ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN AKIBAT SEROSIS HEPATIS
Sabtu, 10 Oktober 2015
Tulis Komentar
1.
Serosis
Hepatis.
Adalah penyakit kronis yang
progresif yang ditandai dengan adanya infeksi yang menyebar pada hati dan
terbentuknya jaringan fibrotik sehingga terjadi distorsi pada susunan hati yang
normal dan timbul regenerasi pada sel-sel parenchyma hati berupa nodul-nodul
baik mikronoduler maupun makronoduler. (Schiff, 1996).
2.
Type
Serosis Hepatis.
a. Serosis
Leanec’s
Sirosis
yang disebabkan oleh penggunaan alkoholim dan nutrisi yang tidak tepat. Efek
alkohol terhadap hati yang pada proses selanjutnya menimbulkan inflamasi dan
kerusakan sel-sel hati.
b. Serosis
Post Nekrotik.
Terjadi
setelah sel-sel hati mengalami necrose semakin luas, yang kemudian menimbulkan
regenerasi dan kerusakan lalu mengalami pengerasan pada lobulus hati sehingga
apabila hatidi palpasi akan teraba. Sirosis ini biasanya terjadi oleh karena
intoksikasi zat kimia, racun, obat-obatan seperti posfor, kloroformotoksin jamur, virus hepatis
akut.
c. Serosis
Bilier.
Terjadi
karena obstruktif yang kronik pada saluran empedu terjadi statis cairan empedu
sehingga percabangan akibatnya terjadi destruksi sel-sel hati yang lama
kelamaan menimbulkan sirosis (pengerasan).
a.) Sirosis
bilier primer : disebabkan oleh karena cairan empedu dalam hati.
b.) Sirosis
bilier sekunder : disebabkan oleh obstruksi dalam hati.
d. Serosis
Cardiac (vaskuler cardiac).
Oleh
karena gagal jantung kanan hal ini dari CHF menyebabkan anoksia sel hati.
3.
Tanda
dan Gejala.
a. Malaise.
b. Gejala
gastro intenstinal : anoreksia, nausea, vomitus, dan gangguan fungsi usus.
c. Mal
nutrisi : penurunan berat badan, kelemahan otot.
d. Retensi
cairan : oedem, asites, distensi abdomen, hirothoraks.
e. Iceteric,
pruritus, feses pucatheapatomegali, urin pekat, spienomegali.
f. Spider
naevi, rambut rapuh, eritema palmaris, ginekomastik.
g. Hipertensi
portal : oedem ekstremitas interior, varises oesofagus, haemoroid.
h. Pendarahan
gastrointestinal, varises oesofagus, ulkus peptikum, melena dan hematemasis.
4.
Komplikasi.
a. Enchephalopati
hepatic menimbulkan peningkatan amoniac dalam darah.
b. Ascites
menimbulkan ekstravasasi cairan dari intra vaskuler terjadi ekstravaskuler
sehingga rongga paritoneal sebagai akibat dari hipertensi portal, peningkatan
reabsorbsi Na dan penurunan serum albumin.
c. Perdarahan
saluran cerna (haematemesis dan melena).
d. Hipertensi
portal terjadi akibat gagalnya sirkulasi vena portal menimbulkan spinomegali,
udem ekstremitas bawah, varises esofagus, hemoroid, haematemesis.
e. Koma
hepatikum yaitu suatu enchelophati metabolik otak oleh karena kegagalan hati.
Faktor dari pencetus koma hepatikum adalah :
a.) Amonia
instestinal (perdarahan GIT).
b.) Asupan
protelon tinggi.
c.) Hipokalemia
oleh karena diuretik thiazide.
d.) Alkalosis
(hiperventilasi dan hipokalemia).
e.) Hiperbilirubinemia.
5.
