Makalah Ulkus Peptikum beserta ASKEP
Minggu, 21 Februari 2016
Tulis Komentar
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan penelitian bahwa 5%-15%
dari populasi di Amerika Serikat mengalami ulkus peptikum, tetapi hanya
kira-kira setengahnya yang diketahui, kejadian ini telah m menurun sebanyak 50%
selama 20 tahun terakhir. Ulkus peptikum masih merupakan masalah kesehatan yang
penting. Ulkus peptikum insidennya cukup tinggi di Amerika Serikat, dengan 4
juta penduduk terdiagnosis setiap tahunnya. Sekitar 20-30 % dari prevalensi
ulkus ini terjadi akibat pemakaian Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
terutama yang nonselektif. OAINS digunakan secara kronis pada penyakit-penyakit
yang didasara inflamasi kronis seperti osteoathritis. Pemakaian kronis ini
semakin meningkatkan risiko terjadi ulkus peptikum.
Pada lambung normal, terdapat dua
mekanisme yang bekerja dan mempengaruhi kondisi lambung, yaitu faktor
pertahanan (defense) lambung dan faktor perusak (aggressive)
lambung. Kedua faktor ini, pada lambung sehat, bekerja secara seimbang,
sehingga lambung tidak mengalami kerusakan atau luka. Faktor perusak lambung
meliputi (1) Faktor perusak endogen atau berasal dari dalam lambung sendiri
antara lain HCL, pepsin dan garam empedu; (2) faktor perusak eksogen, misalnya
(obat-obatan, alkohol dan bakteri). Faktor pertahanan lambung tersedia untuk
melawan atau mengimbangi kerja dari faktor tersebut diatas.
Faktor atau sistem
pertahanan pada lambung, meliputi lapisan (1) pre-epitel; (2) epitel; (3) post
epitel.
Apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua faktor di
atas, baik faktor pertahanan yang melemah ataupun faktor perusak yang semakin
kuat, dapat mengakibatkan kerusakan pada sel-sel lambung, yang pada akhirnya
akan membentuk ulkus lambung/ peptikum. Pemberian paparan eksogen yang
berlebihan seperti kortikosteroid, OAINS dan kafein dapat memicu terjadinya
ulkus lambung. Lambung memiliki mekanisme penyembuhan ulkus sendiri. Mekanisme
ini merupakan suatu proses kompleks yang melibatkan migrasi sel, proliferasi,
reepitelisasi, angiogenesis dan deposisi matriks yang selanjutnya akan
membentuk jaringan parut. Nyeri di ulu hati adalah tanda khas dari penyakit ini
dan gejala ini pasti sering didengar.
Lambung sebagai reservoir/lumbung makanan berfungsi
menerima makanan/minuman, menggiling, mencampur dan megosongkan makanan ke
dalam duodenum. Karena sering berhubungan dengan semua jenis makanan, minuman
dan obat-obatan maka lambung akan mengalami iritasi kronis dan menjadi tukak
atau ulkus. Secara definisi ulkus peptikum adalah rusaknya atau hilangnya
jaringan mukosa sampai lamina propria (meluas ke bawah) pada berbagai saluran pencernaan
makanan yang terpajan cairan asam lambung, yaitu oesophagus, lambung, duodenum,
dan setelah gastroenterostomi juga jejunum. Namun, penyakit ini timbul terutama
pada duodenum dan lambung.
Dari
data di atas, membuat perawat sebagai tenaga kesehatan, harus mampu memberikan
penjelasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penyakit ulkus peptikum
tentang bagaimana pengertian ulkus peptikum, anatomi dan fisiologi, etilogi
ulkus peptikum, patofisiologi ulkus peptikum, tanda dan gejala, manifestasi klinik,
pemeriksaan diagnostik(laboratorium), penatalaksanaan dan asuhan keperawatan
ulkus peptikum. Maka dari itu kami membuat buku ini yang berjudul Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan System Pencernaan Akibat Ulkus
Peptikum.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi Dan Fisiologi
Lambung terletak di bagian kiri atas
abdomen . Jika kosong berbentuk tabung J dan jika penuh seperti buah
alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung adalah sebesar 1-2 L. Bagian utama
dari lambung terdiri dari :
1. Fundus adalah bagian tengah, bentuknya membulat.
2. Badan lambung
3. Pylorus adalah bagian bawah, daerah yang berhubungan
dengan usus 12 jari atau sering disebut duodenum.
Dinding lambung
tersusun menjadi empat lapisan, yakni :
1. Mucosa.
Mucosa ialah lapisan dimana sel-sel mengeluarkan berbagai jenis cairan,
seperti enzim, asam lambung, dan hormon. Di lapisan mucosa terdapat
3 jenis sel yang berfungsi dalam pencernaan, yaitu :
a. Sel goblet berfungsi untuk memproduksi mucus atau
lendir untuk menjaga lapisan terluar sel agar tidak rusak karena enzim pepsin
dan asam lambung.
b. Sel parietal berfungsi
untuk memproduksi asam lambung [Hydrochloric acid] yang berguna dalam
pengaktifan enzim pepsin. Diperkirakan bahwa sel parietal memproduksi 1.5 mol
dm-3 asam lambung
yang membuat tingkat keasaman dalam lambung mencapai pH 2.
c. Sel
chief berfungsi untuk memproduksi pepsinogen, yaitu enzim pepsindalam bentuk tidak
aktif. Sel chief memproduksi dalam bentuk tidak aktif agar enzim tersebut tidak
mencerna protein yang dimiliki oleh sel tersebut yang dapat menyebabkan
kematian pada sel tersebut.
2. Submucosa
Submucosa ialah lapisan dimana pembuluh
darah arteri dan vena dapat ditemukan untuk menyalurkan nutrisi dan
oksigen ke sel-sel perut sekaligus untuk membawa nutrisi yang diserap, urea, dan karbon dioksida dari sel-sel tersebut.
3. Muscularis
Muscularis adalah lapisan otot yang
membantu perut dalam pencernaan mekanis. Lapisan ini dibagi menjadi 3 lapisan
otot, yakni otot melingkar, memanjang, dan menyerong. Kontraksi dan ketiga
macam lapisan otot tersebut mengakibatkan gerak peristaltik (gerak menggelombang).
