Selasa, 01 November 2016

PERDARAHAN ANTEPARTUM


            Adalah keluarnya darah dari vagina pada kehamilan Trimester ke.II, Trimester III. Perdarahan dapat terjadi pada keadaan/kondisi :
a.       Abruptio placentae/ solutio plasenta.
b.      Plasenta previa.
c.       Uterin repture.
d.      Disseminated intravascular coagulation (DIC).
e.       Luka pada jalan lahir.
a.)    Abruptio placentae/solutio plasenta.
Pelepasan sebagian atau seluruhnya plasenta yang normal implantasinya setelah gestasi minggu ke 22 tetapi sebelum janin lahir. Etiologinya adalah sebagai berikut :
1.      Hipertensi/pre eklamsi.
2.      Tali pusat yang pendek.
3.      Trauma.
4.      Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior.
5.      Uterus yang mengecil.
6.      Usia lanjut.
7.      Multifaritas.
8.      Defisiensi asam folat.
9.      Merokok, alkohol, kokain.
Patofisiologi dari abruptio placentae/solutio plasenta adalah:
a.       Perdarahan dalam desidua basialis.
b.      Hematoma desidua yang mengangkat lapisan-lapisan diatasnya.
c.       Plasenta terdesak yang akhirnya plasenta terlepas.
d.      Perdarahan terus menerus karena seluruh plasenta terlepas.
e.       Sebagian dari ekstravasasi diantara serabut-serabut uterus.
f.       Timbul tegang dan nyeri.
g.      Pembekuan retroplasenta.
h.      Mengeluarkan tromboplastin dan masuk ke peredaran darah ibu.
i.        Pembekuan intravaskuler.
j.        Fibrinogen menurun.
k.      Menyebabkan pembekuan darah.
Tanda dan gejala :
1.      Lepas plasenta sebagian/seluruhnya.
2.      Perdarahan yang disertai nyeri.
3.      Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang.
4.      Palpasi sukar karena rahim keras.
5.      Fundus uteri makin lama makin naik.
6.      Pada toucher teraba ketuban yang tegang.
7.      Sering ada proteinuria.
8.      Kemungkinan fetasdistres.
9.      Potensial hypovolemik syok.
Penanganan.
1.      Transfusi.
2.      Pemberian cairan, oksigen, support mental, observasi output urine, dan pemeriksaan labolatorium HB.
3.      Pengakhiran kehamilan.
4.      Jika janin hidup : SC.
5.      Jika janin mati : induksi persalinan (pemecahan ketuban, oksitoksin)
b.)    Plasenta Previa.
Plasenta yang implantasinya tidak normal, ialah rendah sekali sehingga menutupi seluruh atau sebagian. Plasenta previa dpat diklasifikasikan antara lain :
1.      Plasenta pravia totalis.
2.      Plasenta pravia partial/lateral.
3.      Plasenta previa marginalis.
Etiologi dari plasenta pravia adalah :
1.      Keadaan endometrium kurang baik.
2.      Multipar/paritas yang tinggi.
3.      Miom uteri.
4.      Kuretase yang berulang.
5.      Usia lanjut.
6.      Bekas SC.
7.      Riwayat infeksi uterus.
8.      Riwayat plasenta previa.
Tanda dan gejalanya :
1.      Pendarahan tanpa nyeri.
2.      Pendarahan bersifat berulang-ulang dan merah segar, penghentian darah secara spontan.
3.      Bagian terendah anak sangat tinggi.
4.      Sering terdapat kelainan letak.
5.      Nyeri abdomen.
6.      Felat distress.
7.      Shock.
Bahaya yang ditimbulkan oleh kasus tersebut terhadap ibu adalah, shock, infeksi, emboli, kelainan kogulapati, dan menyebabkan kematian. Sedngkan, bahaya yang timbul bagi anak yaitu, hipoksia, anemia, dan ddapat menimbulkan kematian.
      Penanganan yang tepat  :
1.      Penanganan bergantung pada : pendarahan banyak/sedikit, keadaan ibu dan anak, besarnya pembukaan, tingkat plasenta pravia, paritas.
2.      Jika perdarhan banyak, pembukaan kecil, nullipara dan tingkat perdrahan yang berat : SC.
3.      Jika perdarahan sedang, pembukaan besar, multiparitas, perdarahan ringan dan anak mati: pemecahan ketuban.
4.      Jika perdarahan sedikit, anak masih kecil: terapi ekspektatif seperti rawat jalan dan bedrest 72 jam, observasi perdarahan, monitor janin, pemeriksaan hb dan ht.
c.)    Perbedaan plasenta pravia dan solutio plasenta.
Plasenta pravia
Solutio plasenta
1.      Perdarahan tanpa rasa nyeri.
2.      Darah merah tenang.
3.      Perdarahan berulang sebelum partus.
4.      Perdarahan keluar banyak.
5.      Palpasi mudah, bagian terendah meningkat, DJJ+.
6.      PD : teraba bagian jaringan.
7.      USG : inplantasi plasenta dibawah uterus.
1.      Perdarahan dengan nyeri.
2.      Warna darah gelap.
3.      Perdarahan segera disusul partus.
4.      Perdarahan keluar sedikit.
5.      Palpasi sukar, DJJ-
6.      PD : teraba plasenta tetapi ketuban terus menegang.
7.      USG : inplantasi plasenta normal, perdarahan retroplasenta.

Senin, 22 Februari 2016

PATIENT SAFETY (bahasan. mikroorganisme)



BAB I
PENDAHULUAN 

A.    Latar belakang Penulisan

Kesehatan merupakan suatu hal yang patut kita syukuri, karena kesehatan merupakan nikmat terbesar yang dapat kita rasakan, jika tubuh sakit maka melakukan kegiatan sehari-hari pun tidak akan terasa nyaman. Karena itulah kesehatan harus benar-benar kita jaga. Suatu penyakit bisa disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya yakni disebabkan oleh mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh dankekebalan tubuh kita yang mungkin sedang menurun.
Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman,sehat dan terjaga dari berbagauntuki firus dan bakteri penyebab penyakit. mencegah Klien dalam lingkungan keperawatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur invasif dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory, klien dapat terpajan pada mikroorganisme baru atau berbeda,yang beberapa dari mikroorganisme tersebut dapat saja resisten terhadap banyak antibiotik. Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan dan penembalian infeksi perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.
Berpengaruhnya kehadiran mikroorganisme yang berdampak pada kesehatan membuat perawat sebagai tenaga kesehatan, harus mampu memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan mikroorganisme tentang bagaimana perkembangbiakkannya, cara penularannya dan jenis organisme penyakit yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, kami membuat makalah yang berjudul Siklus Mikroorganisme.

B.     Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini dibagi menjadi 2 tujuan, yaitu :
a.       Tujuan Umum :
1.      Untuk mengetahui dan memahami siklus hidup mikroorganisme.
b.      Tujuan Khusus :
1.      Mengetahui dan memahami perkembangbiakkan mikroorganisme.
2.      Mengetahui dan memahami cara penularan mikroorganisme.
3.      Mengetahui dan memahami jenis organisme penyakit.

C.    Sistematika Makalah

Sistematika dalam penulisan makalah ini  terdiri dari 3 bab utama yang terdiri dari bab pertama yaitu pendahuluan, bab kedua yaitu tinjauan teoritis dan bab ketiga atau bab terakhir yaitu penutup.
Bab pertama yaitu pendahuluan, terdiri dari latar belakang. Latar belakang membahas tentang  alasan mengapa kami membuat makalah yang berjudul “Hidup Mikroorganisme”.Kemudian yang kedua yaitu tujuan penulisan, tujuan penulisan membahas mengenai untuk apa penulis membuat makalah ini. Tujuan penulisan tediri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Bab kedua yaitu tinjauan teoritis, tinjauan teoritis membahas mengenai perkembangbiakkan mikroorganisme, cara penularan mikroorganisme dan jenis organisme penyakit.
Bab ketiga yaitu penutup. Penutup berisi tentang  kesimpulan akhir dari pembahasan yang sudah dibuat.

















BAB II
 SIKLUS HIDUP MIKROORGANISME

A.    Pengertian Mikroorganisme
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme sering kali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler). Namun, beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Virus juga termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat seluler.