Penatalaksanaan.
a. Diet
rendah protein, lemak, Na, dan tinggi karbohidrat.
b. Bila
ascites berikan diuretic dan abdominal parasintesis.
c. Bila
terjadi haematemesisi melena lakukan lavase lambung, transfusi darah dan
pemasangan infus.
d. Bila
enchephlapati kronik lakukan transplantasi hati.
e. Istirahat.
f. Hindari
alkohol.
g. Antihistamin.
h. Operasi
untuk mengalirkan darah di hati(pada hipertensi portal).
i.
Obat-obatan yang sering digunakan adalah
diuretik.
6.
Asuhan
Keperawatan.
A.
Pengkajian.
a. Biodata.
b. Keluhan
utama :
c. Riwayat
kesehatan sekarang (PQRST).
d. Tanyakan
kepada pasien ada faktor resiko : alkoholisme, virus hepatis, obstruksi kronik,
biasanya pada saluran empedu.
B.
Pemeriksaan
Fisik.
a. Pada
awal :
b. Gangguan
GIT : mual, muntah, anoreksia, dyspepsia, vomitus, perubahan kebiasaan BAB yang
disebabkan gangguan metabolisme nutrisi.
c. Nyeri
pada kuadran kanan abdomen diakibatkan pembesaran hati.
d. Palpasi
terjadi pembesaran hati.
C.
Lebih
Lanjut :
a. Ascites
dimanisfestasikan penambahan berat badan, distensi abdomen disertai dehisrasi
(kulit dan membran mukosa kering, pengecilan otot, lemah).
b. Perdarahan
ginggivial, perdarahan menstruasi yang lama.
c. Jaundice
keruskaan metabolisme bilirubin.
D.
Pemeriksaan
Diagnostik
a. Fungsi
hati abdominal.
b. Peningkatan
serum bilirubin sehingga menyebabkan kerusakan metabolisme bilirubin.
c. Peningkatan
ammonia darah dan penurunan serum dibumin menyebabkan kegagalan metabolisme
protein.
d. Peningkatan
serum alkaline phosfat menyebabkan kerusakan jaringan hati.
e. Memperpanjang
waktu protombin menjadikan kegagalan sintesis protrombin dan faktor pembeku.
f. Biopsi
hati dapat didiagnosa bila serum dan radiologi tidak meyakinkan.
g. Ultrasosnografi,
CT scan, datau MRI digunakan untuk melihat ukuran hati, derajat obstruksi,
aliran darah di hati.
h. Serum
elektrolit menunjukan : hipocalemi, alkalosis, hiponatremi diakibatkan
peningkatan sekresi aldosteron.
i.
Penurunan HB dan HT.
j.
Penurunan urine output.
k. Bilirubinuria.
l.
Hipertensi portal karena perdarahan GIT
akibat varises osefagus.
m. Sindroma
hepatorenal. Dimanisfestasikan oleh gagal ginjal yang progresif (peningkatan BUN,
peningkatan serum creatinin, penuruna urine output).
n. Enchepalopati
hepatik dimanisfestasikan oleh gangguan neuropsikiatrik seperti apatis
hipereflexia, gangguan tidur confusion, mengantuk, disorientasi, coma dan
kematian.
o. Ketidakseimbangan
endoktrin.
a.) Hipogonanadism
: atropi mamae, penurunan libido, gangguan siklus menstruasi, gynecomastoid
pada laki-laki atropi testis sampai impoten.
b.) Spider
angioma.
c.) Aritema
pada telapak tangan.
p. Fatique
akibat animea terhadap gangguan metabolisme nutrisi.
q. Edema
perifer retensi sodium dan penurunan albumin.
r.
Perdarahan gangguan pada faktor pembeku
dan trombositopeni dimanisfestasikan : epistaksis, mudah memar.
E.
Masalah.
a. Gangguan
rasa nyaman nyeri.
b. Aktifitas
intoleran.
c. Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi.
d. Potensial
gangguan integritas kulit.
e. Gangguan
keseimbangan volume cairan.
f. Gangguan
aman : cemas.
g. Dan
lain-lain.
Belum ada Komentar untuk "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN AKIBAT SEROSIS HEPATIS"
Posting Komentar