Gerak peristaltik menyebabkan makanan di dalam lambung
diaduk-aduk. Lapisan terluar yaitu serosa berfungsi sebagai
lapisan pelindung perut. Sel-sel di lapisan ini mengeluarkan sejenis cairan
untuk mengurangi gaya gesekan yang terjadi antara perut dengan anggota tubuh
lainnya.
4. Serosa
Di bagian dinding lambung sebelah dalam
terdapat kelenjar-kelenjar yang menghasilkan getah
lambung. Aroma, bentuk, warna, dan selera terhadap makanan secara refleks akan
menimbulkan sekresi getah lambung. Getah lambung mengandung asam lambung (HCI),
pepsin, musin, danrenin. Asam lambung
berperan sebagai pembunuh mikroorganisme dan mengaktifkan enzim pepsinogen
menjadi pepsin.
3. Renin merupakan
enzim khusus yang hanya terdapat pada mamalia, berperan sebagai kaseinogen
menjadi kasein. Kasein digumpalkan oleh Ca2+ dari susu
sehingga dapat dicerna oleh pepsin. Tanpa adanya renim susu yang berwujud cair
akan lewat begitu saja di dalam lambuing dan usus tanpa sempat dicerna.
Kerja enzim dan pelumatan oleh otot
lambung mengubah makanan menjadi lembut seperti bubur, disebut chyme (kim)
atau bubur makanan. Otot lambung bagian pilorus mengatur pengeluaran kim
sedikit demi sedikit dalam duodenum. Caranya, otot pilorus yang mengarah ke
lambung akan relaksasi (mengendur) jika tersentuk kim yang bersifat asam.
Sebaliknya, otot pilorus yang mengarah ke duodenum akan berkontraksi (mengerut)
jika tersentuh kim. Jadi, misalnya kim yang bersifat asam tiba di pilorus
depan, maka pilorus akan membuka, sehingga makanan lewat. Oleh karena makanan
asam mengenai pilorus belakang, pilorus menutup. Makanan tersebut dicerna
sehingga keasamanya menurun.
Makanan yang bersifat basa di belakang
pilorus akan merangsang pilorus untuk membuka. Akibatnya, makanan yang asam
dari lambung masuk ke duodenum. Demikian seterusnya. Jadi, makanan melewati
pilorus menuju duodenum segumpal demi segumpal agar makanan tersebut dapat
tercerna efektif. Seteleah 2 sampai 5 jam, lambung kosong kembali.
Pada lambung terdapat kelenjar oksintik (bahasa Inggris: oxyntic gland) yang
memproduksi hormon GHS. Hormon lain yang disekresi antara lain adalah GHIH.
Fungsi Motorik
|
Fungsi Pencernaan
|
||
Fungsi reservoir
|
Penyimpanan makanan s/d sedikit
demi sedikit dicernakan dan bergerak ke saluran cerna
|
Pencernaan protein
|
Pencernaan protein oleh pepsin
dan HCL dimulai saat ini, sedangkan KH dan lemak dalam lambung sangat kecil
|
Fungsi mencampur
|
Memecahkan makanan menjadi
partikel-partikel kecil yang di campur dengan getah lambung/HCL melalui
kontraksi otot yang mengelilingi lambung
|
Sintesis dan pelepasan gastrin
|
Sintesis dan pelepasan gastrin
dipengaruhi oleh protein yg dimakan, peregangan dan rangsangan vagus
|
Fungsi pengosongan lambung
|
Diatur oleh permukaan sfingter
pilorus yang dipengaruhi oleh viskositas, keasaman, volume dan di atur oleh
saraf dan hormonal
|
Sekresi F intrinsik
|
Memungkinkan
absobsi vit B2 dari usus halus bagian distal
|
Sekresi mukus
|
Membentuk selubung yang
melindungi lambung dan sebagai pelumas sehingga mkanan mudah di angkut
|
Lambung memproduksi kimus yang merupakan
material yang terdiri atas : cairan perekat, asam kuat dan komponen pencerna
makan. Ada 3 fase kerja lambung yang dipengaruhi oleh sekresi kimus:
1. Fase sefalik mempersiapkan
lambung dari kedatangan makanan, durasi sangat pendek (dalam menit),
mekanisme : neural melalui serabut preganglion nervus vagus dan sinap-sinap
di dalam pleksus sub mukosal, aksi : meningkatkan volume lambung,
stimulasi mukus, enzim-enzim, produksi asam dan pelepasan gastrin oleh sel-sel
G.
2. Fase gaster : memulai
pengeluaran sekresi dari kimus permulaan digesti protein oleh pepsin. Durasi :
3-4 jam, terjadi pelepasan gastrin oleh sel sel G dan pelepasan histamin oleh
sel mast sbg proteksi terhadap reaksi antigen antibody dari beberapa makanan
tertentu. Meningkatkan produksi asam dan pepsinogen meningkatkan motilitas dan
proses penghancuran material.
3. Fase
intestinal : mengontrol pengeluaran kimus ke duodenum. Durasi : lama (
berjam-jam. Stimulasi dari CCK, GIP, umpan balik dalam menghambat asam lambung,
pepsinogen dan pengurangan motilitas lambung.
B. Konsep Dasar
Penyakit
Ulkus peptikum merupakan diskontinuitas
mukosa lambung yang meluas sampai bawah epitel (jaringan mukosa, sub mukosa dan
lapisan otot saluran pencernaanbagian atas, dapat terjadi di esofagus, gaster,
duodenum dan jejenum yang disebabkan oleh asam lambung dan pepsin.( Price,
2006). Dikategorikan ulkus bila terjadi robekan mukosa lambung dengan diameter
≥ 5 mm hingga ke lapisan submukosa.Robekan mukosa < 55 mm dan nekrosis yang
terjadi lebih dalam darii muscularis mucosa maka dikategorikan sebagai
ulkus.Lapisan mukosa lambung pada ulkus peptikum tidak utuh sehingga jaringannya
terbuka. Jaringan yang tidak utuh ini kontak dengan asam lambung sehingga klien
mengalami nyeri seperti terbakar pada ulu hati, mual dan muntah. Keluhan paling
sering muncul pada saat lambung kosong.
Ulkus peptikum adalah ekskavasi (area lambung) yang terbentuk dalam
dinding mukosal lambung, pilorus, duodenum, atau esofagus. Ulkius peptikum
sering disebut sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada
lokasinya. Ulkus ini disebabkan oleh erosi area terbatas dari membran mukosa.
