PRINSIP-PRINSIP MEMBERIKAN KONSELING PADA PASIEN SEBAGAI ANTISIPASI AWAL SEBELUM MELAKUKAN RUJUKAN.
Sabtu, 31 Januari 2015
Tulis Komentar
1. Jadilah
Pendengar Yang Baik.
a. Jangan
menyela ketika klien berbicara, tataplah matanya sebagai tanda perhatian dan
untuk menumbuhkan rasa percayanya terhadap kita.
b. Jika
klien ingin menangis, berikan dia kesempatan untuk menangis sepuas-puasnya
jangan berupaya untuk menghibur agar ia berhenti menangis. Menangis adalah
ekspresi perasaan yang terdalam dari seseorang untuk menunjkan emosinya.
Setelah ia puas menangis, bersiap-siaplah kita mendengarkan kembali ceritanya.
c. Pastikan
klien bercerita serileks mungkin dan atas kemaunnya sendiri, diusahakan tempat
dan waktu yang tak mengganggu/terbatas sehingga proses konseling dapat berhasil
efektif.
d. Setelah
klien berhenti bercerita, barulah konselor melakukan panggilan anamnese yang
berkaitan dengan diri klien.
2. Berusaha
Memahami Karakteristik Pribadi Klien.
a. Menyelidiki
tipe kepribadian yang tampak (seperti apakah tipe dari klien/klien perasa,
kritis, keras kepala, ekstrensik, mudah putus asa, dan lain-lain).
b. Gali
pula bagaimana prinsip hidup, cita-cita, harapan dan kekecewaannya.
3. Cari
dan Diskusi Mengenai sebab-sebab Dasar dari Masalah atau Kecemasan yang
Dirasakan oleh Klien.
Identifikasi
mana yang betul-betul menjadi masalah berat, dan mana masalah yang hanya
pendramatisiran perasaan klien. Dengan begitu, kita akan lebih mudah memberikan
penilaian akan masalah mana yang perlu didahulukan penyelesaiannya.
4. Memberikan
Perhatian dan Empati yang wajar.
Jangan
memberikan penghiburan atau bujukan yang berlebihan, karena hal tersebut akan
membuat klien merasa malang dan terpuruk sehingga keinginan untuk bangkit dan
menghadapi masalahnya dengan lebih tegara akan sulit karena sugestinya yang
tinggi akan kompleksnya masalah yang dihadapi.
5. Memberikan
Petunjuk dan Saran untuk menggunakan Defens Mekanism yang Efektif dan Positif,
seperti:
a. Mengarahkan
untuk melakukan subtitusi. Yaitu, mengubah rasa yang negatif dalam bentuk
tingkah laku yang positif, kreatif, serta aktif, bisa memuaskan diri serta
menyenagkan orang lain.
b. Mengarahkan
untuk melakukan sublimasi. Yaitu, mengubah rasa ego atau keras kepala kedalam
bentuk tingkah laku yang terpuji, mau mengalah untuk menang.
c. Mengarahkan
untuk melakukan resignation. Yaitu tawakal dan pasrah kepada Yang Khalik (Tuhan
YME), mau menerima kesulitan dan masalah sebagai cobaan dan percaya bahwa Tuhan
tidak akan membebankan masalah yang sekiranya tidak dapat dipikul oleh
umat-Nya.
d. Mengarahkan
untuk melakukan bessinung. Yaitu, untuk berfikir secara mendalam, mawas diri
dan mencari solusi yang terbaik dari masalah atau kecemasan yang terjadi
sehingga dapat keluar dari impassel/jalan buntu.
e. Mengarahkan
untuk melakukan kompensasi. Yaitu, mengganti kegagalan disatu bidang dengan
mengharapkan kesuksesan dibidang lain. Karena, dimana ada kekurangan pasti ada
kelebihan, demikian juga sebaliknya.
6. Menanamkan
Nilai-Nilai Spiritual sesuai kepercayaan yang dianut Klien.
Ini
sangat berguna agar klien dapat berpijak sesuai dengan kodratnya sebagai
manusia yang tak lepas dari segala cobaan, mengantisipasi klien agar tidak
“escape” pada hal yang negatif. Misalnya, tindakan bunuh diri, tindakan self
defeating lainnya.
7. Menjaga
Rahasia Klien (Identitas diri, Masalah) Sebagai Kode Etik dan Kesepakatan Awal
dengan Klien/keluarganya.
Selain
untuk menumbuhkan rasa percaya klien kepada konselor juga menjaga dari hal-hal
yang tidak diharapkan, kecuali apabila dari awal sudah ada kesepakatan untuk
membagi rahasia dengan orang-orang yang kompeten untuk membantu proses terapi
atau proses ananmnesa.
Belum ada Komentar untuk "PRINSIP-PRINSIP MEMBERIKAN KONSELING PADA PASIEN SEBAGAI ANTISIPASI AWAL SEBELUM MELAKUKAN RUJUKAN."
Posting Komentar