Selasa, 09 Juni 2015

Makalah Dilema Etik Keperawatan



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang berkecimpung untuk kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara bergantian. Sehingga perawat perlu mengetahui dan memahami tentang etik itu sendiri termasuk didalamnya prinsip etik dan kode etik.
Hubungan antara perawat dengan pasien atau tim medis yang lain tidaklah selalu bebas dari masalah. Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan konflik yang mungkin meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik profesional. Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum telah berperan dalam peningkatan perhatian terhadap etik. Standart perilaku perawat ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan internasional, nasional, dan negara bagian atau provinsi. Perawat harus mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat. Perawat memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai advokat klien. Para perawat juga harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan dengan praktik keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakan profesional yang mereka lakukan (Ismaini, 2001).
Dalam berjalannya proses semua profesi termasuk profesi keperawatan didalamnya tidak lepas dari suatu permasalahan yang membutuhkan berbagai alternative jawaban yang belum tentu jawaban-jawaban tersebut bersifat memuaskan semua pihak. Hal itulah yang sering dikatakan sebagai sebuah dilema etik. Dalam dunia keperawatan sering kali dijumpai banyak adanya  kasus  dilemma  etik  sehingga  seorang  perawat  harus  benar-benar   tahu  tentang etik dan dilema etik serta cara penyelesaian dilema etik supaya didapatkan keputusan yang terbaik. Oleh karena itu penulis menyusun suatu makalah tentang etik dan dilema etik supaya bisa dipahami oleh para mahasiswa yang nantinya akan berguna ketika bekerja di klinik atau institusi yang lain.
1.2.Tujan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep tentang etik dan dilema etik khususnya dibidang keperawatan.
1.3.Tujan Khusus
a.        Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi etik.
b.       Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tipe-tipe etika.
c.       Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami teori etik.
d.      Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami prinsip-prinsip etik.
e.       Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami contoh kasus dilema etik dan

1.4.Metode Penulisan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode penulisan deskriftif yaitu dengan mencari sumber-sumber materi dari buku-buku dan internet
1.5.Sistematika Penulisan.
BAB I PENDAHULUAN : Latar belakang, Tujuan Umum, Tujuan Khusus, Metode Penulisan, Sistematika Penulisan
BAB II : PEMBAHASAN :


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Dilema Etik.
Menurut Thompson & Thompson (1981) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Masalah eika keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etika kesehatan, yang lebih dikenal dengan istilah etika biomedis atau bioetis (Suhaemi, 2002). Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seseorang harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional
2.1. Prinsip Moral dalam Menyelesaikan Masalah Etik.
Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seseorang harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional.
Prinsip-prinsip moral yang harus diterapkan oleh perawat dalam pendekatan penyelesaian masalah / dilema etis adalah :
a.          Otonomi
Suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan/prilaku dan tujuan hidup individu. Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab terhadap pilihannya sendiri. Prinsip otonomi menegaskan bahwa seseorang mempunyai kemerdekaan untuk menentukan keputusan dirinya menurut rencana pilihannya sendiri. Bagian dari apa yang didiperlukan dalam ide terhadap respect terhadap seseorang, menurut prinsip ini adalah menerima pilihan individu tanpa memperhatikan apakah pilihan seperti itu adalah kepentingannya. (Curtin, 2002).
Permasalahan dari penerapan prinsip ini adalah adanya variasi kemampuan otonomi pasien yang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran, usia, penyakit, lingkungan Rumah Sakit, ekonomi, tersedianya informsi dan lain-lain (Priharjo, 1995). Contoh: Kebebasan pasien untuk memilih pengobatan dan siapa yang berhak mengobatinya sesuai dengan yang diinginkan .
b.      Benefisiensi
Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi pelayanan kesehatan kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.
c.       Keadilan (justice)
Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991). Merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu. Artinya individu mendapat tindakan yang sama mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Prinsip dari keadilan menurut beauchamp dan childress adalah mereka uang sederajat harus diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan secara tidak sederajat, sesuai dengan kebutuhan mereka.
Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka menurut prinsip ini harus mendapatkan sumber-sumber yang besar pula, sebagai contoh: Tindakan keperawatan yang dilakukan seorang perawat baik dibangsal maupun di ruang VIP harus sama dan sesuai SAK.
d.        Non malefisien
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cedera secara fisik dan psikologik. Segala tindakan yang dilakukan pada klien.
e.       Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprehensif dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada pasien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya salama menjalani perawatan.
Walaupun demikian terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis pasien untuk pemulihan, atau adanya hubungan paternalistik bahwa “doctor knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran adalah dasar dalam membangun hubungan saling percaya
f.       Fidelity
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetiaan adalah kewajiban seeorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
g.            Kerahasiaan (confidentiality).
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang klien harus dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijin kan oleh klien dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikannya pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dicegah.
h.      Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan standar yang pasti yang mana tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
2.3. Masalah Etika Dalam Praktik Keperawatan
Berbagai masalah etis yang dihadapi perawat dalam praktik keperawatan telah menimbulkan konflik antara kebutuhan klien dengan harapan perawat falsafah keperawatan. Masalah etik keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etik kesehatan. Masalah etis dalam praktik keperawatan antara lain :
1.      Berkata jujur
Dalam konteks berkata jujur (truth telling), ada suatu istilah yang disebut desepsi, berasal dari kata deceive yang berarti membuat orang percaya terhadap suatu hal yang tidak benar, meniru atau membohongi. Desepsi meliputi berkata berbohong, mengingkari atau menolak, tidak memberikan informasi, dan memberikan jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan atau tidak memberikan penjelasan suatu informasi dibutuhkan.
2.       AIDS
AIDS pada awalnya ditemukan pada masyarakat Gay di Amerika sekitar tahun 1980 atau 1981. Saat ini AIDS hampir ditemukan di setiap negara, termasuk Indonesia. AIDS tidak saja menimbulkan dampak pada penatalaksanaan klinis, tetapi juga dampak sosial, kekhawatiran masyarakat serta masalah hukum dan etika.