Erosi ini dapat meluas sedalam otot atau seluruh otot di peritonium. Ulkus
peptikum lebih mungkin terjadi pada duodenum daripada lambung.
Biasanya, ini terjadi secara tunggal,
tetapi dapat terjadi dalam bentuk multipel. Ulkus peptikum kronis cenderung
terjadi pada kurvatura minor dari lambung, dekat pilorus. Sindrom
Zollinger-Ellison sering dianggap sebgai tipe ulserasi peptikum. Ulkus stres,
yang secara klinis berbeda dari ulkus peptikum, adalah ulserasi pada mukosa
yang dapat terjadi pada area gastroduodenal. Kedua kondisi ini akan mengarah
pada ulkus peptikum (Brunner dan Suddarth’s, 2002).
Ulkus peptikum merupakan putusnya
kontinuitas mukosa lambung yang meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa
yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut sebagai erosi, walaupun sering
dianggap sebagai ´ulkus´ (misalnya ulkus karena stres). Menurut definisi, ulkus
peptikum dapat terletak pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah
asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi,
juga jejenum.(Sylvia A. Price, 2006).
C. Etiologi Ulkus Peptikum
Bakteri gram negatif H. Pylori telah
sangat diyakini sebagai factor penyebab. Diketahui bahwa ulkus peptikum terjadi
hanya pada area saluran GI yang terpajan pada asam hidrochlorida dan pepsin.
Faktor predisposisinya menurut beberapa pendapat mengatakan stress atau marah
yang tidak diekspresikan adalah factor predisposisi.
Ulkus nampak terjadi pada orang yang
cenderung emosional, tetapi apakah ini factor pemberat kondisi, masih tidak
pasti. Kecenderungan keluarga yang juga tampak sebagai factor predisposisi
signifikan. Hubungan herediter selanjutnya ditemukan pada individu dengan
golongan darah lebih rentan daripada individu dengan golongan darah A, B, atau
AB. Factor predisposisi lain yang juga dihubungkan dengan ulkus peptikum
mencakup penggunaan kronis obat antiinflamasi non steroid(NSAID). Minum alkohol
dan merokok berlebihan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ulkus lambung dapat
dihubungkan dengan infeksi bakteri dengan agens seperti H. Pylori. Adanya
bakteri ini meningkat sesuai dengan usia. Ulkus karena jumlah hormon gastrin
yang berlebihan, yang diproduksi oleh tumor(gastrinomas- sindrom
zolinger-ellison)jarang terjadi. Ulkus stress dapat terjadi pada pasien yang
terpajan kondisi penuh stress. (Brunner and Suddart, 2001)
Penyebab terjadinya ulkus peptikum belum
jelas tetapi banyak teori yang menerangkan terjadinya ulkus peptikum,
diantaranya adalah :
1. Resistensi mukosa terhadap asam getah lambung. Ulkus
kronis terjadi karena adanya sekresi asam lambung yang berlebihan.
2. Kerusakan pada susunan saraf pusat
seperti neoplasma dan hipertensi maligna menyebabkan chusing, erosi akut dan
ulkus lambung, esophagus, dan duodenum.
3. Kondisi psikologi seseorang berpengaruh
pada munculnya ulkus lambung. Pada beberapa orang yang ambisius dan beban
stress yang tinggi serta hidup tidak teratur berisiko menderita peptic ulcer.
4. Stress akut pada keadaan terancam atau
operasi darurat dan stress koronik dapat memperburuk kondisi penderita ulkus
peptikum.
5. nfark pada dinding lambung karena asam
lambung. Infark tersebut menjadi jaringan trombus dan meninggalkan ulkus pada
dinding lambung.
6. Faktor Hormonal berpengaruh menimbulkan
ulkus lambung seperti pada penyakit Addison’s, pasien mengonsumsi kortison
untuk dosis maintens menambah timbulnya ulkus lambung yang disertai dengan
komplikasi. Hal ini disebabkan karena tablet kortikossteroid mengiritasi mukosa
lambung. Adanya adenoma atau hyperplasya dari sel endokrin pankreas menimbulkan
ulkus lambung yang hebat dan sering berbentuk multiple yang disebut Zollinger
Ellison Syndrom. Peningkatan hormon gastrin akan merangsang sekresi HCL lambung
diantrum.
7. Obat-obatan yang menyebabkan ulkus lambung. Obat-obatan golongan
NSAIDS seperti aspirin, ibupropen, naproxken dan diklofenak sering menyebabkan
kelainan mukosa lambung. Phenylbutazon juga menyebabkan timbulnya ulkus lambung
karena reserpin merangsang sekresi asam lambung.
D. Patofisiologi Ulkus Peptikum
Ulkus lambung disebabkan oleh rusaknya
pertahanan mukosa lambung. Sel mukosa merupakan barier pertama dalam melindungi
permukaan lambung terhadap berbagai zat iritan. Mukosa lambung tersusun oleh
tiga tipe sistem pertahanan yaitu :
1. Lapisan preepitel, memproduksi mucus yang mengandung
bikarbonat. Bikarbonat ini memiliki kandungan pH yang tinggi sehingga ia mampu
menetralisir permukaan lumen lambung menjadi 6-7. Sekresi bikarbonat distimulasi
oleh kalsium, prostaglandin, koli-nergik dan asidifikasi lumen.
2. Lapisan epitel, merupakan garis pertahanan kedua
setelah preepitel dengan memproduksi mucus yang memelihara pH intrasel dan
produksi bikarbonat, dan intasel tight junction.
3. Lapisa subepitel membentuk sistem
mikrovaskuler. Lapisan mukosa yang kaya sirkulasi mensuplai bikarbonat sebagai
penetralisir asam hidroklorida sel-sel parietal lambung dan mensuplai nutrien
dan oksigen yang adekuat.
