KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP BERBAGAI TINGKAT USIA
Minggu, 05 Maret 2017
Tulis Komentar
A. Komunikasi
terhadap bayi.
Tujuan berkomunikasi
dengan bayi antara lain :
1. Memberikan
rasa aman kepada bayi.
2. Memenuhi
kebutuhan bayi akan kasih sayang.
3. Melatih
bayi mengembangkan kemampuan bicara, mendengar dan menerima rangsangan.
Komunikasi
terhadap bayi pada prinsipnya yaitu mempertahankan kontak mata verbalnya yaitu
sering mengajak bayi bicara dan non-verbalnya yaitu dengan sentuhan ataupun
belaian.
Dalam
komunikasi dengan bayi tentu menggunakan tehnik-tehnik tertentu. Teknik
komunikasi pada bayi yaitu :
1. Banyak
menggunakan komunikasi non-verbal untuk menyatakan kebutuhan. Misalnya,
tersenyum puas, menangis sakit.
3. Berbicaralah
dengan suara yang lembut, sentuhan dan belaian, ciuman, mendekap, menggendong,
atau dengan gerakan seperti mengayun memberi kenyamanan/senang.
4. Rangsang
taktil (sentuhan) sangat kuat maknanya bagi bayi untuk meningkatkan rasa aman,
melindungi bayi dan kedekatan hubungan.
5. Respon
bayi terhadap komunikasi : ditunjukan secara nonverbal. Misalnya tersenyum,
menggerakan badan, tangan, dan kaki.
6. Bayi
lebih dari 6 bulan : kadang terjadi stranger anxiety (cemas pada orang asing)
saat berkomunikasi jangan langsung ingin menggendong atau memangkunya, tetapi
lakukan pendekatan lebih dahulu dengan mainan yang dipegang atau berbicara
dengan ibunya.
7. Berkomunikasilah
dengan bermain seperti permainan cilukba, mainan berbunyi. Jika bayi menerima.
B. Komunikasi
Pada Masa Pra-sekolah.
Pada masa ini kemampuan
pancaindera telah dianggap sempurna walaupun keterampilan berbahasa baik dan
cara pengucapan maupun perbendaharaan kata belum memadai sepenuhnya.
a. Tujuan
komunikasi pada masa pra sekolah.
1. Melatih
keterampilan penggunaan pancaindera.
2. Meningkatkan
keterampilan kognitif, afektif dan psikomotor.
3. Sebagai
bentuk pembelajaran dan permainan dalam melakukan hubungan dengan orang lain.
4. Mengembangkan
konsep diri.
b. Komunikasi
pada masa pra sekolah.
1. Pada
masa ini anak masih bersifat egosentris, memandang seseuatu dalam hanya dalam hubungannya dengan diri mereka
dan dari sudut pandang sereka sehingga komunikasi yang dilakukan hendaknya
difokuskan pada diri mereka.
2. Salah
satu barier dalam komunikasi pada anak pra sekolah yaitu “stranger anxiety”
dimana anak menjadi cemas dan takut bila berhadapan dengan orang yang tidak
dikenalnya.
3. Berfikir
kongkrit : bicara apa adanya (jujur), bila perlu izinkan untuk menyentuh,
memegang, memeriksa barang yang akan berhubungan dengan mereka.
4. Bahasa
sederhan, belum lancar mengungkapkan perasaan/keinginan komunikasi nonverbal.
c. Cara
komunikasi pada masa pra sekolah.
1. Gunakan
kata-kata yang sederhana.
2. Kalimat
pendek.
3. Pengulangan
kata yang familiar.
4. Memberikan
keterangan yang jelas dan konkret.
5. Memperhatikan
komunikasi non verbal yang disampaikan.
6. Posisi
yang baik pada saat bicara adalah jongkok, duduk di kursi kecil, atau berlutut,
posisi mata sejajar dengan anak.
7. Berikan
pujian atas apa yang telah dicapainya.
d. Prinsip
komunikasi pada masa pra sekolah.
1. Pertahankan
kontak mata dan sering beri senyuman.
2. Berbicara
jelas dan menggunakan kata-kata serta kalimat sederhana.
3. Beri
kesempatan balita berbicara dan dengarkan.
4. Motivasi
anak untuk mau bicara.
5. Gunakan
alat bantu seperti boneka, mobil-mobilan.