B.     Perkembangbiakan Mikroorganisme
1.      Perkembangbiakan Aseksual
Perkembangbiakan mikroorganisme dapat terjadi secara seksual dan aseksual yang paling banyak terjadi adalah perkembangbiakan aseksual atau vegetatif. Reproduksi aseksual tidak melibatkan pertukaran bahan genetik sehingga tidak terjadi variasi genetik, suatu kerugian karena organisme tersebut menjadi terbatas kemampuannya dalam berespon dan beradaptasi terhadap tekanan lingkungan. Macam-macam perkembangbiakan aseksual adalah sebagai berikut :
a.       Pembelahan biner (binary fission), yakni satu sel induk membelah menjadi dua sel anak. Kemudian masing-masing sel anak membentuk dua sel anak lagi dan seterusnya. Pembelahan biner yang terjadi pada bakteri adalah pembelahan biner suatu proses aseksual sederhana berupa pembelahan suatu sel bakteri menjadi dua sel anak yang secara genetis identik. Kecepatan pembelahan biner bergantung pada spesies yang bersangkutan dan keadaan lingkungan. Dalam kondisi ideal (Mis. Bangsal rumah sakit yang hangat dan lembab), basil negatif-gram tipikal misalnya E.coli akan membelah diri setiap 20 menit. Kuman lain, misalnya M. tuberculosis, membelah dengan sangat lambat. Hasil uji laboratorium untul E.coli tersedia dalam 24 jam, tapi diagnosis pasti tuberculosis mungkin belum selesai setelah beberapa minggu. Namun pengobatan untuk tuberculosis dapat dimulai berdasarkan temuan klinis uji lain, misalnya uji kulit, radiografi, dan adanya BTA di spesimen sputum.
b.      Pembelahan ganda (multiple fission), yakni satu sel induk membelah menjadi lebih dari dua sel anak.
c.       Perkuncupan (budding), yakni pembentukan kuncup dimana tiap kuncup akan membesar seperti induknya. Kemudian tumbuh kuncup baru dan seterusnya, sehingga akhirnya akan membentuk semacam mata rantai.
d.      Pembelahan tunas, yakni kombinasi antara pertunasan dan pembelahan. Biasanya terjadi pada khamir, misalnya Saccharomyces cerevisiae. Sel induk akan membentuk tunas. Jika ukuran tunas hampir sama besar dengan inangnya inti sel induk membelah menjadi dua dan terbentuk dinding penyekat. Sel anak lalu melepaskan diri dari induk atau menempel pada induknya dan membentuk tunas baru. Pada khamir terdapat berbagai bentuk pertunasan, yakni:
1)      Multilateral, tunas muncul di sekitar ujung sel, misal pada sel yang berbentuk silinder dan oval (Saccharomyces).
2)      Pertunasan di setiap tempat pada permukaan sel yakni terjadi pada sel khamir berbentuk bulat, misal Debaryomyces.
3)      Pertunasan polar, dimana tunas muncul hanya pada salah satu atau kedua ujung sel yang memanjang, misal sel berbentuk lemon seperti Hanseniaspora dan Kloeckre.
4)      Pertunasan triangular, yakni pertunasan yang terjadi pada ketiga ujung sel yang memanjang seperti Trigonopsis.
5)      Pseudomiselium apabila tunas tidak lepas dari induknya.
e.       Pembentukan spora atau sporulasi adalah perkembangbiakan dengan pembentukan spora. Spora ini terbagi menjadi dua, yakni spora aseksual (reproduksi vegetatif) dan spora seksual (reproduksi generatif).

2.      Perkembangbiakan Seksual
Perkembangbiakan secara seksual, umumnya terjadi pada jamur dan mikro alga serta secara terbatas terjadi pada bakteri dapat terjadi secara:
a.       Oogami, bila sel betina berbentuk telur.
b.      Anisogami, bila sel betina lebih besar daripada sel jantan.
c.       Isogami, bila sel jantan dan betina mempunyai bentuk yang sama.
Reproduksi bakteri secara seksual atau generatif  yaitu dengan pertukaran materi genetik dengan bakteri lainnya. Pertukaran materi genetik disebut rekombinasi genetik atau rekombinasi DNA.  Rekombinasi genetik dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
a. Konjugasi adalah pemindahan materi genetik berupa plasmid secara langsung melalui kontak sel dengan membentuk struktur seperti jembatan diantara dua sel bakteri yang berdekatan. Umumnya terjadi pada bakteri gram negatif.
b.Transduksi adalah pemindahan materi genetik satu sel bakteri ke sel bakteri lainnnya dengan perantaraan organisme yang lain yaitu bakteriofage (virus bakteri).
c. Transformasi adalah pemindahan sedikit materi genetik, bahkan satu gen saja dari satu sel bakteri ke sel bakteri yang lainnya.


3.      Perkembangbiakan Virus
Perkembangbiakan virus mempunyai arti yang penting, agar mengetahui bagaimana virus masuk dan ke luar dari sel, bagaimana virus bisa mematikan atau mentransformasi sel. Adapun tahap-tahap replikasi virus adalah sebagai berikut:
1.      Adsorpsi, merupakan tahap penempelan (attachment) virus pada dinding sel inang. Virus menempelkan sisi tempel atau reseptor site ke dinding sel bakteri.
2.      Penetrasi sel inang. Setelah reseptor site, bagian ini kemudian mengeluarkan enzim untuk membuka dinding sel bakteri. Molekul asam nukleat (RNA dan DNA) virus bergerak ke luar melalui pipa ekor dan masuk ke dalam sitoplasma sel melalui dinding sel yang terbuka tersebut. Pada virus telanjang, proses penyusupan ini terjadi dengan cara fagositosis virion (viropexis), sedangkan pada virus berselubung dapat terjadi dengan cara fusi yang diikuti masuknya nukleokapsid ke sitoplasma.
3.      Eklipase. Asam nukleat virus menggunakan asam nukleat bakteri untuk membentuk bagian-bagian tubuh virus terbentuk, seperti protein, asam nukleat, dan kapsid. Bahan yang digunakan berasal dari protein, enzim, dan asam nukleatsel bakteri.
4.      Pembentukan virus (bakteriofage) baru. Setelah bagian-bagian tubuh virus terbentuk, maka pada fase ini bagian-bagian itu akan digabungkan untuk menjadi virus yang baru. Dari 1 sel bakteri akan dihasilkan 100-300 virus baru.
5.      Pemecahan sel inang. Akhir dari siklus adalah pecahnya sel bakteri. Di dalam sel bakteri terbentuk enzim lisoenzim yang mampu melarutkan ikatan kimia dinding sel bakteri. Setelah dinding sel pecah maka keluarlah virus-virus baru itu dan selanjutnya mencari sel bakteri lainnya.

C.    Cara Penularan Mikroorganisme
1.      Bakteri
Pada banyak kasus bakteri keluar dari tubuh melalui rute masuk, tetapi terdapat pengecualian. Bakteri penyebab gastroenteritis memperoleh akses melalui mulut dan keluar dari tinja sehingga dikatakan menyebar melalui rute fekal-oral. Mikroorganisme disebarkan dari satu individu ke individu berikutnya melalui kontak langsung dan tidak langsung. Penyebaran juga dapat terjadi melalui udara, makanan, air yang tercemar, dan melalui serangga
a.       Kontak
Kontak adalah rute utama penyebaran kuman di rumah sakit dan juga mungkin di masyarakat. Di rumah sakit, bakteri disebarkan terutama melalui tangan staf karena mereka sering menangani pasien dan peralatan, sehingga terjadi peningkatan kemungkinan infeksi-silang. Hubungan antara mencuci tangan dan penurunan angka infeksi pertama kali dibuktikan oleh Ignaz Semmelweiss dalam serangkaian studi epidemiologi pada tahun 1940-an (Newson, 1993).
Di masyarakat, terdapat bukti bahwa banyak patogen yang dahulu diperkirakan menyebar melalui percikan ludah ternyata menyebar melalui kontak (Worsley et al., 1994). Stimulasi laboratorium membuktikan bahwa individu lebih besar kemungkinannya terjangkit infeksi saluran nafas setelah berkontak dengan tangan dan benda (fomites) yang tercemar oleh virus daripada setelah terpajan pada aerosol yang mengandung virus (Gwaltney et al., 1978). Diperkirakan bahwa batuk dan bersin menyebabkan pengeluaran percikan ludah terinfeksi yang mengendap ke berbagai permukaan, termasuk busana, di lingkungan sekitar. Bakteri kemudian dipindahkan oleh tangan ke benda lain (Peralatan makan minum, pegangan pintu, dsb), mencapai korban baru setelah tangan mereka kemudian tercemar. Virus mencapai hidung dan konjungtiva saat wajah tersentuh higiene tangan dapat mengurangi insiden infeksi saluran nafas atas. (Leclair et al., 1987).
Demikian juga, rotavirus yang menyebabkan muntah dan diare, walaupun keluar melalui percikan ludah, tampaknya disebarkan melalui kontak tangan. Pada studi insiden eksperimen yang dilakukan di tempat penitipan anak, dibuktikan bahwa terjadi penurunan angka infeksi saat mencuci tangan diperkenalkan pada anak dan petugas yang merawatnya (Black et al., 1981). Perlu diingat bahwa mencuci tangan adalah cara yang mudah dan hemat untuk infeksi (Gould, 1997;May, 1998).
b.      Penyebaran melalui udara
Penyebaran melalui udara terjadi hanya dalam jarak yang pendek untuk patogen positif-gram dan untuk infeksi virus misalnya cacar air. Kajian ekstensif terhadap literatur memastikan bahwa infeksi silang melalui rute ini tidak lazim diluar lingkungan beresiko tinggi misalnya ruang operasi dan unit luka bakar (ayliffe dan lowbury., 1982). Diruang operasi, skuama kulit yang penuh dengan stafilococcus memperoleh akses ke jaringan yang terbuka, sering dengan mendarat di duk dari udara. Kuman mungkin berasal dari pasien atau petugas yang hadir. Rute melalui udara juga penting di unit luka bakar. Kulit adalah pertahanan utama terhadap bakteri, dan apabila kulit tidak lagi utuh maka pasien menjadi sangat rentan terhadap infeksi.
c.       Makanan dan air yang tercemar
Makanan yang tercemar cepat berfungsi sebagai kendaraan bagi bakteri. Infeksi seperti ini terjadi higiene yang buruk di rumah, restoran, tempat penjualan capat saji, toko, dan pabrik (North, 1989; Hobbs dan Roberts 1993). Pada sebagian besar kasus, pencemaran terjadi melalui tangan. Salmonella yang mencemari jari tangan dan sumber makanan yang tercemar dapat bertahan dari pencucian tangan. Dengan demikian penyebarah terjadi melalui rute fekal-oral. Penyebaran melalui air terjadi di daerah dengan sanitasi yang buruk. Kolera bersifat endemik di seluruh negara yang sedang berkembang termasuk asia dan kejadian luar biasa di inggris. Thypoid juga ditularkan melalui air yang tercemar. Penyakit Legionnaire (Disebabkan oleh Legionella pneumophila) menyebar melalui aerosol yang tercemar (Woo et al., 1986); kejadian luar biasa penyakit ini pernah terjadi di inggris.
d.      Vektor serangga
Vektor serangga menyebarkan infeksi melalui penularan mekanis dan biologis. Penularan mekanis terjadi apabila patogen di pindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain melalui permukaan serangga, sering dengan kakinya. Lalat rumah berlaku sebagai vektor mekanis untuk Shigella. Di rumah sakit, lalat, semut pharaoh, dan artropoda lain mungkin mengangkut bakteri patogenik di dalam lingkungan klines (Fotedar et al., 1992).
Penularan biologis melibatkan interaksi kompleks antara patogen dan vektor. Plasmodium, organisme penyebab malaria, berkembang biak di dalam usus nyamuk dan meningkatkan jumlah protozoa yang tersedia untuk dosis infeksi. Penularan terjadi saat serangga menggigit penjamu manusia.
e.       Resevoar infeksi
Resevoar infeksi terbentuk apabila kondisi yang menguntungkan mendorong pertumbuhan dan reproduksi sejumlah besar bakteri. Resevoar dapat terbentuk di kulit petugas atau pasien sehingga terjadi infeksi-silang. Peran resevoar lingkungan terhadap infeksi silang bergantung pada situasi. Suatu reservoar bakteri yang besar dalam suatu drain kecil kemungkinannya berperan dalam infeksi nosokomial (infeksi yang diperoleh di rumah sakit) karena hanya sedikit kesempatan terjadinya pemindahan ke individu lain yang rentan tetapi apabila reservoar melibatkan benda-benda yang mungkin berkontak dengan pasien atau petugas, maka resiko akan meningkat. Penelitian epidemiologis telah berperan banyak dalam meningkatkan pemahaman kita tentang resiko infeksi dan pengembangan petunjuk pengendalian infeksi untuk mengurangi penyebaran penyakit. Penelitian tersebut memberikan sangat banyak bukti bahwa apabila pasien mengalami infeksi atau terkolonisasi, maka organisme penyebab berasal dari orang lain dan bukan dari tempat jauh di lingkungan.

Knight dan Kotschevar (2000 : 277 ) mikroorganisme dibagi menjadi :
1.    Bakteri
Bakteri biasanya menyebabkan penyakit pada manusia. Dalam perkembangannya bakteri membutuhkan makanan, udara yang lembab, dan pada temperatur yang tepat. Contoh : Eccerecia Coli, Staphylococcus dan Diphtheria bacilus.
2.    Virus
Organisme hidup yang paling kecil adalah virus. Ada beberapa virus yang tidak bisa dilihat, walaupun sudah menggunakan mikroskop. Biasanya virus ini menyebar lewat media air dan makanan. Sebagai contoh, virus hepatitis. Sedangkan virus polio, menyebar lewat makanan atau susu.
3.    Parasit
Sebagai contoh Endamoeba histolytica adalah parasit yang hidup di air, minyak, buah atau sayuran dan makanan yang lain.
4.    Jamur
Jamur di sini dimaksudkan adalah jamur dengan kategori fungi. Biasanya jamur ini tidak menyebabkan penyakit, tetapi menyebabkan kerusakan pada makanan. Sebagai contoh, jamur yang ditemukan pada permukaan daging, bisa dibuang bagian daging tersebut tanpa harus membuang semua daging.
5.    Ragi
Sama dengan jamur, ragi juga tidak menyebabkan penyakit, tetapi menyebabkan kerusakan pada makanan. Ragi biasanya bereaksi jika ada karbondioksida. Ragi biasanya digunakan dalam pembuatan minuman alcohol dan pembuatan roti.

D.    Jenis Organisme Penyakit
1.      Virus
Virus adalah parasit yang bukan merupakan mahluk hidup namun memiliki materi genetik berupa asam nukleat (DNA/RNA) yang membutuhkan keberadaan sel prokariot atau eukariot yang hidup untuk melakukan replikasi atau perbanyakan dari asam nukleat tersebut. Virus dapat menginfeksi binatang, manusia, tanaman, fungi, bakteri, protozoa, serangga dan hampir semua jenis mahluk hidup. Mikroorganisme pertama yakni virus, dimana virus sendiri merupakan parasit yang berukuran mikroskopik yang dapat menginfeksi sel organisme biologis. Virus disebut sebagai parasit karena virus tidak memiliki kemampuan untuk bereproduksi sendiri sehingga menginvasi dan memanfaatkan sel-sel makhluk hidup untuk melakukan reproduksi. Sampai dengan saat ini tidak ada makhluk hidup yang mampu bertahan terhadap serangan virus, termasuk juga manusia. Karena saat virus menyerang tubuh manusia, maka virus tersebut akan menyusup ke beberapa sel tubuh untuk kemudian menguasainya serta memaksa sel yang diinvasinya untuk memproduksi bagian-bagian yang dibutuhkannya untuk melakukan reproduksi, yang akhirnya sel-sel tersebut dibasmi oleh virus tersebut. Contoh virus yang menyerang bakteri adalah bacteriophage yang menyerang Escherichia coli. Sementara pada manusia contohnya adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyebabkan penyakiten Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Beberapa jenis penyakit lainnya yang diakibatkan oleh virus seperti influenza, HIV/AIDS, campak, herpes, rabies, ebola, polio dan lain sebagainya

2.      Bakteri
Bakteri mampu menduplikasikan atau memperbanyak dirinya sendiri dalam waktu kurang dari 20 detik. Untuk bakteri sendiri ternyata dapat mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dengan kadar yang ringan maupun berat pada tubuh organisme induknya seperti manusia, hewan dan tumbuhan. Apabila bakteri masuk ke dalam tubuh manusia maka bakteri akan terus bertambah dan berpotensi untuk memproduksi zat kimia kuat yang dapat menghancurkan sel-sel tertentu dalam jaringan tubuh dan tentunya membuat jatuh sakit. Bakteri yang termasuk dalam organisme prokariot selain memiliki kegunaan, juga bisa menimbulkan kerugian karena merupakan patogen yang umum pada mahluk hidup seperti manusia. Contohnya adalah bakteri patogen oportunis Pseudomonas aeruginosa yang dapat menginfeksi paru-paru sehingga dapat menimbulkan kematian. Selain P. aeruginosa bakteri patogen lain yang populer adalah Staphylococcus aureus yang adalah Mikroflora normal manusiapada permukaan kulit, mulut, dan hidung, namun pada saat sistem imun menurun, S. aureus akan bersifat patogen dan dapat menimbulkan penyakit seperti penggumpalan darah.
3.      Fungi
Fungi atau jamur diklasifikasikan terpisah dar tumbuhan dan hewan. Lebih dari 300.000 spesies diketahui tetapi seperti bakteri, sebagian besar adalah saprofit yang tidak berbahaya. Sekitar 200 spesies menyebabkan penyakit pada manusia. Seperti mikroorganisme lainnya, seperti jamur (misalnya Candida albicans) dapat menyebabkan infeksi oportunistik pada orang yang mengalami gangguan kekebalan atau (immunocompromised). Semua jamur bersifat eukariotik dan karena kemiripan anatar sel jamur dan mamalia, maka tidak mudah untuk mengembangkan obat anti jamur. Obat-obat yang digunakan untuk mengobati infeksi jamur sering sangat toksik, dan hanya sedikit yang tersedia tanpa resep (White 1991). Sebagian jamur, misalnya ragi (yeast) mengambil bentuk yang sederhana dan eksis sebagai sel tunggal, tetapi dapat terbentuk struktur yang lebih kompleks dengan hifa filamentosa bercabang-cabang membentuk jalinan luas yang disebut miselium. Bentuk ini dapat dilihat dengan mata telanjang, karena diperlukan pemeriksaan mikroskopik untuk identifikasi, maka diagnosis infeksi jamur (Mikosis) dibuat di laboratorium mikrobiologi. Terdapat 3 jenis mikosis :
a.       Mikosis superfisial terjadi apabila infeksi terletak superfisial atau terbatas dikulit dan apendiksnya (rambut dan kuku) misalnya kutu air atau selaput lendir, seperti pada kasus sariawan vagina (Candida albicans).
b.      Mikosis subkutis (Misalnya misetoma) mengenai kulit, jaringan subkutis dan tulang. Terjadi penyebaran yang lokal dan lambat.
c.       Mikosis sistemik (Disebabkan misalnya oleh Cryptococcus) terbentuk bila hipa menembus jaringan yang lebih dalam. Pada lingkungan dengan cuaca sedang, mikosis sistemik jarang terjadi kecuali pada pasien dengan gangguan kekebalan.
Mikosis Manusia
Jamur
Mikosis
Candida albicans
Sariawan
Trichophyton interdigitale
Kutu air
Cryptococcus neoformans
Meningitis (pasien dengan gangguan kekebalan)
Microsporum audouini
Kurap
Aspergillus fumigatus
Infeksi pernapasan (Pasien dengan gangguan kekebalan

4.      Protozoa
Protozoa adalah hewan mikroskopik unisel. Sebagian besar spesies tidak berbahaya bagi manusia tetapi sebagian berlaku sebagai patogen manusia, terutama pada cuaca panas. Protozoa adalah gup organisme bersel satu yang sangat bervariasi dengan lebih dari 50.000 jenis. Banyak yang berukuran kurang dari 1/200 mm tapi beberapa dapat mencapai 3 mm seperti ''Spirostomun''. Banyak yang hidup secara soliter (sendiri), ada yang secara berkoloni. Pada manusia, protozoa merupakan salah satu patogen dan dapat menyebabkan penyakit seperti malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Protozoa ini ditularkan dari manusia yang satu ke manusia yang lain dengan perantaraan nyamuk betina dari genus anopheles. Terdapat ratusan juta kasus dari penyakit malaria pertahun dengan tingkat kematian yang tinggi pada negara-negara miskin.
            Protozoa patogenik
Protozoa
Penyakit
Trichomonas vaginalis
Infeksi vagina
Plasmodium spp.
Malaria
Trypanosoma rhodesiense
Penyakit tidur
Leishmania donovani
Kala-azar
Entamoeba histolytica
Disentri amuba
Toxoplasma gondil
Infeksi laten, kerusakan janin in utero