Asam asetil
silisilat (aspirin), alkohol dan indomethasin (indocin) merusak pertahanan
mukosa lambung. Pertahanan mukosa yang rusak akan menyebabkan asam klorida dan
pepsin dapat merusak lapisan epitel. Lapisan epitel tidak mampu memproduksi
protaglandin yang merangsang sekresi bikarbonat sehingga bikarbonat berkurang
dan suasana dilambung menjadi sangat asam. Penurunan jumlah prostaglandin
diduga juga akibat kehadiran Helicobacter pylori. Injuri mukosa gaster oleh
H.pylori menyebabkan ketidakseimbangan antara produksi asam atau pepsin dengan produksi
mukus, biokarbonat, aliran darah. H.pylori merupakan basil gram negatif,
berkolonisasi pada lapisan gel mukosa padahal lapisan tersebutlah yang
melindungi mukosa dari berbagai kerusakan. Helicobacter pylori masuk ke dalam
lapisan mukusa antrum dan melekat kuat pada permukaan epitel. Lokasi bakteri
ini akan melindunginya dari sistem imun tubuh dan keasaman.Kemudian ia
mengeluarkan enzim urease yang menghasilkan amoniak dan meningkatkan pH
disekitar mikroorganisme. Sel D pada antrum lambung dirusak oleh bakteri
tersebut dan somatostatin menurun,
kemudian sel G
terstimulasi oleh hipergastrinemia tersebut dan menyebabkan sel parietal
lambung meningkatkat sekresi HCl. Kerusakan pada mukosa juga menyebabkan
gangguan aliran darah, spingter pilorus tidak berfungsi normal atau tidak
berespon terhadap sekretin atau kolesistokinin, suatu subtrat yang meningkatkan
tekanan dilambung dan mencegah refluk. Tanpa adanya asam empedu dan klorida
yang berlebih di lambung menyebabkan difusi balik ion hidrogen, memacu terjadinya
inflamasi pada mukosa dan timbulnya ulkus. Berlebihnya produksi HCL, akan
mengiritasi lapisan epitel usus di duodenum sehingga dapat teriritasi dan
memicu terjadinya metaplasia perubahan epitel tipe intestin menjadi epitel tipe
gaster H.pylori dapat berkolonisasi di duodenum dan memicu kerusakan lebih
lanjut serta ulserasi.
E. Tanda Dan Gejala Ulkus Peptikum
1. Rasa Nyeri :
· Berkaitan dengan makanan
· Sifatnya periodik : timbul beberapa saat
setelah makan dan tidur tengah malam
· Sifat : perih, seperti ditusuk-tusuk
· Lokalisasi : di daerah epigastrium
· Teori timbulnya nyeri : motilitas theory,
acid theory, imflamatory theory
2. Penurunan nafsu
makan
3. Rasa terbakar
3. Lapisa subepitel membentuk sistem
mikrovaskuler. Lapisan mukosa yang kaya sirkulasi mensuplai bikarbonat sebagai
penetralisir asam hidroklorida sel-sel parietal lambung dan mensuplai nutrien
dan oksigen yang adekuat.
Asam asetil
silisilat (aspirin), alkohol dan indomethasin (indocin) merusak pertahanan
mukosa lambung. Pertahanan mukosa yang rusak akan menyebabkan asam klorida dan
pepsin dapat merusak lapisan epitel. Lapisan epitel tidak mampu memproduksi
protaglandin yang merangsang sekresi bikarbonat sehingga bikarbonat berkurang
dan suasana dilambung menjadi sangat asam. Penurunan jumlah prostaglandin
diduga juga akibat kehadiran Helicobacter pylori. Injuri mukosa gaster oleh
H.pylori menyebabkan ketidakseimbangan antara produksi asam atau pepsin dengan
produksi mukus, biokarbonat, aliran darah. H.pylori merupakan basil gram negatif,
berkolonisasi pada lapisan gel mukosa padahal lapisan tersebutlah yang
melindungi mukosa dari berbagai kerusakan. Helicobacter pylori masuk ke dalam
lapisan mukusa antrum dan melekat kuat pada permukaan epitel. Lokasi bakteri
ini akan melindunginya dari sistem imun tubuh dan keasaman.Kemudian ia
mengeluarkan enzim urease yang menghasilkan amoniak dan meningkatkan pH
disekitar mikroorganisme. Sel D pada antrum lambung dirusak oleh bakteri
tersebut dan somatostatin menurun,
kemudian sel G
terstimulasi oleh hipergastrinemia tersebut dan menyebabkan sel parietal
lambung meningkatkat sekresi HCl. Kerusakan pada mukosa juga menyebabkan
gangguan aliran darah, spingter pilorus tidak berfungsi normal atau tidak
berespon terhadap sekretin atau kolesistokinin, suatu subtrat yang meningkatkan
tekanan dilambung dan mencegah refluk. Tanpa adanya asam empedu dan klorida
yang berlebih di lambung menyebabkan difusi balik ion hidrogen, memacu
terjadinya inflamasi pada mukosa dan timbulnya ulkus. Berlebihnya produksi HCL,
akan mengiritasi lapisan epitel usus di duodenum sehingga dapat teriritasi dan
memicu terjadinya metaplasia perubahan epitel tipe intestin menjadi epitel tipe
gaster H.pylori dapat berkolonisasi di duodenum dan memicu kerusakan lebih
lanjut serta ulserasi.
E. Tanda Dan Gejala Ulkus Peptikum
1. Rasa Nyeri :
· Berkaitan dengan makanan
· Sifatnya periodik : timbul beberapa saat
setelah makan dan tidur tengah malam
· Sifat : perih, seperti ditusuk-tusuk
· Lokalisasi : di daerah epigastrium
· Teori timbulnya nyeri : motilitas theory,
acid theory, imflamatory theory
2. Penurunan nafsu
makan
3. Rasa terbakar
4. Regurgutasi asam
5. Nausea dan vomitus :
- Timbul bila nyeri hebat
- Bisa terjadi setelah makan
- Akibat pylorospasme atau pyloryc
stenosis
6. Colonic symptom :
- Mengeluh konstipasi
- Nyeri pada daerah akut kolik
- Nyeri saat defekasi
F. Manifestasi Klinik Ulkus Peptikum
1. Perubahan nafsu makan dan perubahan berat badan. Klien
ulkus lambung cenderung megalami penurunann berat badan karena mereka takut
untuk makan, sebaliknya klien ulkus duodenum mungkin mengalami penambahan berat
badan karena mereka makan untuk menghilangkan nyeri. Mual, muntah dan anoreksia
sering terjadi pada ulkus lambung (Braunwald et al, 2001)
2. Nyeri lambung yang sangat hebat. Nyeri epigastrium
pada ulkus doudenum terjadi 1-2 jam setelah makan, biasanya diatasi dengan
minum antasida atau makan. Nyeri waktu malam hari khas untuk ulkus duodenum
yang menyebabkan pasien bangun pada pertengahan malam dan jam 3 pagi. Nyeri
terjadi disebelah kanan midline, pada 20% pasien.
3. Muntah yang berdarah dan feses yang
berdarah atau hitam, bila terjadi kerusakan kapiler di lambung.
4. Takikardi mengindikasikan dehidrasi
dikarenakan muntah dan perdarahan saluran pencernaan.
5. Sendawa, nyeri dada.
G. Pemeriksaan Diagnostik (Laboratorium)
Untuk menegakkan diagnosis peptik ulser
adalah :
1. Test Helicobacter pylori, dilakukan
pada pengujian feses, darah dan nafas. Pada uji nafas, pasien diberikan cairan
untuk ditelan dan akan dipecahkan oleh H. pylori menjadi gas. Gas yang
terkandung pada nafas pasien tersebut di tes dengan menggunakan alat. Bila
terdeteksi adanya gas pada udara pernafasan tersebut menunjukkan bahwa
helicobacter pylori terdapat pada lambung.
2. Endoskopi, gastroskop dimasukkan
melalui mulut ke lambung. Endoskopi ini memvisualisasikan mukosa lambang dan
diambil contoh atau biopsi jaringan. Kemudian jaringan tersebut akan dianalisa
di bawah mikroskop dan langsung di tes adakah H. pylorinya.
3. Barium enema. Pasien diminta untuk menelan
minuman berisis barium (substansi dapat terlihat pada X-Ray).
4. Analisis lambung.
5. Rontgen abdomen.
H. Penatalaksanaan
1. Pemberian H2 bloker ; Ranitidin
dan Cimetidin.
a. Jika ulkus disebabkan oleh H. pylori,
dengan dua macam anti-biotik dan inhibitor po0mpa proton sebagai contoh :
Omeprazole 2 mg 2x/hari + Metronidazole 400 mg 2x/hari + kalritromicin 250 mg
2x/hari, atau Omeprazole 2 mg 2x/hari + metronidazole 400 mg/hari + 1 gr
amoksisilin 2x/hari.
b. Jika penyebabnya adalah NSAID atau penyebab
lain selain H. pylori, pengiobatan yang dianjurkan adalah omeprazole atau
lansoprazole atau pantoprazole antagonis
reseptor H2 seperti simetidin, ranitidin dan famotidin.
2. Penatalaksanaan diet dan modifikasi
diet.
3. Manajement stres.
4. Pembendahan
· Hanya
diindikasikan untuk kegagalan terapi medikamentosa dan komplikasi.
· Operasi elektif
untuk ulkus duodenum : vagotomi seletif tinggi ; saat ini jarang digunakan :
Operasi elektif untuk ulkus gaster : gastrektomi Billroth I.
· Ulkus
duodenum/gastrikum yang telah perforasi : penutupan sederhana pada perforasi
dan biopsi.
· Perdarahan :
kontrol endoskopik dengan skleroterapi, menjahit pembuluh darah yang rusak.
· Stenosis pilorik :
gastroenterostomi.
I. Komplikasi Ulkus Peptikum
Perdarahan dengan tanda-tanda : muntah
darah (biasanya berwarna merah), darah di feses (biasanya merah gelap), anemia.
Perforasi menyebabkan nyeri hebat dan membutuhkan pembedahan.
J. Klasifikasi Ulkus Peptikum
Klasifikasi
ulkus peptikum menurut kejadiannya yaitu :
1. Ulkus Peptikum Akut. Timbul mendadak
dan terjadi oleh adanya penyebab seperti luka bakar yang berat dan operasi
berat karena obat-obatan. Lokasi ulkus peptikum ini sering ditemukan pada
duodenum dan lambung.
Sifat
dari ulkus peptikum akut ini antara lain multiple dan dangkal, diameter 1-1,5
cm, kadang-kadang terdapat perdarahan, cepat sembuh dan dapat meninggalkan
bekas.
2. Ulkus peptikum kronis. Gejala menahun,
pasien memiliki riwayat penyakit nyeri ulu hati, nyeri lebih dari 2 bulan yang
timbul terkait dengan makanan atau minuman, lama sembuh dan berdiameter 2,5-4
cm.
Berdasarkan
Letak Ulkus
Ulkus
yang letaknya diesofagus disebut ulkus esofagus, dilambung disebut ulkus
lambung, di duodenum disebut tukak duodeni, dan di yeyunum disebut tukak
yeyuni. Ulkus esofagus dan diyeyunum biasanya sangat jarang dalam bab ini hanya
akan membahas ulkus lambung dan duodenum.
1. Ulkus lambung. Terbanyak di angulus,
antrum, dan prepilorus. Jarang terletak dikorpus dan fundus. Biasanya diderita pada
usia lebih darii 65 tahun.
2. Ulkus duodeni/ulkus duodenum. Letaknya
terbanyak didinding anterior dan posterios dari bulbus dan postbulber atau pars
desendens duodeni disebelah proksimal dari papilla vaterii. Jarang ditemukan
pada distal papila vaterii, biasanya diderita oleh 45-65 tahun. Dalamnya ulkus
berkisar antara 1 mm sampai 1 cm.
4. Analisis lambung.
5. Rontgen abdomen.
H. Penatalaksanaan
1. Pemberian H2 bloker ; Ranitidin
dan Cimetidin.
a. Jika ulkus disebabkan oleh H. pylori,
dengan dua macam anti-biotik dan inhibitor po0mpa proton sebagai contoh :
Omeprazole 2 mg 2x/hari + Metronidazole 400 mg 2x/hari + kalritromicin 250 mg
2x/hari, atau Omeprazole 2 mg 2x/hari + metronidazole 400 mg/hari + 1 gr
amoksisilin 2x/hari.
b. Jika penyebabnya adalah NSAID atau
penyebab lain selain H. pylori, pengiobatan yang dianjurkan adalah omeprazole
atau lansoprazole atau pantoprazole
antagonis reseptor H2 seperti simetidin, ranitidin dan famotidin.
2. Penatalaksanaan diet dan modifikasi
diet.
3. Manajement stres.
4. Pembendahan
· Hanya
diindikasikan untuk kegagalan terapi medikamentosa dan komplikasi.
· Operasi elektif
untuk ulkus duodenum : vagotomi seletif tinggi ; saat ini jarang digunakan :
Operasi elektif untuk ulkus gaster : gastrektomi Billroth I.
· Ulkus
duodenum/gastrikum yang telah perforasi : penutupan sederhana pada perforasi
dan biopsi.
· Perdarahan :
kontrol endoskopik dengan skleroterapi, menjahit pembuluh darah yang rusak.
· Stenosis pilorik :
gastroenterostomi.
I. Komplikasi Ulkus Peptikum
Perdarahan dengan tanda-tanda : muntah
darah (biasanya berwarna merah), darah di feses (biasanya merah gelap), anemia.
Perforasi menyebabkan nyeri hebat dan membutuhkan pembedahan.
J. Klasifikasi Ulkus Peptikum
Klasifikasi
ulkus peptikum menurut kejadiannya yaitu :
1. Ulkus Peptikum Akut. Timbul mendadak
dan terjadi oleh adanya penyebab seperti luka bakar yang berat dan operasi
berat karena obat-obatan. Lokasi ulkus peptikum ini sering ditemukan pada
duodenum dan lambung.
Sifat
dari ulkus peptikum akut ini antara lain multiple dan dangkal, diameter 1-1,5
cm, kadang-kadang terdapat perdarahan, cepat sembuh dan dapat meninggalkan
bekas.
2. Ulkus peptikum kronis. Gejala menahun,
pasien memiliki riwayat penyakit nyeri ulu hati, nyeri lebih dari 2 bulan yang
timbul terkait dengan makanan atau minuman, lama sembuh dan berdiameter 2,5-4
cm.
Berdasarkan
Letak Ulkus
Ulkus
yang letaknya diesofagus disebut ulkus esofagus, dilambung disebut ulkus
lambung, di duodenum disebut tukak duodeni, dan di yeyunum disebut tukak
yeyuni. Ulkus esofagus dan diyeyunum biasanya sangat jarang dalam bab ini hanya
akan membahas ulkus lambung dan duodenum.
1. Ulkus lambung. Terbanyak di angulus,
antrum, dan prepilorus. Jarang terletak dikorpus dan fundus. Biasanya diderita
pada usia lebih darii 65 tahun.
2. Ulkus duodeni/ulkus duodenum. Letaknya
terbanyak didinding anterior dan posterios dari bulbus dan postbulber atau pars
desendens duodeni disebelah proksimal dari papilla vaterii. Jarang ditemukan pada
distal papila vaterii, biasanya diderita oleh 45-65 tahun. Dalamnya ulkus
berkisar antara 1 mm sampai 1 cm.
Klasifakisi berdarkan kedalamnnya sebagai berikut :
1. Ulkus derajat I : Ulserasi hanya pada mukosa saja, dan
disebut erosi.
2. Ulkus derajat II : Ulserasi sampai mukosa.
3. Ulkus derajat III : Ulserasi lebih meluas lagi
kebagian yang lebih dalam yaitu pada sebagian dari lapisan muskularis.
4. Ulkus derajat IV : Ulkus menembus kebagian yang lebih
dalam, treutama sebagian lapisan muskulatis dan terjadi peradangan sampai
lapisan serosa
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Anamnesis
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama
beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai
terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi. Banyak
individu mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau hemoragi
yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului. Data subjektif berfokus pada
keluhan yang dirasakan pasien seperti :
a. Nyeri : biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti
tertusuk atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini
diyakini bahwa nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum meningkat
menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf yang terpajan. Teori lain
menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam merangsang mekanisme refleks local
yang mamulai kontraksi otot halus sekitarnya.
Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena
makan menetralisasi asam atau dengan menggunakan alkali, namun bila lambung
telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri kembali timbul. Nyeri tekan
lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan memberikan tekanan lembut pada
epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis tengah. Beberapa gejala menurun
dengan memberikan tekanan local pada epigastrium.
2. Pirosis (nyeri uluhati) : beberapa
pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan lambung, yang naik ke
mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam. Eruktasi atau sendawa umum terjadi
bila lambung pasien kosong.
3. Muntah : meskipun jarang pada ulkus
duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini
dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut atau pembengkakan akut dari
membran mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada ulkus akut. Muntah
dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri berat yang
dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung.
4. Konstipasi dan perdarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien
ulkus, kemungkinan sebagai akibat dari diet dan obat-obatan.
Pasien dapat juga datang
dengan perdarahan gastrointestinal sebagian kecil pasien yang mengalami akibat
ulkus akut sebelumnya tidak mengalami keluhan, tetapi mereka menunjukkan gejala
setelahnya.
4. Anoreksia.
5. Pola makan dan diet.
6. Kebiasaan mengkonsumsi kopi dan
alcohol.
7. Penggunaan obat-obatan.
8. Stressor individu dan keluarga.
9. Pekerjaan dan gaya hidup.
10. Pola koping yang biasa dan pemecahan
masalah.
Pengkajian meliputi :
I. dentitas pasien
2. Keluhan utama : nyeri pada abdomen
(lambung)
3. Riwayat penyakit sekarang :
a. Adanya nyeri perut (lambung) setelah makan atau
sebelum makan
b. Terasa mual dan muntah setelah makan
c. Muntah darah
d. Terasa panas pada abdomen
4. Riwayat kesehatan lalu
5. Adanya riwayat penyakit gastritis
7. Riwayat penyakit keluarga
2. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum :
GCS :
- Ciri tubuh : kulit, rambut, postur
tubuh.
- Tanda vital : nadi, suhu tubuh, tekanan
darah, dan pernafasan.
2. Head
to toe
a.
Kepala
- Inspeksi : bentuk kepala, distribusi, warna,
kulit kepala.
- Palpasi : nyeri tekan dikepala.
b. Wajah
- Inspeksi : bentuk wajah, kulit wajah.
- Palpasi : nyeri tekan di wajah.
c. Mata
- Inspeksi : bentuk mata, sclera,
konjungtiva, pupil.
- Palpasi : nyeri tekan pada bola mata,
warna mukosa konjungtiva, warna mukosasclera.
d. Hidung
- Inspeksi : bentuk hidung, pernapasan
cuping hidung, secret.
- Palpasi : nyeri tekan pada hidung.
e. Mulut
- Inspeksi : bentuk mulut, bentuk mulut,
bentuk gigi.
- Palpasi : nyeri tekan pada lidah, gusi, gigi.
f. Leher
- Inspksi : bentuk leher, warna kulit pada leher.
- Palpasi : nyeri tekan pada leher.
g. Dada
- Inspeksi : bentuk dada, pengembangan
dada, frekuensi pernapasan.
- Palpasi : pengembangan paru pada
inspirasi dan ekspirasi, fokal fremitus, nyeritekan.
- Perkusi : batas jantung, batas paru, ada
/ tidak penumpukan secret.
- Auskultasi : bunyi paru dan suara napas.
h. Payudara dan ketiak
- Inspeksi : bentuk, benjolan.
- Palpasi : ada/ tidak ada nyeri tekan , benjolan
i. Abdomen
- Inspeksi : bentuk abdomen, warna kulit abdomen.
- Auskultasi : bising usus, bising vena,
pergesekan hepar dan lien.
- Perkusi : batas hepar,batas ginjal,batas
lien,ada/tidaknya pnimbunan cairan diperut
j. Genitalia
- Inspeksi : bentuk alat kelamin,
distribusi rambut kelamin, warna rambut kelamin, benjolan
- Palpasi : nyeri tekan pada alat kelamin.
k. Integumen
- Inspeksi : warna kulit,benjolan.
- Palpasi : nyeri tekan pada kulit.
l. Ekstremitas Atas
- Inspeksi : warna kulit,bentuk tangan.
- Palpasi : nyeri tekan.
m. Ekstrimitas Bawah
- Inspeksi : warna kulit, bentuk kaki.
-
Palpasi : nyeri tekan,kekuatan otot.
3. Pemeriksaan Diagnostic Atau Penunjang
1. Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan adanya nyeri,
nyeri tekan epigastrik atau distensi abdominal.
2. Bising usus mungkin tidak ada.
3. Pemeriksaan dengan barium terhadap saluran GI atas
dapat menunjukkan adanya ulkus, namun endoskopi adalah prosedur diagnostic
pilihan.
4. Endoskopi GI atas digunakan untuk
mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus dan lesi. Melalui endoskopi mukosa
dapat secara langsung dilihat dan biopsy didapatkan. Endoskopi telah diketahui
dapat mendeteksi beberapa lesi yang tidak terlihat melalui pemeriksaan sinar X
karena ukuran atau lokasinya.
5. Feces dapat diambil setiap hari sampai
laporan laboratorium adalah negatif terhadap darah samar.
6. Pemeriksaan sekretori lambung merupakan
nilai yang menentukan dalam mendiagnosis aklorhidria(tidak terdapat asam
hdroklorida dalam getah lambung) dan sindrom zollinger-ellison. Nyeri yang hilang
dengan makanan atau antasida, dan tidak adanya nyeri yang timbul juga
mengidentifikasikan adanya ulkus.
7. Adanya H. Pylory dapat ditentukan
dengan biopsy dan histology melalui kultur, meskipun hal ini merupakan tes
laboratorium khusus serta tes serologis terhadap antibody pada antigen H.
Pylori.
B. Analisis Data
No
|
Problem
|
Etiologi
|
Symptom
|
1.
|
Nyeri
|
Kelemahan/kerusakan mukosa
lambung
¯
Konsentrasi dan kerja asam
pepsin meningkat
¯
Erosi pada membran mukosa
lambung
¯
Korteks cerebri
¯
Nyeri dipersepsikan
|
DS :
Klien mengatakan sering meringis kesakitan
DO :
- Tekanan nadi 96 kali/menit
- Ekskpresi wajah meringis
- Nyeri pada skala 3
|
2.
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
|
Kelemahan/kerusakan mukosa
lambung
¯
Konsentrasi dan kerja asam
pepsin mengingkat
¯
Erosi pada membran mukosa
lambung
¯
Disfungsi lambung
¯
Anoreksia
¯
Mal nutrisi
|
DS :
Klien mengatakan nafsu makannya berkurang
DO :
- Porsi makan tidak dihabiskan
- BB menurun
|
3.
|
Ansietas
|
Tidak mengenal sumber
informasi
¯
Kekurangan interprestasi
informasi
¯
Kurangnya pengetahuan
tentang penyakitnya
|
DS :
Klien mengatakan bahwa belum pernah mengalami
penyakit ini sebelumnya
DO :
Klien mengeluh tentang
penyakitnya
|
Prioritas
Masalah
1)
Nyeri
2)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3)
Ansietas
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan
kelemahan/kerusakan mukosa lambung ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan sering meringis
kesakitan
DO :
· Tekanan nadi 96
kali/menit
· Ekskpresi wajah
meringis
· Nyeri pada skala 3
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan konsentrasi dan kerja asam pepsin ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan nafsu makannya
berkurang
DO :
· Porsi makan tidak
dihabiskan
· BB menurun
3. Ansietas berhubungan dengan tidak
mengenal sumber informasi, ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan bahwa klien bahwa
klien belum pernah mengalami penyakit ini sebelumnya.
DO : Klien mengeluh tentang penyakitnya
D. Perencanaan (Tujuan, Intervensi Dan
Rasional)
1. Nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan dan refleks spasme otot sekunder terhadap gangguan visceral usus.
Tujuan: setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama … x 24 jan diharapkan nyeri pada pasien dapat berkurang atau
hilang.
Kriteria hasil : menggunakan obat-obatan sesuai resep,
mengalami penurunan nyeri, menggantikan aspirin dengan aetaminofen (Tylenol),
menghindari obat yang dijual bebas, menaati pembatasan yang dianjurkan,
mengidentifikasi makanan dan minuman yang dihindari, menaati jadwal makan dan
kudapan secara teratur, dan berhenti merokok.
Tindakan atau Intervensi
|
Rasional
|
1. Berikan terapi obat-obatan sesuai program:
a. Antibiotik histamine
b. Garam antibiotik/ bismuth
c. Agen sitoprotektif
d. Inhibitor pompa proton
e. antasida
|
Farmakoterapi membantu mengurangi:
a. antibiotik histamine mempengaruhi
asam lambung
b. ntibiotik diberikan bersamaan
dengan bismuth mematikan H.pylori agen sitoprotektif
c. melindungi mukosa lambung
d. inhibitor pompa proton menurunkan
asam lambung
e. antasida menetralisir keasaman
sekresi lambung
|
2. Anjurkan menghindari obatobatan yang dijual bebas
|
Menghambat pelepasan asam lambung
|
3. Anjurkan pasien untuk menggunakan makan dan kudapan pada interval
yang
|
Makanan dan minuman yang
mengadung kafein merangsang sekresi asam hidroklorida
|
4. Anjurkan pasien untuk berhenti merokok
|
Merokok merangsang kemungkinan
kekembuhan ulkus
|
2. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan anemia ditandai dengan kelemahan otot.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan
keperawatan diharapkan pasien memiliki sedikit tenaga untuk beraktivitas.
Kriteria hasil : tanda-tanda
vital normal dan pasien tidak Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Tindakan atau Intervensi
|
Rasional
|
1. Anjurkan aktivitas ringan dan
perbanyak istirahat
|
Dengan aktivitas
yang ringan dan istirahat yang cukup dapat
memulihkan kondisi pasien.
|
2. Kaji factor yang menimbulkan
keletihan
|
Dengan
mengatasi masalah keletihan
|
3. Tingkatkan kemandirian diri yang
ditolerir, bantu jika keletihan terjadi
|
Tingkatkan
kemandirian dalam aktivitas
perawatan diri
yang ditolerir, bantu jika
keletihan
terjadi
|
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan : setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien mendapatkan tingkat nutrisi
optimal.
Kriteria hasil : menghindari makanan dan minuman
pengiritasi, makanan dan kudapan pada interval yang dijadwalkan secara teratur,
dan memilih lingkungan rileks untuk makanan.
Tindakan atau Intervensi
|
Rasional
|
1. Anjurkan makan-makanan dan minuman
yang tidak mengiritasi
|
Makanan yang
tidak mengiritasi mengurangi nyeri epigastrik
|
2. Anjurkan makanan dimakan pada jadwal
yang teratur, hindari kudapan sebelum waktu tidur
|
Makan teratur
membantu menetralisir sekresi lambung, kudapan sebelum waktu tidur
meningkatkan sekresi asam lambung
|
3. Dorong makanan pada lingkungan yang
rileks
|
Lingkungan yang
rileks kurang meimbulkan
ansietas. Menurunkan ansietas membantu menurunkan sekresi asam hidroklorida
|
4. Kurang pengetahuan mengenai pencegahan
gejala dan penatalaksanaan kondisi berhubungan dengan informasi yang tidak
adekuat.
Tujuan : pasien mendapat mengetahuan tentang pencegahan dan
penatalaksanaan.
Kriteria hasil : mengekspresikan
minat dalan belajar bagaimana mengatasi penyakit, berpartisipasi dalam sesi
penyuluhan, mengajukan pertanyaan, dan menyatakan keinginan untuk bertanggung
jawab terhadap perawatan diri.
Tindakan atau Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji tingkat pengetahuan dan kesiapan
belajar dari pasien
|
Keinginan untuk
belajar bergantung pada kondisi fisik pasien, tingkat ansietas dan kesiapan
mental
|
2. Ajarkan informasi yang diperlukan:
Gunakan kata-kata sesuai tingkat pengetahuan pasien. Batasi sesi penyuluhan
sampai 30 menit atau kurang.
|
Individualisasi
rencan penyuluhan meningkatkan pembelajaran
|
3. Yakinkan pasien bahwa penyakit dapat
diatasi
|
Memberikan
pengaruh positif pada perubahan perilaku
|
E. Evaluasi
Diagnosa
|
Evaluasi
|
1. Nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan dan refleks spasme otot sekunder terhadapat gangguan visceral usus.
|
S: Pasien
mengatakan bahwa nyerinya berkurang
O: Pasien trauma
jaringan dan refleks
spasme otot
A: Tujuan
tercapai, masalah teratasi
P: Pertahankan
kondisi
|
2. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan anemia ditandai dengan kelemahan otot.
|
S :Pasien
mengatakan bahwa dia sudah dapat melakukan aktivitas sendiri
O :TTV normal,
pasien terlihat tidak
cemas lagi
A : Tujuan
tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan
kondisi
|
3. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah
|
S : Pasien
mengatakan dis sudah memiliki tenaga
O : Berat badan
stabil
A : Tujuan
tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan
kondisi
|
4. Kurang pengetahuan mengenai pencegahan gejala dan
penatalaksanaan kondisi berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat.
|
S : Pasien
mengatakan sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan tidak merasa
cemas lagi
O : Pasien
tampak mengagguk saat
diberi penjelasan
dan saat ditanya
pasien bisa
menjawab
A : Tujuan
tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ulkus peptikum merupakan diskontinuitas
mukosa lambung yang meluas sampai bawah epitel (jaringan mukosa, sub mukosa dan
lapisan otot saluran pencernaanbagian atas, dapat terjadi di esofagus, gaster,
duodenum dan jejenum yang disebabkan oleh asam lambung dan pepsin.( Price,
2006). Etilogi dari ulkus peptikum adalah resistensi mukosa terhadap asam getah
lambung, kerusakan pada susunan saraf pusat seperti neoplasma dan hipertensi
maligna menyebabkan chusing, erosi akut dan ulkus lambung, esophagus, dan duodenum,
kondisi psikologi seseorang berpengaruh pada munculnya ulkus lambung, pada
beberapa orang yang ambisius dan beban stress yang tinggi serta hidup tidak
teratur berisiko menderita peptic ulcer, infark pada dinding lambung karena
asam lambung, stress akut pada keadaan terancam atau operasi darurat dan stress
koronik dapat memperburuk kondisi penderita ulkus peptikum, faktor
Hormonal berpengaruh menimbulkan ulkus
lambung seperti pada penyakit Addison’s, pasien mengonsumsi kortison untuk
dosis maintens menambah timbulnya ulkus lambung yang disertai dengan
komplikasi, obat-obatan yang menyebabkan ulkus lambung. Penatalaksanaaannya ada
Non-Farmako yaitu penurunan stres dan istirahat, penghentian merokok,
modifikasi diet, intervensi bedah dan ada farmako yaitu obat-obatan.
B. Saran
Untuk mahasiswa
agar memahami dengan benar mengenai konsep dasar ulkus peptikum dan memahami
asuhan keperawatan ulkus peptikum yaitu dapat membuat pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan (intervensi), implementasi dan evaluasi. Sehingga
untuk mencapai asuhan keperawatan dalam merawat klien, pendekatan dalam proses
keperawatan harus dilakukan secara sistematis. Perawat hendaknya selalu
menjalin hubungan kerjasama yang baik atau kolaburasi baik kepada teman
sejawat, dokter atau para medis lainnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
maupun dalam hal pengobatan kepada klien agar tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.
Belum ada Komentar untuk "Makalah Ulkus Peptikum beserta ASKEP"
Posting Komentar