MAKALAH TYPOID
Sabtu, 21 November 2015
Tulis Komentar
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Demam thypoid atau thypoid menjadi
masalah kesehatan, yang umumnya terjadi di negara yang sedang berkembang karena
akibat kemiskinan, kriminalitas dan kekurangan air bersih yang dapat diminum.
Tetapi lebih sering bersifat seporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan
jarang menimbulkan lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Demam
thypoid dapat di temukan sepanjang tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada
anak-anak dan tidak ada perbedaan yang nyata antara insiden demam thypoid pada
wanita dan pria. Penyakit thypoid dapat sangat berbahaya apabila terjadi selama
kehamilan atau pada periode setelah melahirkan.
Kebanyakan penyebaran penyakit demam thypoid
ini tertular pada manusia pada daerah-daerah berkembang, ini dikarenakan
pelayanan kesehatan yang belum baik, hygiene personal yang buruk. Salah satu
contoh di negara Nigeria, dimana terdapat 467 kasus dari tahun 1996 sampai
dengan 2000.
Dalam lingkungan kita, thypoid
abdominalis atau demam thypoid merupakansalah satu penyakit endemis di Asia,
Afrika, Amerika Latin, Caribia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat
dan Eropa. Menurut data WHO terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di
seluruh dunia dan di perkirakan sekitar 500.000 orang meninggal setiap tahun
nya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan tertinggi pada kasus thypiod
ini, dan terdapat 13juta kasus dengan 400.000 kematian setiap tahun nya. 91%
kasus thypoid mendera anak-anak berusia 3-19tahun dan angka kematian 20.000
pertahun nya. Di indonesia 14% demam enteris ini disebabkan oleh S. Parathypi
A.
B.
Tujuan
Penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah ini dibagi menjadi 2 tujuan yaitu :
1. Tujuan
Umum :
Makalah ini ditulis bertujuan untuk mengetahui
asuhan keperawatan pada pasien dengan demam thypoid
2. Tujuan
khusus :
a.
Mengetahui dan memahami pengertian
Thypoid
b.
Mengetahui dan memahami etiologi
dari Thypoid
c.
Mengetahui dan memahami penularan
dari Thypoid
d.
Mengetahui dan memahamimanifestasi
KlinisThypoid
e.
Mengetahui dan memahamiPhatofisiologi dari Thypoid
f.
Mengetahui dan memahami Pemeriksaan
Penunjang Pada Pasien Thypoid
g.
Mengetahui dan memahami Komplikasi
dari Thypoid
h.
Mengetahui dan memahami Penatalaksanaan
Medik dari Thypoid
i.
Mengetahui dan memahami
Pencegahan Penyakit Thypoid
C.
Sistematika
Penulisan
Sistematika dalam penulisan makalah ini
terdiri dari 3 bab utama yang terdiri dari bab pertama yaitu pendahuluan, bab
kedua yaitu tinjauan teoritis, bab ketiga tinjauan kasusdan bab empat atau bab
terakhir yaitu penutup.
Bab pertama yaitu pendahuluan, terdiri
dari latar belakang. Latar belakang membahas tentang alasan mengapa kami membut
makalah yang berjudul “THYPOID”. Kemudian yang kedua yaitu tujuan penulisan,
tujuan penulisan membahas mengenai untuk apa penulis membuat makalah ini.
Tujuan penulisan terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
membahas mengenai tujuan penulisan yang secara umumnya, dan tujuan khusus
membahas mengenai tujuan penulisan yang secara khususnya.
Bab kedua yaitu
pengertian Thypoid, etiologi dari Thypoid, penularan dari Thypoid, manifestasi
Klinis Thypoid, Phatofisiologi dari
Thypoid, Pemeriksaan Penunjang Pada Pasien
Thypoid, Komplikasi dari Thypoid, Penatalaksanaan Medik dari Thypoid, Pencegahan
Penyakit Thypoid.