5.      Riketsia dan klamidia
Organisme ini menjembatani celah antara virus dan bakteri. Seperti virus, organisme ini berukuran kecil dan bergantung pada pejamu untuk tumbuh dan berkembang biak, tetapi mereka rentan terhadap antibiotik. Thypus yang disebabkan oleh Rickettsia prowazeki, disebarkan melalui kutu rambut dan badan manusia. Chlamydia trachomtis, penyebab uretritis nonspesifik
6.      Mikoplasma
Mikoplasma mirip dengan bakteri tetapi tidak memiliki dinding sel. Tanpa struktur luar penunjang yang kaku, bentuk mikoplasma mudah berubah selama pertumbuhan, sering menjadi berbentuk benang (filamentosa). Mikoplasma paling signifikan sebagai patogen manusia adalah Mycoplasma pneumoniae
7.      Cacing
Banyak spesies cacing (helminth) menimbulkan infestasi pada manusia. Sebagian berukuran besar dan bersifat multisel, sementara yang lain mikroskopik. Terdapat dua kelompok utama cacing yaitu bulat dan gepeng. Cacing gelang Ascaris lumbricoides diperkirakan menginfeksi 1.472 juta manusia di seluruh dunia. Walau jarang membahayakan nyawa, parasit ini merupakan penyebab utama morbiditas pada negara-negara berkembang. Infeksi berat dapat menyebabkan gangguan usus dan gangguan pertumbuhan. Enterobius vermicularis atau cacing kremi. Cacing ini tidak ditularkan melalui kucing, anjing, atau hewan peliharaan lain; manusia adalah satu-satunya pejamu. Telur tertelan, menetas di usus halus, dan bermigrasi ke usus besar, tempat cacing ini hidup. Dalam 2 minggu cacing menjadi dewasa, kawin dan bermigrasi ke rektum, keluar pada malam hari untuk meletakkan telurnya di kulit perianus. Telur melekat ke kulit melalui suatu cairan lengket, yang menimbulkan gatal hebat. Apabila korban menggaruk, maka sejumlah besar telur akan pindah ke tangan dan kuku. Telur ini kemudian dipindahkan kembali ke mulut sehingga siklus infeksi kembali  terulang. Individu dari segala usia dapat terjangkit cacing kremi, tetapi anak paling sering terkena. Namun, seluruh keluarga harus diobati karena telur mudah dipindahkan ke handuk, sabun, dan taplak, dan dapat tertelan bersama makanan apabila tersentuh oleh tangan yang tidak dicuci dengan baik. Telur dapat bertahan hidup di lingkungan selama beberapa minggu. Cacing kremi tidak membahayakan tetapi dapat mengganggu, menimbulkan rasa tidak nyaman, iritabilitas, dan kesulitan tidur.

Cacing yang penting secara medis
Cacing
Jenis
Enterobius vermicularis
Bulat (cacing kremi)
Ascaris lumbricoides
Cacing bulat
Toxocara canis
Cacing bulat anjing
Trichinella Spiralis
Cacing bulat babi
Necator spp.
Bulat (cacing tambang)
Taenia saginata
Cacing pita sapi
Taenia solium
Cacing pita babi
Schistosoma haematobium
Fluke








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Perkembangbiakkan pada mikroorganisme terdiri dari dua cara, yakni aseksual yang meliputi pembelahan biner (binary fission), pembelahan ganda (multiple fission), perkuncupan (budding), pembelahan tunas dan pembentukkan spora, kemudian perkembangbiakkan secara seksual yang terdiri atas Oogami, Anisogami, Isogami, dan Rekombinasi genetik dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu Konjugasi, Transduksi dan Transformasi.
Cara penularan mikroorganism terjadi melalui udara, makanan, air yang tercemar, dan melalui vektor serangga, kontak, dan resevoar infeksi.
Jenis organisme penyakit antara lain virus, bakteri, fungi, protozoa, riketsia dan klamidia, mikoplasma dan cacing.









DAFTAR PUSTAKA

Gould & Brooker. 2003. Mikrobiologi Terapan untuk Perawat. Jakarta : EGC
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Patogen (diakses 3 September 2015)
Buckle, et al, 1987,Ilmu pangan Terjemahan Purnomo H. Adiono. UI Pres: Jakarta.
Dwijoseputro, 2005, Dasar-dasar Mikrobiologi, Djambatan: Jakarta.
Fardiaz, 1992, Mikrobiologi Pangan, Dirjen Pendidikan Tinggi IPB: Bogor.
Winarno, 2002, Kimia Pangan dan Gizi, PT. Gramedia: Jakarta.