Rabu, 18 November 2015

AnalisaRasioKeuangan




2.1.5.1 PengertianRasioKeuangan

Berdasarkan pendapat Agnes Sawir (2005, p6), untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya.
Menurut pendapat Slamet Munawir (2002, p37), analisa rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi-laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Artinya berdasarkan data-data yang terdapat dalam laporan keuangan baik dari neraca, laporan laba-rugi, maupun kedua-duanya dapat dihitung bermacam-macam jenis rasio yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan untuk kelangsungan hidup perusahaan.

2.1.5.2 KegunaanRasio-rasioKeuangan

Menurut pendapat Agnes Sawir (2005, p6), analisis rasio keuangan, yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba-rugi satu dengan lainnya, dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini. Analisis rasio juga memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi para kreditor dan investor dan memberikan pandangan ke dalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh.

2.1.5.3PenggunaanAnalisaRasio

Menurut pendapat Agnes Sawir (2005, p6), rasio analisis keuangan meliputi dua jenis perbandingan, yaitu:
a)    Perbandingan Internal.
Memperbandingkan rasio sekarang dengan yang lalu untuk perusahaan yang sama. Jika rasio keuangan disajikan dalam bentuk suatu daftar untuk periode beberapa tahun, analis dapat mempelajari komposisi perubahanperubahan dan menetapkan apakah telah terdapat suatu perbaikan atau bahkan sebaliknya di dalam kondisi keuangan dan prestasi perusahaan selama jangka waktu tersebut.
b)    Perbandingan Eksternal.
Perbandingan meliputi perbandingan rasio perusahaan dengan perusahaan lainnya yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada satu titik yang sama. Perbandingan tersebut dapat memberikan gambaran relatif tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan.
Menurut Slamet Munawir (2002, p101), angka-angka rasio keuangan dapat dianalisa dengan membandingkan angka rasio-rasio tersebut dengan:
a)    Standar rasio atau rasio rata-rata dari seluruh industri semacam dimana perusahaan yang data keuangannya sedang dianalisa menjadi anggotanya.
b)    Rasio yang telah ditentukan dalam budget perusahaan yang bersangkutan.
c)     Rasio-rasio yang semacam di waktu-waktu yang lalu (rasio historis) dari perusahaan yang bersangkutan.
d)    Rasio keuangan dari perusahaan-perusahaan lain yang sejenis yang merupakan pesaing perusahaan yang dinilai cukup baik atau berhasil dalam usahanya.
Berdasarkan pendapat Bambang Riyanto (2001, p329), penganalisa keuangan dalam mengadakan rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua macam cara perbandingan, yaitu:
a)    Rasio tahun lalu (rasio historis), membandingkan rasio sekarang dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu dari perusahaan yang sama.
b)    Rasio rata-rata industri, membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis untuk waktu yang sama.
Dalam penulisan laporan ini, cara perbandingan yang dilakukan adalah perbandingan internal atau rasio tahun lalu.

2.1.5.4JenisAnalisisRasioKeuangan

Menurut pendapat Agnes Sawir (2005, p7), rasio-rasio dikelompokkan ke dalam lima kelompok dasar, yaitu: likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas, dan penilaian. Sejumlah rasio yang tak terbatas banyaknya dapat dihitung, akan tetapi dalam prakteknya cukup digunakan beberapa jenis rasio saja.
Jenis analisis rasio keuangan menurut Agnes Sawir (2005, p8-22) adalah sebagai berikut:
A.    Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio).
Merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang akan jatuh tempo. 
Rasio likuiditas yang umum digunakan yaitu:
   Rasio Lancar (Current Ratio).
Rasio ini dihitung dengan membagi Aktiva lancar dengan Utang Lancar. Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek, karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang.


Rasio lancar yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang rasio lancarnya terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan.
   Rasio Cepat (Quick Ratio).
Rasio ini dihitung dengan mengurangkan Persediaan dari Aktiva
Lancar dan kemudian membagi hasilnya dengan Utang Lancar.

Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah, sering mengalami fluktuasi harga, dan unsur aktiva lancar ini sering menimbulkan kerugian jika terjadi likuidasi. Jadi rasio cepat lebih baik dalam mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio cepat yang umumnya dianggap baik adalah 1 (satu).
B.    Rasio Manajemen Utang (Solvability Ratio).
Rasio leverage mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasi. Dengan demikian solvabilitas berarti kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Rasio leverage yang umum digunakan adalah:
   Rasio Utang (Debt Ratio).
Rasio ini dihitung dengan membagi Total Utang dengan Total Aktiva. Rasio ini memberikan tolak ukur seberapa besar total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan yang dibiayai melalui penggunaan utang.


Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi persentasenya, cenderung semakin besar risiko keuangannya bagi kreditor maupun pemegang saham.
   Rasio Laba terhadap Beban Bunga (Times Interest Earned Ratio).
Rasio ini dihitung dengan membagi Laba Sebelum Pajak dan Beban
Bunga/EBIT (Earning Before Income and Tax) dengan Beban Bunga.