Perawat yang bertanggung jawab dalam merawat klien AIDS akan mengalami berbagai stress pribadi termasuk takut tertular atau menularkan pada keluarga dan ledekan emosi bila merawat klien AIDS fase terminal yang berusia muda.
Perawat sangat berperan dalam perawatan klien, sepanjang infeksi HIV masih ada dengan berbagai komplikasi sampai kematian tiba. Perawat terlibat dalam pembuatan keputusan tentang tindakan atau terapi yang dapat dihentikan dan tetap menghargai martabat manusia, pada saat tidak ada terapi medis lagi yang dapat diberikan kepada klien, seperti mengidentifikasi nilai-nilai, mengenali makna hidup klien, memberikan rasa nyaman, memberi dukungan manusiawi dan membantu meninggal dunia dalam keadaan tentram dan damai (RIP).
3.        Abortus
Abortus telah menjadi perdebatan internasional masalah etika. Berbagai penapat muncul baik pro maupun kontra. Abortus secara umum dapat diartikan sebagai penghentian kehamilan secara sepontan atau rekayasa. Dalam membahas abortus biasanya dilihat dari 2 sudut pandang yaitu moral dan hukum.
Kesimpulannya, apapun alasan yang dikemukakan, abortus sering menimbulkan konflik nilai bagi perawat bila ia harus terlibat dalam tindakan abortus. Di indonesia, tindakan abortus dilarang sejak tahun 1978 sesuai dengan pasal 346 sampai dengan 349 KUHP, dinyatakan bahwa “barang siapa melakukan suatu dengan sengaja yang menyebabkan keguguran atau matinya kandungan, dapat dikenai penjara”. Masalah abortus memang kompleks, namun perawat profesional tidak diperkenankan memaksakan nilai-nilai yang ia yakini kepada klien yang memiliki nilai yang berbeda, termasuk pandangan terhadap abortus.
4.      Menghentikan pengobatan, cairan dan makanan
Makanan dan cairan merupakan kebutuhan dasar manusia. Tugas perawat adalah memenuhi kebutuhan makanan dan minuman. Selama perawatan seringkali perawat menghentikan pemberian makanan dan minuman, terutama bila pemberian tersebut justru membahayakan klien (misal : pada pra dan post operasi).
Masalah etika dapat muncul pada keadaan terjadi ketidakjelasan antara memberi dan menghentikan makanan dan minuman, serta ketidakpastian tentang hal yang lebih menguntungkan klien.
5.       Euthanasia
Merupakan masalah biotik yang juga menjadi perdebatan utama didunia barat.euthanasia berasal dari bahasa Yunani, eu (berarti mudah, bahagia atau baik) dan thabatos (berarti : meninggal dunia) jadi bila dipadukan, berarti meninggal dunia dengan baik atau bahagia.
Kesimpulan berbagai argumentasi telah diberikan oleh pada ahli tentang euthanasia, baik yang mendukung ataupun menolaknya. Untuk saat ini pertanyaan moral masyarakat yang perlu dijawab bukan “apakah euthanasia secara moral diperbolehkan?” melainkan “jenis euthanasia mana yang diperbolehkan?”. Pada kondisi yang bagaimana? Dan metode bagaimana yang tepat?
6.       Transplantasi organ
Pada saat ini, dunia kedokteran telah memasuki teknologi yang lebih tinggi. Transplantasi organ hanya dilakukan di rumah sakit luar negri, untuk saat ini telah diakukan di indonesia.
Menurut Helsinik, tidak semua perawat terlibat dalam tindakan ini, namun beberapa hal perawat cukup berperan, seperti merawat dan meningkatkan kesehatan pemberi donor, membantu di kamar operasi dan merawat klien setelah transplantasi.
2.4. Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah Atau Dilema Etik
Langkah penyelesaian dilema etik menurut Tappen (2005) adalah :
a.       Pengkajian.
al pertama yang perlu diketahui perawat adalah “adakah saya terlibat langsung dalam dilema?”. Perawat perlu mendengar kedua sisi dengan menjadi pendengar yang berempati. Target tahap ini adalah terkumpulnya data dari seluruh pengambil keputusan, dengan bantuan pertanyaan yaitu:
1.    Apa yang menjadi fakta medik?
2.    Apa yang menjadi fakta psikososial?
3.    Apa yang menjadi keinginan klien?
4.    Apa nilai yang menjadi konflik?
b.      Perencanaan.
Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan harus masuk dalam proses. Thomson and Thomson (1985) mendaftarkan 3 (tiga) hal yang sangat spesifik namun terintegrasi dalam perencanaan, yaitu :
1.    Tentukan tujuan dari treatment.
2.    Identifikasi pembuat keputusan
3.    Daftarkan dan beri bobot seluruh opsi atau pilihan.
c.        Implementasi
Selama implementasi, klien/keluarganya yang menjadi pengambil keputusan beserta anggota tim kesehatan terlibat mencari kesepakatan putusan yang dapat diterima dan saling menguntungkan. Harus terjadi komunikasi terbuka dan kadang diperlukan bernegosiasi. Peran perawat selama implementasi adalah menjaga agar komunikasi tak memburuk, karena dilema etis seringkali menimbulkan efek emosional seperti rasa bersalah, sedih atau berduka, marah, dan emosi kuat yang lain. Pengaruh perasaan ini dapat menyebabkan kegagalan komunikasi pada para pengambil keputusan. Perawat harus ingat “Saya disini untuk melakukan yang terbaik bagi klien”.