Bab ketiga yaitu penutup, penutup berisi
tentang kesimpulan akhir dan saran dari pembahasan yang sudah dibuat. Penulisan
kesimpulan singkat dan jelas, tidak panjang seperti pembahasan. Kesimpulan
biasanya berisi fakta, pendapat, alasan pendukung mengenai tanggapan suatu
objek. Bisa dikatakan bahwa kesimpulan merupakan pendapat akhir dari suatu
uraian berupa informasi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Pengertian
Thypoid
Typoid Fever ( Typhus Abdominalis ,
enteric Fever ) adalah infeksi sistemik yang disebabkan salmonnella enterica,
khusus nya turunannya yaitu salmonella typhi , paratyphi A , parathyphi B , dan
parathyphi C pada saluran pencernaan terutama menyerang bagian saluran
pencernaan. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella.Typhus abdominalis merupakan penyakit infeksi akut yang selalu ada
di masyarakat ( endemik ) untuk di Indonesia, mulai dari usia balita,
anak-anak, dan dewasa . (Suratun, Lusianah
2010).
B.
Etiologi
Thypoid disebabkan oleh salmonella Typhi
( S typhi ), paratyphi A, paratyphi B dan paratyphi C . Salmonella typhi
merupakan basil gram negatif, berflagel (bergerak dengan bulu getar), dan tidak
berspora, anaerob fakultatif, dan masuk
dalam keluarga enterobacteriacae, dengan ukuran 4 x 0,5 mikron, berbentuk batang
single atau berpasangan. Salmonella hidup dengan baik pada suhu 37° C dan dapat
hidup pada air steril yang beku dan dingin, air tanah, air laut dan debu selama
berminggu-minggu dan dapat hidup berbulan-bulan dalam telur yang terkontaminasi
dan tiram beku. Parasit hanya pada tubuh manusia. Dapat dimatikan pada suhu 60°
Celcius selama 15 menit, hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu.
S. Typhi memiliki 3 macam antigen yaitu:
a. Antigen
O ( somatik berupa kompleks polisakarida )
Merupakan
polisakarida yang sifatnya spesifik untuk grup salmonella dan berada pada
permukaan organisme dan juga merupakan somatik antigen yang tidak menyebar.
b. Antigen
H ( menyebar)
Terdapat
pada flagela dan bersifat termolabil.
c. Antigen
V1
Merupakan
kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.
(Suratun, Lusianah 2010).
C.
Penularan
Penularan penyakit typhoid ini sangat
mudah terjadi pada lingkungan dengan sanitasi yang buruk. Berikut ini beberapa
mekanisme penularan salmonella typhi :
1. Food
( makanan/minuman) yang teratur. Makanan yang diolah dengan tidak bersih atau
disajikan mentah berisiko mengandung salmonella. Seharusnya makanan dimasak
dengan air matang dan air minum dididihkan.
2. Fingers
( jari-jari tangan ), seseorang yang pernah menderita typhoid dapat menjadi
karier dan menularkan typoid kepada orang lain melalui jari-jari tangan nya.
3. Feses,
dapat menularkan salmonella ke oranglain melalui rute fekal orang. Artinya
penularan dari feses dan masuk ke mulut.
4. Fly
( Lalat ), lalat dapat menjadi fektor mekanisme penularan typhoid, lalat dapat
menghinggapi feses yang mengandung salmonella dan menghinggapi makanan atau
minuman dan mengkontaminasi nya.
5. Hubungan
Seksual
Transmisi penularan salmonella melalui hubungan seksual,
melalui rute oral anal, dan oral penis. Sehingga dapat dikatakan bahwa manusia
menjadi host dan fektor penularan penyakit ini .
6. Instrumen
kesehatan
Petugas
kesehatan berisiko tertular salmonella karna kontak langsung dengan cairan
tubuh pasien ( darah, urine ) dan feses yang dapat mengandung salmonella,
peralatan kesehatan yang terkontaminasi , bahan untuk pemeriksaan laboratorium,
alas kasur atau sprai yang mengandung feses atau urine yang terkontaminasi
salmonella .
D.
Manifestasi
Klinis
Manifestasi klinis demam typhoid yang
disebabkan oleh S. Paratyphi lebih ringan daripada S.Typhi.Masa inkubasi dapat
berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 6-14. Masa awal
penyakit,tanda dan gejala penyakit berupa anoreksia,rasa malas,sakit kepala
bagian depan,nyeri otot,lidah kotor(putih di tengah dan tepi lidah
kemerahan,kadang di sertai tremor lidah,nyeri perut sehingga dapat tidak
terdiagnosis karna gejala mirip dengan gejala penyakit lainnya,
Gambaran
klinis thypoid terbagi atas 4 fase yaitu :
1. Minggu
I (Stadium Incremasi), setelah masa inkubasi 6-14, gejala penyakit berupa demam
tinggi berkisar 39°C hingga 40°C, sakit kepala dan pusing, pegal pada otot,
mual, muntah, batuk, nadi meningkat, denyut lemah, perut kembung (distensi
abdomen), dapat terjadi diare konstipasi, lidah kotor, epistaksis.
2. Minggu
II (Stadium Acmer),suhu badan tetap tinggi, bradikardia,terjadi gangguan
pendengaran,lidah nampak kering dan merah mengkilat,terdapat hepatomegali dan
splenomegali.
3. Minggu
III, suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal
itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Jika keadaaan makin
memburuk,dengan terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau
stupor,otot-otot bergerak terus,inkontinensia alvi dan inkontinensia
urin,perdarahan dari usus,meteorispus,timpani, dan nyeri abdomen. Jika denyut
nadi meningkat disertai oleh peritonitis lokal maupun umum, pertanda terjadinya
perforasi usus. Sedangkan keringat dingin,gelisah,sukar bernafas dan nadi
menurun menunjukan terjadinya perdarahan. Degenerasi miokard merupakan penyebab
umum kematian penderita demam typhoid pada minggu ketiga.
4. Minggu
IV, merupakan stadium penyembuhan, badan terasa segar dan nafsu makan baik.
E.
Phatofisiologi
Kuman masuk kedalam mulut melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh salmonela (biasanya > 10.000 basil
kuman ). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh HCL lambung dan sebagian lagi
masuk keusus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (IGA) usus kurang baik,
maka basil salmonella akan menembus sel–sel epitel (sel M) dan selanjutnya ke
lamina propia dan berkembangbiak dijaringan limpoid plak peyeri di ileum distal
dan kelenjar getah bening mesenterika.
Jaringan limpoid plak peyeri dan
kelenjar getah bening mesenterika mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk
kealiran darah atau (bakterimia) melalui duktus thoracicus dan menyebar
keseluruh organ terikuloendotelial tubuh terutama hati, sumsum tulang dan limpa
melalui sirkulasi portal dan usus.
Hati membesar (hepatomigali) dengan infiltrasi
limposit, zat plasma dan sel mononuklear, serta terdapat nekrosis vokal dan
pembesaran limpa (spenomigalik). Di organ ini kuman S. Tiphy berkembangbiak dan sirkulasi darah
lagi mengakibatkan bakterimia kedua disertai tanda dan gejala infeksi sistemik
(demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskular,
gangguan mental dan koagulasi).
Pendarahan saluran cerna terjadi akibat
erosi pembuluh darah disekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan
hiperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan
otot,serasa usus dan mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil menempel
direseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi seperti
gangguan neurofisikreatik kardiovaskuker,pernafasan dan gangguan organ lainnya.
Pada minggu pertama penyakit terjadi hyperplasia (pembesaran sel-sel) plak
peyeri,disusul minggu kedua terjadi nekrosis dan dalam minggu ketiga ulserasi
plak peyeri dan selanjutnya dalam minggu keempat penyembuhan ulkus dengan
meninggalkan sikatriks (jaringan parut).
F.
Pemeriksaan
Penunjang Pada Pasien Thypoid
1. Pemeriksaan
darah tepi
a. Eritrosit
: kemungkinan terdapat anemia karena terjadi gangguan absorpsi fe di usus halus
karena adanya inflamasi,hambatan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang atau
adanya perforasi usus.
b. Leukofenia
polimorfonuklear (PMN) dengan jumlah leukosit antara 3000-4000 /mmᶟ,dan jarang
terjadi kadar leukosit < 3000 mmᶟ.
Leukopenia terjadi
sebagai akibat penghancur leukosit oleh endotoksin dan hilangnya eosinosil dari
darah tepi (eosinofilia). Namun dapat juga terjadi leukositosis,lomposistosis
relatif pada hari kesepuluh demam,dan peninggkatan laju endap darah.
c. Trombositopenia,biasanya
terjadi pada minggu pertama (defresi fungsi sum-sum tulang dan limpa).
2. Pemeriksaan
urine, didapatkan proteinuria ringan (<2 gr/liter) dan leukosit dalam urine.
3. Pemeriksaan
tinja, kemungkinan terdapat lendir dan darah karena terjadi perdarahan usus dan
perforasi. Biakan tinja untuk menemukan salmonella dilakukan pada minggu kedua
dan ke tiga serta biakan urine pada minggu ke tiga dan empat.
4. Pemeriksaan
bakteriologis, diagnosis pasti bila dijumpai kuman salmonella pada biakan darah
tinja, urin, cairan empedu atau sumsum tulang.
5. Pemeriksaan
serologis yakni pemeriksaan widal. Tes widal merupakan reaksi aglutinasi antara
antigen dan anitbodi(aglutinin). Selain itu tes widal(O dan H agglutinin) mulai
positif pada hari ke 10 dan titer akan semakin meningkat sampai berakhirnya
penyakit.
6. Pemeriksaan
radiologi. Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi
akibat demam typhoid.
G.
Komplikasi
dari Thypoid
Komplikasi yang dapat
terjadi meliputi:
1. Komplikasi
intestinal meliputi perdarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik
intestinal:
a. Pendarahan
usus. Bila pendarahan yang terjadi banyak dan berat dapat terjadi melena
disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
b. Perforasi
usus. Biasanya dapat timbul pada ileus di minggu ke-3 atau lebih. Merupakan
komplikasi yang sangat serius terjadi 1-3% pada pasien terhospitalisasi.
c. Peritonitis.
Biasanya menyertai perforasi atau tanpa perforasi usu dengan ditemukannya
gejala akut abdomen, yaitu nyeri perut yang hebat,dinding abdomen tegang(defans
musculair) dan nyeri tekan.
2. Komplikasi
ekstra intestinal meliputi:
a. Komplikasi
kardiovaskular : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan, sepsis), miokarditis ,
trombosis, dan tronboflebitis.
b. Komplikasi
darah : anemia hemolitik, trombositopenia dan atau koagulasi intravaskular
disenaminata dan sindrom uremia hemolitik.
c. Komplikasi
paru : penomonia empiema dan pleuritis.
d. Komplikasi
hepar : hepatitis.
e. Komplikasi
ginjal : glomerulonepritis , fielo nefritis dan perinepritis
f. Komplikasi
tulang : osteomielitis , peritostitis, skondilitis dan artritis.
g. Komplikasi
neuropisikiatrik : delirium , meningismus , meningitis, polineuritis periper,
sindrom guillain-barre, psikosis, dan sindrom katatonia.
H.
Penatalaksanaan
Medik
Pengobatan atau pelaksanakan pada
penderita thypoid adalah sebagai berikut :
1. Bed
rest, untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Minimal 7 hari
bebas demam kurang lebih 14 hari. Mobilisasi bertahap, sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien. Tingkatan hygine perseorangan, kebersihan tempat tidur,
pakaian, dan peralatan yang dipakai oleh pasien. Ubah posisi minimal tiap 2 jam
untuk menurunkan risiko terjadi dekubitus dan pneumonia hipostatik. Defekasi
dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi obstipasi
dan retensi urine, isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan eksreta pasien.
2. Diet
dan terapi penunjang. Diet makanan harus mengandung cukup cairan dan tinggi
protein, serta rendah serat. Diet bertahap mulai dari bubur saring, bubur kasar
hingga nasi. Diet tinggi serat akan meningkatkan kerja usus sehingga resiko
perforasi usus lebih tinggi.
3. Pemberian
antibiotika, anti radang anti inflamasi dan anti piretik.
a. Pemberian
antibiotika
·
Amoksisilin 100
mg/kgbb/hari, oral selama 10 hari
·
Kotrimoksazol 6
mg/kgbb/hari, oral. Dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari
·
Seftriakson 80
mg/kgbb/hari, IV atau IM, sekali sehari selama 5 hari
·
Sefiksim
10/mg/kgbb/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari
·
Untuk anak pilihan
antibiotika yang utama adalah kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan
terjadi pemberantasan atau eradikasi kuman serta waktu perawatan dipersingkat.
b. Anti
radang (antiinflamasi). Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan
gangguan kesadaran. Deksametason 1-3 mg/kgbb/hari IV, dibagi 3 dosis hingga
kesadaran membaik.
c. Antipiretik
untuk menurunkan demam seperti parasetamol
d. Antiemetik
untuk menrunkan keluhan mual dan muntah pasien .