Rasio ini mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT), sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dalam pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman.
C.Rasio Manajemen Aktiva (Assets Management Ratio).
Merupakan rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas manajemen perusahaan dalam mengelola asset-assetnya. Artinya dalam hal ini adalah mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola persediaan bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi serta kebijakan manajemen dalam mengelola aktiva lainnya dan kebijakan pemasaran. Rasio manajemen aktiva menganalisis hubungan antara laporan laba-rugi, khususnya penjualan dengan unsur-unsur yang ada pada neraca, khususnya unsur-unsur aktiva. Rasio akitivitas ini diukur dengan istilah perputaran unsur-unsur aktiva yang dihubungkan dengan penjualan.
Rasio-rasio aktivitas yang umum digunakan: 
Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio).
Rasio ini dihitung dengan membagi Harga Pokok Penjualan dengan Rata-rata Persediaan. Sedangkan untuk menghitung periode rata-rata persediaan dihitung dengan membagi jumlah hari dalam setahunnya, dianggap 360 hari, dengan perputaran persediaan. Satu tahun dapat diasumsikan 360 hari atau 365 hari, kedua angka ini digunakan dalam lingkup keuangan dan perbedaannya tidak akan mempengaruhi
keputusan yang dihasilkan.

  Perputaran ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang dagang diganti atau dijual dalam suatu periode. Apabila perputaran persediaan barang itu cepat, maka tidak ada masalah bagi perusahaan. Sebaliknya, apabila perputaran persediaan barang lambat, hal ini akan mengganggu kelangsungan hidup perusahaan. Karena untuk menyimpan barang tersebut akan memerlukan berbagai macam biaya dan kerugian yang mungkin timbul, misalnya biaya sewa gedung, biaya pemeliharaan, biaya bunga, biaya kebakaran, dan lain-lain.
Rasio Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover Ratio).
Rasio ini dihitung dengan membagi Penjualan dengan rata-rata Piutang Usaha.
                       
tinggi, maka perusahaan tersebut mempunyai tingkat rasio yang baik.
Oleh karena dana yang diinvestasikan dalam piutang itu rendah. Sebaliknya, kalau rasionya semakin rendah berarti dana yang diinvestasikan dalam piutang semakin tinggi, hal ini disebabkan oleh bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif, ada perubahan dalam kebijakan pemberian kredit kepada pelanggan. 
Dengan menggunakan perputaran piutang dagang dapat pula dihitung waktu rata-rata pengumpulan piutang tersebut, yaitu dengan membagi jumlah hari dalam setahun, dianggap 360 hari, dengan tingkat perputaran piutang tersebut. Semakin besar hari penagihan piutang, semakin besar pula resiko piutang tidak dapat ditagih.
Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover Ratio).
Rasio ini dihitung dengan membagi Penjualan dengan Rata-rata
Total Aktiva.
Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau perputarannya lambat, ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual. D.Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio).
Kemampulabaan (profitabilitas) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio kemampulabaan akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan, rasio ini memberi gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan.
            Rasio profitabilitas yang umum digunakan:
   Rasio Marjin Laba Bersih (Profit Margin on Sales Ratio).
Rasio ini dihitung dengan membagi Laba Bersih dengan Penjualan.
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.



   Rasio Daya Laba Dasar (Basic Earning Power Ratio).
Rasio ini dihitung dengan membagi Laba Sebelum Pajak dan Biaya.
Bunga/EBIT (Earning Before Income and Tax) dengan Total Aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pengaruh pajak serta bunga. Rasio ini sangat berguna untuk membandingkan perusahaan dengan situasi pajak yang berbeda dan tingkat bunga yang berbeda.
   Rasio Pengembalian Atas Total Aktiva atau ROA (Return on Assets Ratio). ROA sering disamakan dengan ROI (Return on Investment).
Rasio ini dihitung dengan membagi Laba Bersih dengan Total Aktiva. Rasio ini menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan.
   Rasio Pengembalian Atas Ekuitas atau ROE (Return on Equity Ratio).
Rasio ini dihitung dengan membagi Laba Bersih dengan Ekuitas. Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan.

E.Rasio Penilaian Pasar (Valuation Ratio).
Sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham.
Rasio penilaian yang umum digunakan:
   Rasio Harga terhadap Laba atau PER (Price to Earnings Ratio).
Rasio harga per saham terhadap laba per saham. 
   Rasio Harga Pasar terhadap Nilai Buku (Market to Book Ratio).
Rasio harga pasar saham terhadap nilai bukunya.
Untuk mengatasi kekurangan dari analisis rasio maka perlu dikombinasikan berbagai rasio agar menjadi suatu model prediksi yang berarti. Analisa Z-skor merupakan suatu model untuk memprediksi kegagalan bisnis perusahaan yang diperoleh dari kombinasi rasio-rasio keuangan yang paling berkontribusi terhadap model prediksi (STIE Supra
2003, p90).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar