
sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya
menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa.
Belum ada Komentar untuk "PROSES KEHILANGAN DAN FASE-FASE BERDUKA"
Posting Komentar