6. Libatkan
keluarga jika perlu.
C. Komunikasi
Pada Anak Usia Sekolah.
Komunikasi yang
dilakukan, dikembangkan dalam bentuk verbal dan nonverbal. Materi komunikasi
dikembangkan sebagai pembelajaran tentang aktivitas mandiri, tanggungjawab, dan
pengembangan konsep abstrak.
a. Cara
komunikasi pada anak usia sekolah.
1. Berfikir
fungsional, arah pertanyaan : mengapa, bagaimana, untuk apa sesuatu dilakukan.
Diperlukan : penjelasan yang sederhana disertai alasan.
2. Berikan
kesempatan untuk bertanya
3. Bila
perlu beri kesempatan untuk mencoba melakukannya.
4. Gunakan
beberapa kosakata anak dalam penjelasan. Buatlah gambar untuk mendemonstrasikan
prosedur.
5. Hargai
privasi anak.
b. Cara
komunikasi pada anak usia sekolah.
1. Sangat
memperhatikan kebutuhan tubuh, takut terluka perlu pendekatan sehingga anak
dapat mengungkapkan perasaannya kecemasaannya akan turun.
2. Anak
dengan kecemasan tinggi dapat dialihkan dengan :
1.) Berbicara.
2.) Menghadirkan
orang dekat kecemasan turun dapat menerima pendapat orang lain.
3. Anak
usia sekolah yang lebih besar mampu berfikir konkrit dapat berkomunikasi dengan
baik.
c. Prinsip
komunikasi pada anak usia sekolah.
1. Menggunakan
kalimat sederhana.
2. Libatkan
anak dalam diskusi.
3. Jawab
semua pertanyaan anak.
4. Hindari
menyudutkan anak.
D. Komunikasi
Pada Masa Remaja.
1. Pola
pikir dan tingkah laku merupakan peralihan dari anak-anak menjadi orang dewasa.
Bahasa dan kultur tersendiri bahasa gaul (istilah tertentu) peer group/kelompok
sebaya yang utama lebih terbuka pada orang lain daripada orang tua/keluarga.
2. Komunikasi
dengan remaja berupa memeberikan perhatian.
3. Mendengarkan
ungkapan remaja.
4. Menghargai
dan terbuka terhadap pendapat yang disampaikan.
5. Hindari
menghakimi/mengkritik dengan tajam.
6. Hargai
keberadaan identitas diri dan harga dirinya.
7. Tunjukan
ekspresi wajah yang bersahabat dengannya.
8. Jangan
memotong pembicaraan saat sedang mengekspresikan pikiran dan perasaannya.
9. Hormati
privasinya.
10. Beri
dukungan pada apa yang telah dicapainya secara positif dengan memberikan
penguatan positif (pujian).
11. Kepercayaan
sebagai dasar utama untuk berkomunikasi yang dibentuk dengan :
1) Meluangkan
waktu bersama.
2) Dorong
agar berani mengungkapkan ide/pikiran/perasaan.
3) Hargai
dan hormati pendapat/pikirannya.
4) Toleransi
terhadap perbedaan ide/pikiran.
5) Pujian
untuk hal yang baik.
6) Hormati
privasinya.
7) Berikan
contoh yang baik.
Komunikasi pada
masa remaja prinsipnya adalah :
a. Mulai
komunikasi dengan mengajak remaja berdiskusi.
b. Jangan
menyalahkan remaja pada saat komunikasi.
c. Hargai
pendapat remaja.
d. Hindari
pertanyaan yang menyudutkan remaja.
Hal yang harus
diperhatikan saat berkomunikasi dengan anak antara lain :
a. Rasa
aman dan nyaman anak (perawat-pasien).
b. Hindari
tindakan tiba-tiba yang dapat menyebabkan ketakuan (suara keras, ketawa keras,
mata melotot dan lain sebagainya).
c. Kontak
mata sejajar.
d. Berbicara
dengan jelas, suara lembut dan tidak tergesa-gesa.
e. Bahasa
sederhana.
f. Gunakan
teknik komunikasi yang sesuai.
g. Kejujuran.
Dalam hal
membantu anak agar dapat mengekspresikan perasaan/ pikiran antaralain:
1. Dengan
orang ketiga
Ekspresi
perasaan/pikiran dilakukan melalui orang lain.
2. Bercerita.
Bercerita
dengan anak, bisa menggunakan bahasa yang sederhana ataubisa pula menggunakan
cerita bergambar.
3. Biblioterapi.
Menyampaikan
pesan melalui buku cerita.
4. Pertanyaan.
5. Mengungkapakan
keinginan.
6. Rating
scale
Mengkaji
rentang sakit dari 0-10, termasuk rasa sedih ataupun gembira.
7. Melengkapi
kalimat.
Secara
tidak langsung menanyakan perasaan anak. Contoh : hal apa yang paling kamu
sukai?.
8. Menulis.
Anak
usia sekolah dan remaja dianjurkan untuk menulis buku harian atau dilatih untuk
menulis surat.
9. Menggambar.
10. Bermain.
E. Komunikasi
Pada Masa Dewasa.
1. Kematangan
fisik, mental dan sosial mencapai optimal.
2. Mempunyai
sikap, pengetahuan, keterampilan yang sudah lama menetap dalam dirinya dan
sulit untuk dirubah prilakunya.
3. Hargai
sudut pandang pasien.
4. Hindari
panggilan yang merendahkan.
Suasana
komunikasi pada orang dewasa antara lain :
1. Saling
menghormati.
2. Saling
menghargai.
3. Saling
percaya.
4. Saling
terbuka.
a. Teknik
komunikasi pada orang dewasa.
1) Penyampaian
pesan langsung kepada penerima tanpa melalui perantara.
2) Saling
memperngaruhi dan dipengaruhi, maksudnya komunikasi antara perawat dan pasien
harus ada keseimbangan dan tidak boleh ada yang mendominasi. Teknik ini
menekankan pada hubungan saling membantu (helping-relationship).
3) Melakukan
komunikasi secara timbal balik secara
langsung. Untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya salah persepsi. Hubungan
dan komunikasi secara timbal balik menunjukan arti pentingnya hubungan
perawat-klien.
4) Komunikasi
secara berkesinambungan, tidak bersifat statis dan bersifat dinamis.
F. Teknik
Komunikasi dengan Lansia
Terdapat tiga faktor
yang menentukan teknik komunikasi dengan lansia yaitu :
a. Sikap
perawat.
b. Stereotypy
(tingkah laku) perawat.
c. Pengetahuan
perawat tentang proses penuaan.
a.) Faktor-faktor
yang mempengaruhi dalam wawancara.
1. Gangguan
penglihatan.
Rekomendasi.
a. Pertahankan
kontak mata.
b. Hindari
komunikasi di tempat dengan cahaya yang mencolok.
c. Bila
klien memakai kacamata, anjurkan klien menggunakan kacamatanya.
d. Berhadapan
dengan lawan komunikasi.
2. Kekurangan
pendengaran.
Rekomendasi
a. Bicaralah
yang jelas kepada klien.
b. Nada
lambat pada kecepatan sedang.
c. Jangan
menutup mulut.
d. Sering
gunakan klarifikasi.
e. Bicara
pada arah telinga yang normal.
f. Kurangi
bunyi-bunyian.
g. Jika
ada alat bantu pendengaran, pakaikan kepada klien.
3. Ansiatas.
Rekomendasi.
a. Bina
hubungan dengan klien.
b. Gunakan
teknik silience.
c. Jelaskan
tujuan komunikasi.
d. Gunakan
sikap terbuka.
e. Berikan
minum untuk mengurangi ketegangan.
f. Sering
panggil klien dengan namanya.
4. Kelemahan.
Rekomendasi.
a. Komunikasi
singkat tapi sering.
b. Lihat
tanda-tanda kelemahan.
c. Buat
langkah yanglambat untuk komunikasi.
Teknik yang
digunakan dalam komunikasi pada lansia antara lain :
1. Jelaskan
tujuan dari komunikasi.
2. Atur
posisi untuk berkomunikasi, biasanya jarak satu kaki atau 1-1,5 meter (sedekat
mungkin).
3. Gunakan
teknik sentuhan selama wawancara untuk mengurangi ketegangan.
4. Lakukan
komunikasi saat klien melakukan aktifitas.
5. Harus
ada kontak mata.
Belum ada Komentar untuk "KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP BERBAGAI TINGKAT USIA"
Posting Komentar