I.
Pencegahan
Thypoid
1. Meningkatkan
sanitasi lingkungan dengan penyediaan air minum yang memenuhi syarat ( melalui
proses clorinasi), pembuangan kotoran manusia yang benar, pemberantasan lalat
dan pengawasan terhadap produk makanan atau minuman dari pabrik, home industry
rumah makan dan penjual makanan keliling.
2. Usaha
terhadap manusia dengan meningkatkan personal hygine misalnya dengan gerakan
menuci tangan, imunisasi efektif menurunkan resiko penyakit hingga 50-70%.
Meskipun telah mendapatkan imunisasi tetap harus memperhatikan kebersihan
makanan dan lingkungan. Di indonesia vaksinasinya bernama chotipa (cholera-typhoid-paratypoid)
atau tipa (thypoid-para-typhoid). Dapat dilakukan pada anak usia 2tahun yang
masih rentan menemukan dan mengawasi karier typhoid dan pendididikan kesehatan
kepada masyarakat tentang typoid , pencegahan dan pengobatan typoid.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.
Pengkajian
Data Keperawatan
Pengkajian
klien dengan typhoid adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas/istirahat
Kelemahan, kelelahan,
malaise, cepat lelah. Insomnia akibat
diare. Merasa gelisah dan ansietas. Pembatasan aktivitas/kerja terkait
proses penyakit.
2. Sirkulasi
Takikardi(respon
terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri), kemerahan, area eldmosis
( kekurangan vitamin K). Hipotermi, membran mukosa kering, turgor kulit
menurun, lidah pecah-pecah akibat kekurangan
cairan)
3. Integritas
ego
a. Ansietas,
ketakutan, emosi, perasaaan tidak
berdaya/tidak ada harapan, stress terkait dengan pekerjaan atau biaya
pengobatan yang mahal.
b. Menolak,
perhatian menyempit, depresi.
4. Eliminasi
a. Tekstur
feses bervariasi mulai dari bentuk padat, lunak atau berair. Episode diare
berdarah dapat ditemukan, tidak dapat dikontrol atau kram(tenesmus). Defekasi
berdarah/pus/mukosa dengan atau tanpa keluar feses.
b. Menurunnya
bising usus, tidak ada peristaltik atau adanya peristaltik yang dapat di
dengar, oliguria.
5. Makanan/cairan
a. Anoreksia,
mual/muntah, penurunan berat badan, intoleransi terhadap makanan/minuman
seperti buah segar/sayur, produk susu dan makanan berlemak.
b. Penurunan
lemak subkutan/massa otot, kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk,
membran mukosa pucat dan inflamasi rongga mulut.
6. Nyeri/kenyamanan
a. Nyeri
tekan pada kuadran kanan bawah, nyeri mata, foto-fobia
b. Nyeri
tekan abdomen, distensi abdomen.
7. Keamanan
a. Anemia,
vaskulitis, arthritis, peningkatan suhu (eksaserbasi akut), penglihatan kabur,
alergi terhadap makanan/produk susu.
b. Lesi
kulit mungkin ada, ankilosa spondilitis,uveitis , konjungtivitisa, iritis.
8. Seksualitas
Frekuensi
menurun/menghindarai aktifitas seksual
9. Interaksi
sosial
Gangguan hubungan atau
peran terkait hospitalisasi, ketidakmampuan
dalam kegiatan sosial.
10. Penyuluhan
pembelajaran
Riwayat keluarga
berpenyakit inflamasi usus.
11. Higiene
Ketidakmampuan
mempertahankan perawatan diri. Stomatitis menunjukan kekurangan vitamin.
B.
Diagnosa Keperawatan Pada Klien Thypoid
1. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu makan,
mual dan kembung.
2. Hiperterrmi
berhubungan dengan proses infeksi.
3. Risiko
tinggi terjadi kurang volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan
dan peningkatan suhu tubuh.
4. Intoleransi
aktivitas beerhubungan dengan tidak adekuatnya masukan nutrisi (mual dan
muntah), pembatasan aktivitas.
5. Kurangnya
perawatan diri berhubungan dengan istirahat total.
Belum ada Komentar untuk "MAKALAH TYPOID"
Posting Komentar