KIASAH UANG TUNJANGAN UMAR R.A DARI BAITUL MAL
Jumat, 10 Maret 2017
Tulis Komentar
Umar r.a juga biasa berdagang. Ketika ia menjadi khalifah, keperluannya
dipenuhi dari baitul mal. Ia mengumpulkan rakyatnya di Madinnah Munawwarah,
lalu berkata, “aku biasa berdagang, dan kalian telah memberikankukesibukan
sehingga aku tidak dapat berdagang lagi. Sekarang, bagaimanakah dengan mata
pencaharianku?” orang-orang berselisih
pendapat tentang berapa jumlah tunjangan Umar r.a., sedangkan Ali r.a
hanya berdiam diri. Umar r.a. bertanya kepadanya “bagaimanakah pendapatmu,
wahai Ali?” jawab Ali r.a., “ambilah uang sekedar dapat mencukupi keperluan
keluargamu.” Umar r.a sangat menyetujui usul Ali r.a., maka ditentukanlah uang
tunjangan untuk Umar r.a.
Beberapa lama kemudian, beberapa orang sahabat termasuk Ali, Utsman,
Zubair, dan Thalhah r.hum mengusulkan agar uang tunjangan umar r.a ditambah
karena terlalu sedikit. Tetapi tidak ada yang berani secara langsung
mengungkapkannya kepada Umar r.a., akhirnya, mereka menemui Hafshah r.ha.,
putri Umar r.a., juga umul mukminin istri Rasulullah SAW. Mereka meminta agar
ia mengajukan usul tersebut kepada Umar r.a. tanpa menyebutkan nama-nama
mereka. Ketika Hafshah r.ha. mengajukan usul tersebut, wajah umar r.a langsung
memerah karena marah. Umar r.a bertanya, “siapakah yang mengusulkan ini?” sahut
Hafshah r.ha., “jawablah dulu bagaimana pendapatmu” umar r.a berkata, “andaikan
aku tahu siapa mereka, niscaya aku akan ubah muka mereka (akan memberikan
hukuman yang membekas diwajah). Hafshah, ceritakanlah kepadaku tentang pakaian
nabi saw. Yang terbaik, yang pernah beliau miliki di rumahnya.” Jawab Hafshah
r.ha., “beliau memiliki dua pakaian berwarna kemerahan yang biasa beliau
kenakan pada hari Jum’at atau ketika menemui tamu” kata Umar r.a., “sebutkanlah
makanan terlezat, yang pernah dimakan nabi saw. Dirumahmu.” Jawab Hafshah r.ha.,
“roti yang terbuat dari tepung kasar lalu dicelupkan kedalam kaleng berisi
minyak. Kami memakannya ketika masih panas, kemudian dilipat menjadi beberapa
lipatan. Pernah suatu hari saya menyapu sepotong roti dengan bekas-bekas minyak
samin yang terdapat dalam kaleng minyak yang hampir kosong. Beliau saw.
Memakannya dengan penuh kenikmatan, dan beliau juga ingin membagi-bagikannya
kepada orang lain.” Umar r.a. berkata, “sebutkan, apa alas tidur terbaik yang
pernah digunakan Rasulullah SAW. Dirumahmu?” hafshah r.ha menjawab, “sehelai
kain tebal. Pada musim panas, kain itu dilipat empat dan pada musim dingin kain
itu dilipat dua, separuh digunakan untuk alas tidurnya, dan separuh lagi untuk
selimutnya.” Umar r.a. berkata, “nah Hafshah, sekarang pergilah dan katakan
kepada mereka bahwa Nabi SAW. Telah menunjukan contoh kehidupan yang terbaik
dan mencukupkan diri dengan mengharapkan akhirat, dan aku harus mengikutinya.
Perumpamaanku dengan dua orang sahabatku; yaitu
Rasulullah SAW. Dan Abu Bakar r.a. adalah seperti
tiga orang musafir yang sedang melalui sebuah jalan yang sama. Musafir yang
pertama telah melalui jalan tadi dan telah sampai ke tempat tujuan. Demikian
juga dengan musafir yang kedua, ia telah mengikuti jalan orang yang pertama, sehingga
iapun telah sampai ke tempat tujuan, dan yang ke tiga, sekarang ia baru memulai
perjalanannya. Jika ia menempuh jalan yang ditempuh oleh orang-orang
sebelumnya, maka ia akan menjumpai keduanya di tujuan yang sama. Jika ia tidak
menempuh jalan orang-orang yang mendahuluinya, tentu ia tidak akan sampai ke
tempat mereka.
Inilah contoh kehidupan seseorang yang sangat ditakuti oleh para raja
ketika itu, namun ia menjalani kehidupannya dengan zuhud. Pada suatu hari, ia
berkhutbah di depan para sahabatnya dengan menggunakan kain sarung dengan dua
belas tambalan, salah satunya ditambal dengan kulit. Suatu ketika, ia terlambat
datang ke mesjid untuk menunaikan sholat Jum’at. Ia berkata kepada jamaah,
“maafkan, aku terlambat karena harus mencuci pakaianku terlebih dahulu, aku
tidak memiliki baju lain untuk dipakai” (Asyhar)
Belum ada Komentar untuk "KIASAH UANG TUNJANGAN UMAR R.A DARI BAITUL MAL"
Posting Komentar