Perawat harus menyadari bahwa dalam dilema etik tak selalu ada 2 (dua) alternatif yang menarik, tetapi kadang terdapat alternatif tak menarik, bahkan tak mengenakkan. Sekali tercapai kesepakatan, pengambil keputusan harus menjalankannya. Kadangkala kesepakatan tak tercapai karena semua pihak tak dapat didamaikan dari konflik sistem dan nilai. Atau lain waktu, perawat tak dapat menangkap perhatian utama klien. Seringkali klien atau keluarga mengajukan permintaan yang sulit dipenuhi, dan di dalam situasi lain permintaan klien dapat dihormati.
d.        Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis seperti yang ditentukan sebagai outcome-nya. Perubahan status klien, kemungkinan treatment medik, dan fakta sosial dapat dipakai untuk mengevaluasi ulang situasi dan akibat treatment perlu untuk dirubah. Komunikasi diantara para pengambil keputusan masih harus dipelihara.
2.4.1. Enam Pendekatan Dalam Mengahadapi Dilema Etik
Enam pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu:
a.       Mendapatkan fakta-fakta yang relevan
b.      Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta
c.       Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi dilema
d.      Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema
e.       Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternative
f.       Menetapkan tindakan yang tepat.
Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi atau menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi: (1) semua orang melakukannya, (2) jika legal maka disana terdapat keetisan dan (3) kemungkinan ketahuan dan konsekwensinya.
2.5. Pemecahan Masalah Etik Menurut Para Ahli
Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan / Pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain:
1. Model Pemecahan Masalah ( Megan, 1989 )
a.     Mengkaji situasi
b.    Mendiagnosa masalah etik moral
c.     Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d.    Melaksanakan rencana
e.     Mengevaluasi hasil
2.        Kerangka Pemecahan Dilema Etik (Kozier & Erb, 2004)
a.       Mengembangkan data dasar.
b.      Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya
c.        Apa tindakan yang diusulkan
d.      Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
e.        Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan.
f.       Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
g.      Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
h.      Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang tepat
i.        Mengidentifikasi kewajiban perawat
j.        Membuat keputusan
3.    Model Murphy dan Murphy
a.    Mengidentifikasi masalah kesehatan
b.    Mengidentifikasi masalah etik
c.    Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d.   Mengidentifikasi peran perawat
e.    Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan
f.     Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan
g.    Memberi keputusan
h.    Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum untuk perawatan klien
i.      Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.
4.    Langkah-Langkah Menurut Purtilo Dan Cassel (1981)
a.    Mengumpulkan data yang relevan
b.    Mengidentifikasi dilema
c.    Memutuskan apa yang harus dilakukan
d.   Melengkapi tindakan
5.    Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson (1981)
a.    Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual.
b.    Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi.
c.    Mengidentifikasi Issue etik
d.   Menentukan posisi moral pribadi dan professional
e.    Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.
f.     Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
2.6.  Hal Yang Berikaitan Dengan Masalah
Beberapa hal yang berkaitan lansung pada praktik keperawatan.
1.      Konflik Etik Antara Teman Sejawat
        Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian kesejahteraan pasien. Untuk dapat menilai pemenuhan kesejahteraan pasien, maka perawat harus mampu mengenal/tanggap bila ada asuhan keperawatan yang buruk dan tidak bijak, serta berupaya untuk mengubah keadaan tersebut. Kondisi inilah yang sering sering kali menimbulkan konflik antara perawat sebagai pelaku asuhan keperawatan dan juga terhadap teman sejawat. Dilain pihak perawat harus menjaga nama baik antara teman sejawat, tetapi bila ada teman sejawat yang melakukan pelanggaran atau dilema etik hal inilah yang perlu diselesaikan dengan bijaksana.
2.        Menghadapi Penolakan Pasien Terhadap Tindakan Keperawatan Atau Pengobatan.
        Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-bentuk pengobatan sebagai alternative tindakan. Dan berkembangnya tehnologi yang memungkinkan orang untuk mencari jalan sesuai dengan kondisinya. Penolakan pasien menerima pengobatan dapat saja terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat sembuh cepat, keuangan, social dan lain-lain. Penolakan atas pengobatan dan tindakan asuhan keperawatan merupakan hak pasien dan merupakan hak outonmy pasien, pasien berhak memilih, menolak segala bentuk tindakan yang mereka anggap tidak sesuai dengan dirinnya, yang perlu dilakukan oleh perawat adalah menfasilitasi kondisi ini sehingga tidak terjadi konflik sehingga menimbulkan masalah-masalah lain yang lebih tidak etis.
3.      Masalah Antara Peran Merawat Dan Mengobati
Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat adalah memberikan asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai factor sering kali peran ini menjadai kabur dengan peran mengobati. Masalah antara peran sebagai perawat yang memberikan asuhan keperawatan dan sebagai tenaga kesehatan yang melakuka pengobatan banyak terjadi di Indonesia, terutama oleh perawat yang ada didaerah perifer (puskesmas) sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Dari hasil penelitian, Sciortio (1992) menyatakan bahwa pertentangan antara peran.
formal perawat dan pada kenyataan dilapangan sering timbul dan ini bukan saja masalah Nasional seperti di Indonesia, tetapi juga terjadi di Negara-negara lain.Walaupun tidak diketahui oleh pemerintah, pertentangan ini mempunyai implikasi besar. Antara pengetahuan perawat yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang kurang dan juga kurang aturan-aturan yang jelas sebagai bentuk perlindungan hukum para pelaku asuhan keperawatan hal inisemakin tidak jelas penyelesaiannya.
4.    Berkata Jujur atau Tidak jujur
Didalam memberikan asuhan keperawatan langsung sering kali perawat tidak merasa bahwa, saat itu perawat berkata tidak jujur. Padahal yang dilakukan perawat adalah benar (jujur) sesuai kaedah asuhan keperawatan.
Sebagai contoh: sering terjadi pada pasien yang terminal, saat perawat ditanya oleh pasien berkaitan dengan kondisinya, perawat sering menjawab “tidak apa-apa ibu/bapak, bapak/ibu akan baik,  suntikan ini tidak sakit”. Dengan bermaksud untuk menyenangkan pasien karena tidak mau pasiennya sedih karena kondisinya dan tidak mau pasien takut akan suntikan yang diberikan, tetapi didalam kondisi tersebut perawat telah mengalami dilema etik. Bila perawat berkata jujur akan membuat sedih dan menurunkan motivasi pasien dan bila berkata tidak jujur, perawat melanggar hak pasien.
5.    Tanggung Jawab Terhadap Peralatan Dan Barang
             Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang berarti mencuri barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: ada pasien yang sudah meninggal dan setalah pasien meninggal ada barang-barang berupa obat-obatan sisa yang belum dipakai pasien, perawat dengan seenaknya membereskan obat-obatan tersebut dan memasukan dalam inventarisasi ruangan tanpa seijin keluarga pasien. Hal ini sering terjadi karena perawat merasa obat-obatan tersebut tidak ada artinya bagi pasien, memang benar tidak artinya bagi pasien tetapi bagi keluarga kemungkinan hal itu lain. Yang penting pada kondisi ini adalah komunikasi dan informai yang jelas terhadap keluarga pasien dan ijin dari keluarga pasien itu merupakan hal yang sangat penting, Karena walaupun bagaimana keluarga harus tahu secara pasti untuk apa obat itu diambil.
Perawat harus dapat memberikan penjelasan pada keluarga dan orang lain bahwa menggambil barang yang seperti kejadian diatas tidak etis dan tidak dibenarkan karena setiap tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap peralatan dan barang di tempat kerja.
















BAB III
PENUTUP

 3.1. Kesimpulan
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi permasalah klien.
Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat dituntut dapat mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak bertentang dengan nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan keperawatan dapat dipertahankan.

3.2.Saran
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau bertindak sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan).
Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara mandiri atau secara bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan suatu dilema etik.





DAFTAR PUSTAKA

Andrew C. Varga, The Main Issues in Bioethics, New York 1984, hal. 268.
Bertens, K, Eutanasia: Perdebatan Yang Berkepanjangan, Kompas, 28 September 2000.
Efendi, Ferry, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas ; teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Hegner, barbara. 2003. Nursing assistant : A Nursing Process Approach, 6/e. Jakarta: EGC

Priharjo, Robert. 2008. Pengantar Etika Keperawatan.
Rismalinda. 2011. Etika Profesi Dan Hukum Kesehatan.Jakarta : Trans Info Media
Sudarma, momon. 2008. sosiologi untuk kesehatan. Jakarta : salemba medika                    
Thompson and HO Thompson,Ethic ini Nursing, New York: MacMilan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar